Jumat, 23 Januari 2009
di
04.10
|
BELALANG adalah musibah, itu jelas. Karena termasuk musuh petani yang paling dibenci. Dalam tempo singkat, sekoloni belalang mampu menyikat berhektar-hektar budidaya pertanian hingga licin tandas. Ladang yang semula hijau subur, bisa tiba-tiba menjadi lembah gundul. Begitu dalam sejarah yang sering dialami petani. Tapi sekarang, belalang juga memberi berkah, karena budidaya">nya bisa memberi nilai tambah.
Tidak hanya dijual sebagai pakan unggas, tapi juga dikonsumsi manusia. Bahkan bukan hanya manusia Indonesia, tapi juga orang-orang di manca negara.SERANGGA (insekta) ini terhitung paling tinggi populasinya. Mendominasi sekitar 75 persen populasi binatang di dunia. Belalang termasuk sekelompok serangga bersayap lurus (Orthoptera) yang berevolusi sejak 300 juta tahun lalu. Kelompok ini termasuk belalang, jengkerik, kecoa, belalang sembah, belalang ranting (kayu), belalang setan dan belalang daun.Dari sekian banyaknya jenis belalang, dua di antaranya paling banyak diternak atau dicari orang.
Yaitu jenis belalang kayu (Valanga Nigricornis) dan belalang setan (Aularches Miliaris).Dari kedua jenis belalang tersebut, umumnya dicari orang untuk digunakan sebagai pakan unggas semisal burung dan ayam. Menurut Syamsuri (46) pedagang pakan ternak di Pasar Ngasem, selain kroto dan kelabang, orang juga cenderung memilih belalang sebagai makanan tambahan bagi burung atau ayam peliharaan untuk menambah kualitas suara atau bulu hewan tersebut. Namun demikian, masih menurut Syamsuri, untuk mendapatkan belalang di daerah Yogya masih sulit.“Dalam seminggu belum tentu ada di pasar ini, padahal permintaan lumayan tinggi,” papar Syamsuri (45) pada Minggu Pagi Senin (21/7).
SELAMA ini pasokan kedua jenis belalang ke Yogyakarta berasal dari Muntilan dan Gunungkidul. Lain tidak.
Ketergantungan akan belalang pada dua daerah itu amat tinggi. Belalang amat baik dijadikan pakan tambahan bagi unggas karena merupakan sumber protein hewani dan kaya akan gizi.Karena kandungan itu pulalah belalang juga lezat dikonsumsi manusia. Selain mengandung protein hewani, karbohidrat dan gizi lain, rasanya pun gurih dan teksturnya renyah empuk. Di seputar kawasan hutan jati Gunungkidul, misalnya, belalang biasa disajikan dalam berbagai bentuk olahan komersial. Ada berbentuk belalang goreng, ada pula sate belalang.Selera warga Gunungkidul ternyata setara orang-orang manca negara. Belalang sekarang juga termasuk komoditi perdagangan penangguk devisa.
Kekurangan pasokan belalang di Pasar Ngasem Yogyakarta, misalnya, antara lain karena belalang berasal dari kedua daerah itu banyak dikirim ke Jepang.Belalang adalah jenis serangga yang memiliki tubuh dan tungkai beruas-ruas. Secara keseluruhan, tubuhnya terdiri 3 bagian utama, yakni kepala, toraks (dada), dan abdomen (perut). Hampir semua jenis belalang menyukai makanan dedaunan. Untuk jenis belalang kayu makanan utamanya daun yang berwarna hijau. Sementara belalang setan lebih suka makan pisang dan kelapa.
BELALANG KAYU betina punya ukuran tubuh 38-71 mm dan yang jantan 49-63 mm. Warna hijau kekuningan dan sayap depannya berwarna kemerahan.
Pada kepala terdapat sepasang mata majemuk dan sepasang antena atau sungut atawa tanduk. Untuk membedakan jenis kelamin betina dan jantan terdapat pada ujung perut, persisnya pada ruas ke 8. Belalang ini amat baik dijadikan pakan burung.Bila umumnya belalang sangat lincah dan sulit ditangkap, tapi beda dengan belalang jenis setan. Belalang jenis ini menurut Heri (34) juga seorang pedagang pakan burung di pasar Ngasem sangat dikenal sebagai belalang pemalas.“Walang setan itu pemalas, kalau ditangkap tidak mau terbang sehingga memudahkan bagi orang untuk mendapatkannya, maka harga walang jenis setan ini pun lebih murah dibanding walang jenis lain” kata Heri.
Sulitnya mendapatkan belalang, karena hingga sekarang belum banyak petani membudidayakan secara khusus. Padahal menurut Syamsuri, cara budidayanya tidak terlalu rumit. Sepasang belalang mampu menghasilkan telur sebanyak 70-100 butir. Dan telur tersebut biasanya diletakkan dalam tanah sedalam 5-8 cm.Telur-telur yang akan dikembangbiakkan bakal menetas selama kurang lebih 5 sampai 8 hari. Belalang yang sudah menginjak dewasa akan mempunyai 6 kaki dan perutnya mempunyai ruas antara 11 sampai 12.
DI Gunungkidul, belalang merupakan makanan sekunder yang disukai. Di daerah ini belalang tidak dibudidayakan, melainkan diburu di hutan jati.
Belalang digoreng tidak hanya sebagai makanan camilan, tapi juga dijadikan lauk. Bahkan ada yang memanfaatkan belalang sebagai obat alternatif. Menurut Syamsuri, jenis belalang dari Muntilan, kini juga diekspor ke Jepang.“Sudah tiga kali dilakukan pengiriman ke Jepang karena permintaan.
Katanya untuk makanan tambahan, karena belalang dinilai kaya gizi,” tambah Syamsuri.Meski secara umum belum banyak diketahui bahwa belalang biasa dikonsumsi orang, bagi warga Jepang, belalang rebus atau goreng bisa menjadi menu istimewa. Sebab belalang banyak mengandung gizi, semisal protein, lemak, mineral dan vitamin. Selain itu kandungan kolesterol juga rendah. Maka bagi warga Jepang, belalang ibarat sumber protein hewani bermutu tinggi. n pipin/weni
Tidak hanya dijual sebagai pakan unggas, tapi juga dikonsumsi manusia. Bahkan bukan hanya manusia Indonesia, tapi juga orang-orang di manca negara.SERANGGA (insekta) ini terhitung paling tinggi populasinya. Mendominasi sekitar 75 persen populasi binatang di dunia. Belalang termasuk sekelompok serangga bersayap lurus (Orthoptera) yang berevolusi sejak 300 juta tahun lalu. Kelompok ini termasuk belalang, jengkerik, kecoa, belalang sembah, belalang ranting (kayu), belalang setan dan belalang daun.Dari sekian banyaknya jenis belalang, dua di antaranya paling banyak diternak atau dicari orang.
Yaitu jenis belalang kayu (Valanga Nigricornis) dan belalang setan (Aularches Miliaris).Dari kedua jenis belalang tersebut, umumnya dicari orang untuk digunakan sebagai pakan unggas semisal burung dan ayam. Menurut Syamsuri (46) pedagang pakan ternak di Pasar Ngasem, selain kroto dan kelabang, orang juga cenderung memilih belalang sebagai makanan tambahan bagi burung atau ayam peliharaan untuk menambah kualitas suara atau bulu hewan tersebut. Namun demikian, masih menurut Syamsuri, untuk mendapatkan belalang di daerah Yogya masih sulit.“Dalam seminggu belum tentu ada di pasar ini, padahal permintaan lumayan tinggi,” papar Syamsuri (45) pada Minggu Pagi Senin (21/7).
SELAMA ini pasokan kedua jenis belalang ke Yogyakarta berasal dari Muntilan dan Gunungkidul. Lain tidak.
Ketergantungan akan belalang pada dua daerah itu amat tinggi. Belalang amat baik dijadikan pakan tambahan bagi unggas karena merupakan sumber protein hewani dan kaya akan gizi.Karena kandungan itu pulalah belalang juga lezat dikonsumsi manusia. Selain mengandung protein hewani, karbohidrat dan gizi lain, rasanya pun gurih dan teksturnya renyah empuk. Di seputar kawasan hutan jati Gunungkidul, misalnya, belalang biasa disajikan dalam berbagai bentuk olahan komersial. Ada berbentuk belalang goreng, ada pula sate belalang.Selera warga Gunungkidul ternyata setara orang-orang manca negara. Belalang sekarang juga termasuk komoditi perdagangan penangguk devisa.
Kekurangan pasokan belalang di Pasar Ngasem Yogyakarta, misalnya, antara lain karena belalang berasal dari kedua daerah itu banyak dikirim ke Jepang.Belalang adalah jenis serangga yang memiliki tubuh dan tungkai beruas-ruas. Secara keseluruhan, tubuhnya terdiri 3 bagian utama, yakni kepala, toraks (dada), dan abdomen (perut). Hampir semua jenis belalang menyukai makanan dedaunan. Untuk jenis belalang kayu makanan utamanya daun yang berwarna hijau. Sementara belalang setan lebih suka makan pisang dan kelapa.
BELALANG KAYU betina punya ukuran tubuh 38-71 mm dan yang jantan 49-63 mm. Warna hijau kekuningan dan sayap depannya berwarna kemerahan.
Pada kepala terdapat sepasang mata majemuk dan sepasang antena atau sungut atawa tanduk. Untuk membedakan jenis kelamin betina dan jantan terdapat pada ujung perut, persisnya pada ruas ke 8. Belalang ini amat baik dijadikan pakan burung.Bila umumnya belalang sangat lincah dan sulit ditangkap, tapi beda dengan belalang jenis setan. Belalang jenis ini menurut Heri (34) juga seorang pedagang pakan burung di pasar Ngasem sangat dikenal sebagai belalang pemalas.“Walang setan itu pemalas, kalau ditangkap tidak mau terbang sehingga memudahkan bagi orang untuk mendapatkannya, maka harga walang jenis setan ini pun lebih murah dibanding walang jenis lain” kata Heri.
Sulitnya mendapatkan belalang, karena hingga sekarang belum banyak petani membudidayakan secara khusus. Padahal menurut Syamsuri, cara budidayanya tidak terlalu rumit. Sepasang belalang mampu menghasilkan telur sebanyak 70-100 butir. Dan telur tersebut biasanya diletakkan dalam tanah sedalam 5-8 cm.Telur-telur yang akan dikembangbiakkan bakal menetas selama kurang lebih 5 sampai 8 hari. Belalang yang sudah menginjak dewasa akan mempunyai 6 kaki dan perutnya mempunyai ruas antara 11 sampai 12.
DI Gunungkidul, belalang merupakan makanan sekunder yang disukai. Di daerah ini belalang tidak dibudidayakan, melainkan diburu di hutan jati.
Belalang digoreng tidak hanya sebagai makanan camilan, tapi juga dijadikan lauk. Bahkan ada yang memanfaatkan belalang sebagai obat alternatif. Menurut Syamsuri, jenis belalang dari Muntilan, kini juga diekspor ke Jepang.“Sudah tiga kali dilakukan pengiriman ke Jepang karena permintaan.
Katanya untuk makanan tambahan, karena belalang dinilai kaya gizi,” tambah Syamsuri.Meski secara umum belum banyak diketahui bahwa belalang biasa dikonsumsi orang, bagi warga Jepang, belalang rebus atau goreng bisa menjadi menu istimewa. Sebab belalang banyak mengandung gizi, semisal protein, lemak, mineral dan vitamin. Selain itu kandungan kolesterol juga rendah. Maka bagi warga Jepang, belalang ibarat sumber protein hewani bermutu tinggi. n pipin/weni
Diposting oleh
petani berdasi
0 komentar:
Posting Komentar