Uwan disini = Kakak/Abang
Bung Johny teman lama saya punya ide cukup menarik. Ia berpendapat bahwa kita perlu melepaskan diri dari berbagai ketergantungan dengan pihak lain kalau ingin mandiri. Untuk itu ia mencobakan terlebih dahulu dengan memandirikan ikan nila dan ikan mas di kolamnya.

Ia mengawali gagasan uniknya dengan membangun kerjasama dengan pemilik satu lahan terlantar dikawasan Kampung Kelawi seluas 2000 meter yang sebelumnya merupakan bekas galian pasir. 1000 meter diantaranya telah berupa kolam genangan. Kerjasama ini berpola win-win solution, artinya lebih kurang bagi hasil. Galian pasir sedalam antara 1 – 3 meter ini digenangi air yang merupakan pelimbahan dari sumber sekitar. Tentu saja suplai terbesar mengandalkan kemurahan alam, yakni air hujan.

...

Kedalam kolam ini ditaburlah bibit ikan nila dan ikan mas sebanyak 20.000 ekor. Pemilik lahan sekaligus bertindak menjadi pengelola, dibuatkan pondok tinggalnya dan satu pondok ekstra ditengah kolam. Kedua pondok dihubungkan dengan jembatan kayu. Disanalah mereka anak beranak menetap dan bekerja mengelola kolam. Dalam pengelolaan ikan ini, mereka berprinsip :


Lepas dulu ikan mas. Bila perkembangannya baik maka itu pasti baik untuk jenis ikan lainnya. Kolam genangan itu ternyata kondusif untuk ikan mas, maka ikan nila pasti akan lebih baik.
Anti produk pabrik. Memandirikan ikan dengan tidak memberikan makanan buatan sejenis pelet yang tentunya buatan pabrik. Ikannya disuruh mencari makan sendiri dari alam. Dua kali sehari hanya diberi dedak yang gampang diperoleh dari sekitar, karena ada penggilingan padi. Dedak mulanya gratis, namun belakangan harus beli walau dengan harga sangat murah.
Legitimasi sosial. Agar suplai air pelimbahan kawasan persawahan sekitar tak tercampuri racun yang akan berakibat fatal bagi ikan-ikan, diperlukan komunikasi timbal balik dengan masyarakat. Untuk itu, dimodalilah julo-julo yang melibatkan sekurangnya 40 ibu-ibu petani. Saling keterkaitan ini membuahkan hasil saling menjaga, sehingga belum pernah kejadian ikan mati karena kemasukan limbah beracun.
Pemanenan berkelanjutan (susatainable yield). Mengingat pola genangan demikian rasanya sulit untuk sering-sering dikuras. Makanya pemanenan direncanakan hanya dalam bentuk dipancing atau paling banter dijala saja. Ikan yang sudah cukup besar baru diambil ( 4 ekor perkilo), sedang dibawah ukuran itu harus dilepas kembali.
Pembibitan berkelanjutan. Pembelian bibit tentu cukup sekali saja, karena menurut pengamatan dalam tiga bulan saja sudah tampak ribuan anak ikan nila. Artinya kelak tak perlu menabur bibit baru tambahan.

Setelah tiga bulan berjalan, Bung Johny menghitung total investasinya masih cukup kecil. Semuanya telah dialokasikan untuk beli bibit, perbaikan kolam, honor mitra kerja 300 ribu perbulannya, beli kayu sibiran untuk membuat rumah dan pondok tengah kolam, beli dedak dan operasional lainnya. Ia memperhitungkan sampai bulan depan, bulan ke empat investasi, diperkirakan baru mendekati angka 5 juta.

Dari segi produksi, akhir bulan april lalu dia secara random menangguk ikan sekenanya. Kaget juga, rata-rata sudah mencapai 5 ekor perkilonya. Diperkirakan akhir Mei ini akan mencapai 4 ekor perkilo. Saatnya untuk memanen perdana.

Kalau satu kilonya dihitung 5 ribu rupiah saja, diperkirakan akan diperoleh hasil penjualan 25 juta rupiah. Artinya ada marjin 20 juta. Bila bagi dua dengan pengelola, maka masing-masing memperoleh penghasilan 10 juta rupiah. Dengan pola yang sama, 4 bulan mendatang tentu lebih besar angka penghasilan berdua, mengingat tak perlu investasi bibit dan perumahan maupun sarana lainnya.

Bolehlah kita menyebut fenomena ekonomi ini memberikan sustainable income. Pola sinergi mana patut dipertimbangkan dimasa krisis ekonomi yang tampaknya belum akan kunjung pulih. Ada berapa banyak lahan terlantar di Kampung Kelawi, tak terolah karena kurang subur. Tak mungkin dijadikan lahan bertani. Ditengah tengah membludaknya pengangguran, pola kewirausahaan Bung Johny perlu dikloning ke tempat-tempat lain yang relevan.***
Sumber dari : http://www.zukri.itgo.com


Diposting oleh petani berdasi

0 komentar:

Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved