MUSIBAH kelaparan tahun 1963 di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, adalah masa paling mengerikan dalam hidup Trisno Suwito (60), warga Dusun Plarung, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Gunung Kidul. Setiap hari ada saja warga Gunung Kidul yang mati karena kelaparan.

"Kami enggak peduli walaupun sehabis makan umbi beracun perut kami melilit, yang penting kami masih bisa bertahan hidup," kata petani yang tergolong miskin ini.

...

Hingga tahun 1980-an umbi-umbian liar masih menjadi cadangan makanan penting selain nasi bagi warga Desa Sawahan. Mereka biasa menyebut umbi-umbian itu sebagai peganjel lumbung. Artinya, kalau musim paceklik dan petani tidak memiliki nasi, mereka akan memakan umbi-umbian untuk mengganjal perut.

MEMASUKI pertengahan tahun 1980-an, zaman berubah ketika program swasembada beras yang digulirkan Orde Baru berjalan lancar. Petani mendapat bibit padi dan pupuk dengan mudah. Mereka pun dapat memanen padi dan palawija bergantian setiap tahun. Meski tetap hidup pas-pasan, mereka tidak mengalami kelaparan lagi. Mereka dapat makan dengan nasi yang merupakan simbol kemakmuran ketika itu.

Namun, sejak saat itu pula warga Gunung Kidul melupakan umbi-umbian sebagai peganjel lumbung. Mengonsumsi umbi-umbian sebagai bahan makanan pokok seperti memutar kaset tentang masa-masa kelaparan yang sebenarnya ingin mereka kubur dalam-dalam. Karena itu, umbi-umbian pun turun derajat sebagai campuran pakan ternak.

Sebagian petani bahkan menyingkirkan umbi-umbian berduri dari ladangnya masing-masing yang tidak laku dijual. Akibatnya, mulai tahun 1990-an beberapa jenis umbi sulit ditemukan dari Gunung Kidul, padahal umbi-umbian adalah tanaman khas yang bisa hidup dengan baik di perbukitan kering seperti Gunung Kidul.

Ir Nursanti Widi Arimbi MP, dosen Fakultas Pertanian Universitas Wangsa Manggala, Bantul, Yogyakarta, yang mendalami umbi-umbian mencatat beberapa umbi seperti gembili jempina dan gembili wulung menghilang dari Gunung Kidul sejak tahun 1995.

Tidak mengherankan jika kini generasi baru di Gunung Kidul mungkin hanya tahu nama umbi-umbian itu dari orangtua mereka tanpa pernah melihat sendiri.

AYAH Trisno, Noyo Semito yang petani miskin, ternyata tidak termasuk warga yang melupakan sejarah. Karena itu, ketika petani lain menyingkirkan umbi-umbian, Noyo tetap menanam beberapa di antaranya di pekarangan rumahnya yang sempit.

Sebelum meninggal pada tahun 2000, Noyo sempat berpesan kepada Trisno agar menyelamatkan umbi-umbian langka dan menanamnya kembali di ladang. Penyelamatan umbi-umbian itu merupakan wujud dari rasa terima kasih keluarga Noyo kepada umbi-umbian yang menyelamatkan keluarga mereka.

"Bapak saya bilang, ’Kalau kamu tetap menanam umbi, ketika ada kelaparan lagi kamu enggak akan mati’," kata ayah tiga anak yang lahir dan besar di Dusun Plarung ini.

Usaha mengumpulkan dan menyelamatkan umbi-umbian langka dilakukan Trisno secara serius sejak 2,5 tahun lalu. Pengetahuan mengenai umbi-umbian semata dia peroleh dari ayahnya dan pengalaman masa kecil. Selebihnya, dia didampingi Kelompok Kerja Pemberdayaan Agrotani, lembaga swadaya masyarakat di Yogyakarta yang bergerak di bidang pangan.

Sebagai petani yang pendidikan sekolah dasar pun tak tamat, Trisno tidak mengenal ensiklopedi tanaman. Namun, kalau sudah bertutur soal umbi-umbian dia bisa menjelaskan ciri masing-masing umbi langka mulai dari bentuk daun, batang, hingga durinya. Bahkan, sekaligus cara mengolah umbi-umbian yang sebagian beracun itu agar aman dikonsumsi manusia.

Untuk mencari umbi-umbian yang sebagian besar langka itu, hampir tiap hari Trisno meniti bukit-bukit dengan batu cadas nan tajam di sekitar desanya. Kadang dia merasa frustrasi karena umbi yang dulu biasa dia konsumsi seakan menghilang ditelan bumi.

"Beberapa bibit umbi saya dapat di sela-sela batu cadas yang ada di bukit. Itu pun cuma satu batang dan sudah hampir mati," katanya.

Saat ini Trisno berhasil mengumpulkan sekitar 150 jenis umbi, termasuk yang langka seperti gembili jempina (Dioscorea sp) dan gembili wulung/ungu (Dioscorea sp). Umbi-umbian lainnya yang diselamatkan antara lain umbi senggani ulo yang bentuknya mirip ular yang melingkar, umbi legi, compleng (Amorphopallus sp), coklok, katak (Dioscorea pentafolia), dan beberapa jenis ganyong (Kanna edulif).

Umbi-umbian langka itu dia tanam lagi di ladang miliknya yang luasnya hanya seperempat hektar. Selain sempit, ladang milik Trisno Suwito seperti ladang-ladang di daerah Perbukitan Seribu pada umumnya, hanya berupa petak tandus yang ada di sela-sela bebatuan cadas. Tumbuh-tumbuhan, termasuk umbi-umbian, di ladang itu seperti tumbuh di atas batu. Kedalaman tanah di ladang itu kadang hanya 10 cm, selebihnya yang ditemukan melulu bebatuan.

UNTUK petani sekelas Trisno, upaya mengumpulkan umbi langka itu pastilah menguras koceknya yang sudah tipis. Dia mengaku, untuk membeli bambu sebagai rambatan umbi-umbian itu dia harus mengeluarkan uang Rp 1.000 per batang. "Sudah habis ratusan batang, jadi uang saya sudah ratusan ribu rupiah melayang. Buat saya itu besar sekali, bisa untuk membeli teve," katanya.

Namun, modal yang dikeluarkan, kata Trisno, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan hasilnya. Dia menyamakan usaha mengumpulkan umbi-umbian seperti mengumpulkan harta karun. "Ini harta karun buat generasi sekarang dan yang akan datang," katanya.

Saat ini, lanjut Trisno, hampir setiap bulan ada saja mahasiswa atau sarjana, terutama dari Universitas Gadjah Mada, mendatanginya untuk mengenal umbi langka itu. Belum lama ini seorang kandidat doktor dari Nusa Tenggara Barat secara khusus meneliti umbi-umbian langka koleksinya.

"Saya senang kalau ada yang datang ke sini meneliti atau sekadar bertanya. Saya merasa usaha keras saya dihargai," katanya.

Namun, penghargaan terbesar yang dia rasakan adalah panggilan baru yang disematkan warga di desanya. Sejak menemukan gembili jempina, Trisno lebih sering dipanggil Pak Jempina. (BUDI SUWARNA)
Sumber : Kompas

Diposting oleh petani berdasi

DALAM keadaan terdesak, acapkali muncul "keajaiban" yang tidak diduga. Taruhlah pengalaman Damhuji, warga Desa Jorok, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang selalu dipusingkan oleh kematian ternak kambingnya yang terserang penyakit kembung.
Pada suatu malam, sekitar pukul 23.00, seekor kambing betina muda piaraannya tengah sekarat didera penyakit kembung (timpany) stadium berat. Ternak itu susah bernapas, lemas, dan matanya sayu.
...

Damhuji ingat bahwa hanya asam jawa yang belum pernah ia gunakan untuk mengobati penyakit yang biasanya terjadi pada musim hujan itu. Ia lalu membawa lampu templok, menyeret ternak itu keluar kandang. Istrinya mengambil segenggam garam kasar dan segepok asam yang daging buahnya dilarutkan dengan air.
Seperti layaknya menabur pupuk, Damhuji menaburkan butiran garam itu ke rongga mulut kambing, dan beberapa saat kemudian ia beri minum larutan asam itu. Sekitar 25 menit kemudian ternak itu bangkit, mengeluarkan busa atau lendir dari mulut dan hidung, bersin serta batuk, bahkan kentut. Kambing lantas menggerak-gerakkan kepala, napasnya mulai teratur, bangkit, dan berlari kecil.

Karyawan Dinas Peternakan Kabupaten Sumbawa yang bertugas sebagai Tenaga Penyuluh Peternakan ini bersyukur atas karunia tersebut. Temuannya itu ia sampaikan kepada rekan sesama peternak yang hewan piaraannya mengalami penyakit yang sama.
Dari kejadian diikuti tindakan yang membuat kambing sembuh dari penyakit kembung, Damhuji lalu menemukan formula campuran bahan baku obat berupa 100 gram asam (bage’) berbanding 100 gram air putih, di samping tiga sendok teh garam kasar.

Bahkan belakangan ia ketahui, melempar butiran garam ke rongga mulut bisa melahirkan sentakan akibat siraman garam yang membentur pada langit-langit. Garam itu dipelintir oleh lidah, merangsang saraf otak yang bersamaan dengan itu mengirim perintah ke seluruh jaringan saraf. Garam dan larutan asam yang menerobos ke dalam jaringan pencernaan melumpuhkan bakteri penyebab timpany itu.
Hasil kajiannya itu mendapat Anugerah Teknologi Terapan dalam kategori perintis tahun 2003 yang diselenggarakan Kantor Bappeda NTB dan hadiah sebesar Rp 4 juta. Namun sebelum itu, tahun 2001, ketika acara Pameran Ternak Pekan Nasional di Tasikmalaya, Jawa Barat, Damhuji sempat mempresentasikan temuannya yang mendapat sambutan para peneliti dan peternak.

"Ada sejumlah peternak di beberapa daerah mengundang saya untuk melakukan presentasi di hadapan petani peternak langsung ke daerahnya, tapi saya belum bisa memenuhinya, masih menunggu waktu. Bagaimana pun saya harus mengerjakan tugas sebagai pegawai negeri," tutur Damhuji, yang lahir di Desa Utan, Kecamatan Utan, Kabupaten Sumbawa, tanggal 21 Juni 1963.

LULUSAN Akademi Penyuluh Pertanian Malang bidang studi peternakan tahun 1992 itu, selain karena persoalan pribadi, juga terdorong oleh kerugian demi kerugian para peternak yang piaraannya mati sebelum berproduksi. Tingkat kematian ternak kambing disebabkan penyakit kembung relatif tinggi, sekitar 37 persen jumlah populasi. Kebanyakan kematian-60 persen dari total kelahiran-dialami oleh kambing yang berumur empat bulan ke bawah.

Pengalaman pribadinya menyebutkan, tahun 1998, dari 300 ekor kambing piaraannya, 42 ekor yang tewas akibat penyakit itu. Bahkan tidak sedikit petani peternak yang dari 25 ekor kambing yang lahir, 10-15 ekor di antaranya gagal mencapai umur dua-tiga bulan. Kematian kambing itu dihadang pula oleh rendahnya pengetahuan petani peternak serta terbatasnya kemampuan membeli obat-obatan yang tidak selalu tersedia di pedesaan.

Sedangkan penyakit itu tidak bisa ditebak kapan datangnya, juga karakter serangannya sangat cepat.
"Kambing yang terserang penyakit itu mati dalam tempo lima jam," tutur ayah dari dua orang putra. Hal itu berdampak pada ekonomi dan etos kerja masyarakat yang menjadi malas memelihara kambing.
Padahal, kambing amat menjanjikan secara ekonomis. Untuk kebutuhan Kabupaten Sumbawa saja sejumlah 23.000 ekor setahun, meski yang baru terpenuhi 18.000 untuk konsumsi keperluan rumah tangga, bakul sate, dan hari-hari besar seperti Idul Adha.
Kecuali menjadi "dokter kambing", Damhuji juga tampil selaku peternak yang melakukan pembibitan Peranakan Etawah (PE). Usaha itu diawali tahun 1984 dengan memelihara beberapa ekor kambing lokal pada areal seluas 40 hektar miliknya. Hasil penjualan itu disisihkan untuk membeli kambing lagi, di samping untuk membeli areal peternakannya tadi.

Dengan latar belakang keilmuan yang dimilikinya, Damhuji melakukan persilangan: antara induk lokal dan pejantan Etawah. Pada generasi keempat persilangan itu menghasilkan PE murni, dengan berat badan sekitar 300 kilogram pada usia 3,5 tahun yang harga penjualannya Rp 300.000 per ekor.
Tak puas dengan hasil persilangan kambing PE, Damhuji beberapa tahun terakhir juga mengawinsilangkan kambing PE (induk) dengan kambing Bur. Malah dia pun sudah bisa membuat rumus N x 1,5 x 2 = nf, yang dengan 10 ekor induk kambing PE bisa "menghasilkan" seorang sarjana. Keterangan singkatan-singkatan itu sebagai berikut: N = jumlah induk, 1,5= rata-rata angka kelahiran, 2 = dua kali melahirkan dalam waktu 14 bulan, dan nf = total anak yang lahir dalam tempo 14 bulan.

Jika 10 induk dijadikan modal, berarti selama 14 bulan kambing berjumlah 30 ekor, atau akhir tahun pertama ternak bisa dijual sebanyak 15 ekor. Setengah dari total kelahiran tadi dijual lagi tahun berikutnya. Bila pada tahun kedua terjual 30 ekor dengan harga Rp 300.000 seekor, maka peternak mengantongi Rp 9 juta.
Hasil penjualan itu bisa digunakan untuk sewa pemondokan, makan-minum, dan kuliah yang menurut kondisi di Kota Mataram, misalnya, mencapai Rp 8.200.000, dan sisanya untuk biaya kursus ataupun les privat.

"Tapi hitung-hitungan ini buat mahasiswa perguruan tinggi negeri mulai tahun pertama," ujar Damhuji.
Iya, itulah "keajaiban" yang diraih Damhuji lewar asam jawa…. (KHAERUL ANWAR)
Sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0410/16/naper/1325149.htm

Diposting oleh petani berdasi













Lalat buah termasuk hama yang menimbulkan kerugian besar bagi petani di Indonesia, terutama petani buah dan sayuran. Di Indonesia ada 66 jenis lalat buah. Bactocera spp adalah lalat buah yang banyak merusak belimbing manis, jambu air, jambu biji, mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai. Salah satu cara mengendalikan serangan lalat buah yang biasa dilakukan petani adalah dengan membungkus buah yang hampir masak. Berikut ini penjelasan bagaimana menghindari serangan lalat buah dengan pembungkusan.

...

Salah satu keuntungan menggunakan pembungkus untuk menghindari serangan lalat buah adalah buah tetap mulus dan tidak terkontaminasi pestisida. Sayangnya pembungkusan kurang praktis jika kebun buah sangat luas dan pohon buah tinggi. Cukup praktis dan efisien jika di lokasi kebun tersedia tenaga kerja yang cukup dan murah.


Upaya pembungkusan buah yang dibarengi dengan pengasapan dan sanitasi kebun akan meningkatkan efektifitas pencegahan.


Bahan pembungkus
Petani menggunakan kertas, kertas karbon, plastik hitam, daun pisang, daun jati, atau kain untuk membungkus buah yang tidak terlalu besar seperti belimbing dan jambu. Untuk buah yang berukuran besar, seperti nangka, petani biasa menggunakan anyaman daun kelapa, karung plastik, atau kertas semen. Setiap jenis pembungkus memiliki kelebihan dan kekurangan.


Syarat bahan pembungkus
Apa pun bahan pembungkus yang digunakan harus memenuhi persyaratan: bahan tidak mudah rusak, bahan berwarna gelap, dan bahan membantu menjaga kelembaban dalam bungkusan.


Waktu pembungkusan
Kapan buah harus dibungkus tergantung dari jenis buahnya. Misalnya, buah belimbing harus sedini mungkin dibungkus. Buah mangga dibungkus sebelum buah memasuki stadium pemasakan. Lalat buah tertarik pada warna kuning dan aroma buah masak atau aroma amonia yang dikeluarkan oleh beberapa jenis bunga dan buah, jadi membungkus buah sedini mungkin bisa efektif mengurangi serangan lalat buah.


Pengasapan
Upaya membungkus buah untuk menghindari serangan lalat buah akan semakin efektif jika dibarengi dengan pengasapan. Tujuan pengasapan adalah mengusir lalat buah dari kebun. Pengasapan dilakukan dengan membakar serasah atau jerami sampai menjadi bara yang cukup besar. Kemudian bara dimatikan dan di atas bara ditaruh dahan kayu yang masih lembab. Pengasapan di sekitar pohon dapat mengusi lalat buah dan efektif selama tiga hari. Pengasapan selama 13 jam bisa membunuh lalat buah yang tidak sempat menghindar.


Sanitasi
Kebersihan kebun menentukan tingkat serangan lalat buah. Tujuan dari sanitasi (memberishkan) kebun adalah memutus siklus perkembangan lalat buah. Lantai kebun harus terbebas dari buah-buah terserang lalat buah yang jatuh atau yang masih di pohon. Buah yang berisi telur dan larva lalat buah dikumpulkan kemudian dimusnahkan dengan dibakar atau dibenamkan di dalam tanah. Buah-buah yang gugur di bawah pohon berpeluang dijadikan tempat bertelur lalat buah.


Semak-semak dan gulma dapat digunakan lalat buah sebagai inang alternatif ketika tidak musim buah. Jadi semak-semak dalam radius 1,5-3 kilometer dari areal perkebunan harus dibersihkan. Sanitasi kebun akan efektif jika dilakukan oleh seluruh petani bersamaan. (Sumber : Deptan, Des 05, TIM IFA 05)




Diposting oleh petani berdasi
1. Pendahuluan

Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
...

Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.

2. Syarat Tumbuh
Bawang Merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Bawang merah dapat tumbuh baik didataran rendah maupun dataran tinggi (0-900 mdpl) dengan curah hujan 300 - 2500 mm/th dan suhunya 25 derajat celcius - 32 derajat celcius. Jenis tanah yang baik untuk budidaya bawang merah adalah regosol, grumosol, latosol, dan aluvial,
dengan pH 5.5 - 7.

3. Benih
Penggunaan Benih bermutu merupakan syarat mutlak dalam budidaya bawang merah. Varietas bawang merah yang dapat digunakan adalah Bima, Brebes, Ampenan, Medan, Keling, Maja Cipanas, Sumenep, Kuning, Timor, Lampung, Banteng dan varietas lokal lainnya. Tanaman biasanya dipanen cukup tua antara 60 -80 hari, telah diseleksi dilapangan dan ditempat penyimpanan. Umbi yang digunakan untuk benih adalah berukuran sedang, berdiameter 1,5 - 2 cm dengan bentuk simetris dan telah disimpan 2-4 bulan, warna umbi untuk lebih mengkilap, bebas dari organisme penganggu tanaman.

4. Penyiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan pada saat tidak hujan 2 - 4 minggu sebelum tanam, untuk menggemburkan tanah dan memberik sirkulasi udara dalam tanah. Tanah dicangkul sedalam 40 cm. Budidaya dilakukan pada bedengan yang telah disiapkan dengan lebar 100-200 cm, dan panjang sesuai kebutuhan. Jarak antara bedengan 20-40 cm.

5. Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.

6. Pemeliharaan.
a. Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
b. Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
c. Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
d. Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
e. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan Nematoda Akar.

Pengendalian Hama dilakukan dengan cara:
- Sanitasi dan pembuangan gulma
- Pengumpulan larva dan memusnahkan
- Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
- Penggunaan Insektisida- Rotasi Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium dan Busuk Basah.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara: - Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit- Penggunaan benih yang sehat- Penggunaan fungisida yang efektif

7. Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST, ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton.

8. Pasca Panenan.
Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses pengeringan dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemerisik.
b. Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
c. Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.

Diposting oleh petani berdasi

Deskripsi

Daunnya lebar-lebar. Varitas caudatus mempunyai daun agak panjang dengan ujung runcing dan berwarna hijau atau merah tua. Bunganya dalam rangkaian panjang dan terkumpul pada ujung-ujung batang. Varitas paniculatus daunnya lebih lebar, berwarna hijau dengan rangkaian bunga panjang dan lebih teratur dari pada varitas caudatus serta rangkaian bunganya tersebar tiap-tiap ketiak daun (cabang). Bayam tahun biasa ditanam dipinggir pekarangan rumah dan dipungut daun-daunnya (ujung cabang) saja, walaupun dapat pula diusahakan sebagai bayam cabutan.

...

Manfaat
Bayam sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa bayam mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa bayam adalah sayuran yang tidak komplet, daunnya cenderung akan terasa seperti bubur bila terlalu lama dimasak, dan berkandungan besi terlalu tinggi. Terlepas dari kedua pendapat itu, sebenarnya bayam merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan garam-garam mineral yang dibutuhkan tubuh manusia KANDUNGAN GIZI BAYAM Kandungan gizi (flap 100 g bahan) Jumlah Kalori 36 kal Protein 3,5 g Lemak 0,5 g Hidrat arang 6,5 g Vitamin B1 908 mg Vitamin A 6.090 SI Vitamin C 80 mg Kalsium (Ca) 267 mg Fosfor (P) 67 mg Besi (Fe) 3,9 mg Air 86,9 g (Rusli Hukum dan Sri Kuntarsih, 1990)


Syarat Tumbuh
Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada waktu musim hujan ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober-November. Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekitar bulan Maret-April. Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur. Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6-7 paling disukai bayam untuk pertumbuhan optimalnya.


Pedoman Budidaya
Benih Bayam diperbanyak melalui biji. Hanya biji bayam tua yang baik dijadikan benih. Bila benih masih muda, daya tahan simpannya hanya sebentar dan daya tumbuhnya cepat turun. Benih yang berasal dari tanaman yang berumur sekitar tiga bulan daya simpannya dapat mencapai satu tahun. Benih diperoleh dengan membiarkan beberapa batang tanaman hingga berbunga dan berbuah. Buah dijemur hingga kering lantas dirontokkan. Kebutuhan benih bayam per 10 m2 adalah 2-5 g atau sekitar 2-5 kg/ha lahan. Penanaman Penanaman bayam tidak melalui persemaian lagi. Biji langsung disebar dan dipelihara hingga besar. Mula-mula tanah diolah hingga gembur. Kedalaman pencangkulan untuk bayam cabut ialah 20 cm, dan bayam petik 30 cm. Lantas tanah dibuat bedengan berukuran lebar 1 m. Panjang bisa dibuat 5 m atau lebih. Antar bedengan dibuat parit dengan lebar sekitar 30 cm.

Tambahkan pupuk kandang pada bedengan. Tepi bedengan dibuat lebih tinggi agar benih bayam yang halus tidak terbawa oleh air hujan. Sebelum ditebar biji bayam yang berukuran halus diaduk rata dengan abu gosok atau pasir. Maksudnya agar bibit tak licin di tangan sehingga mudah ditebar secara merata. Penyebaran boleh dengan cara barisan atau merata ke semua arah. Setelah ditebar tutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. Lakukan penyiraman dengan ekstra hati-hati agar bibit tak berceceran terkena percikan air siraman. Lima hari setelah ditebar benih akan tumbuh sebagai tanaman muda.



Pemeliharaan
Pemeliharaan Tanaman muda harus disiram secara teratur. Saat hujan jarang turun penyiraman harus lebih diperhatikan. Senantiasa gunakan gembor halus untuk menyiram karena air siraman yang terlalu deras atau kuat bisa merubuhkan tanaman bayam yang batangnya memang tak begitu kokoh. Rumput-rumput yang tumbuh dicabut. Penyiangan dengan kored pada lahan bayam kebanyakan di luar areal pertanaman atau pada parit/tepi bedengan. Sedangkan rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman lebih baik dicabut dengan tangan karena tak akan terlalu merusak tanaman bayam. Penjarangan dilakukan setelah tanaman tumbuh agak besar. Tanaman yang tumbuh terjepit, kalah bersaing, batang bengkok, dan sebagainya dicabut. Kadang-kadang beberapa petani tidak melakukan penjarangan pendahuluan. Penjarangan dilakukan sekaligus dengan panen pertama. Cara ini kurang baik bila menginginkan kualitas bayam yang bagus. Pemupukan Dosis pupuk kandang yang diberikan per hektar ialah 10 ton. Selain itu tambahkan juga pupuk Urea 150 kg, TSP 100 kg, dan KCl 75 kg per hektar. Pupuk kimia disebar di sebelah kiri-kanan tanaman. Bila tanaman bayam ditanam dalam barisan teratur, pupuk ditaruh 5 cm dari kiri dan kanan tanaman. Pupuk diberikan 7 hari setelah benih disebar.


Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang bayam antara lain ulat daun. Ulat ini meninggalkan bekas gigitan pada daun berupa lubang-lubang atau pinggiran yang tak rata sebagai gejala serangan. Selain itu kutu daun (Myzus persicae) sering mengisap cairan daun bayam. Ciri serangannya daun melengkung dan berpilin. Serangan berat menyebabkan daun rontok, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. Pengendaliannya dapat menggunakan insektisida biologis seperti Bacillus thurinoiensis (Dipel WP) dengan dosis 1 g/1 air. Bisa pula dengan menyemprotkan Diazinon dengan dosis 1-2 cc/1 air. Saat bayam masih muda sering diserang oleh penyakit rebah kecambah. Gejalanya ditunjukkan oleh pertumbuhan kecambah yang tidak normal, berbatang lemah, dan rebah. Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani. Pengendalian penyakit oleh cendawan pada bayam dengan menggunakan fungisida Dithane M 45.


Panen dan Pasca Panen
Bayam petik dipanen berkali-kali. Setelah 1-1,5 bulan setelah tanam pemetikan awal boleh dimulai. Selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh kembali. Seminggu kemudian bisa dipetik lagi.


Diposting oleh petani berdasi
Membantu untuk lebih memandirikan anak cacat memacu Agus Anis Riyanto (38) untuk bertekun menjadi guru sekolah luar biasa selama 15 tahun ini. "Setidaknya murid-murid saya bisa menolong diri sendiri. Bahkan, ada yang berhasil membuka warung dan ada yang sukses menjadi penjual jamu," tuturnya bangga.
Terlahir sebagai anak kelima dari enam bersaudara, pria kelahiran Sragen, Jawa Tengah, ini tinggal berdekatan dengan sebuah panti anak-anak penyandang cacat. Masyarakat yang terkadang memberi perlakuan berbeda terhadap mereka membuatnya tergugah. ...

Lepas SMA, Agus belajar di Sekolah Pendidikan Guru Pendidikan Luar Biasa selama dua tahun di Surakarta. Ia mengantongi gelar sarjana S1 pendidikan luar biasa di Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Adi Buana, Surabaya, dengan mengkhususkan diri dalam pendidikan untuk tunagrahita.
Agus melamar di beberapa sekolah luar biasa (SLB) dan tahun 1989 diterima di SLB Marsudi Utomo, Kecamatan Kesamben, Blitar. Sekolah ini sudah lama ia incar sebagai tempat mengajar karena selalu ia lewati setiap kali berlibur di rumah kakaknya di Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang.

Setelah dua tahun mengajar, Agus banyak berinteraksi dengan para orangtua murid. Orangtua Lukman, salah sorang muridnya yang menyandang tunagrahita, pernah bercerita bahwa keberadaan SLB sangat dibutuhkan. Anak-anak cacat yang banyak terdapat di sekitar tempat tinggal mereka di Desa Ngebruk, Kecamatan Sumberpucung, juga sangat memerlukan penanganan seperti Lukman.

"Namun, menurut cerita mereka, waktu itu belum ada SLB yang jarak tempuhnya dekat. Pilihan bagi warga cacat yang ingin bersekolah hanyalah di Kecamatan Kepanjen yang berjarak 20 kilometer atau ke Blitar yang jaraknya 40 kilometer," tuturnya.
Merasa menemukan tempat yang tepat, Agus mulai membuka sekolah bagi anak-anak tunarungu dan tunagrahita. Namun, untuk mewujudkan keinginannya itu bukan perkara mudah. Karena belum mempunyai tempat mengajar, dia mulai melakukan pendekatan terhadap kepala desa dan camat setempat. Niatnya ini disambut baik. Sebagai ruang kelas, dia diberi kesempatan menempati gudang di rumah seorang warga yang akrab disapanya Bu Minar.

Di ruangan seluas delapan kali tujuh meter persegi itulah Agus mengawali proses belajar-mengajar hanya dengan empat murid, yang dikumpulkannya dengan susah payah dari rumah ke rumah. Sebagai pemancing minat bagi warga lainnya, sekolah "percobaan" yang belum dinamainya ini sengaja tidak mengenakan biaya apa-apa.
KENDALA keuangan tidak menyurutkan niatnya. Sendirian, dia melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga sambil menyosialisasikan rencananya mengajar anak-anak berkebutuhan khusus. Waktu itu, ditemukan jumlah penyandang cacat di Kecamatan Sumberpucung dan Kromengan mencapai 56 anak. Namun, mereka yang kebanyakan penyandang cacat tunarungu itu sebagian besar sudah tidak berada di dalam usia sekolah.

Kendala lain juga muncul, para orangtua yang ditemui rata-rata cenderung menutup-nutupi kondisi putra-putrinya karena malu. Namun, Agus pantang menyerah.
Keseriusannya dia buktikan dengan bernegosiasi dengan Yayasan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Malang, untuk meminta dukungan bagi pendirian sekolah. Berhasil. Tanggal 10 Mei 1994, sekolah itu resmi mendapatkan izin dan terdaftar di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan nama SLB PGRI B/C Sumberpucung. Tanah seluas 200 meter persegi di belakang Balai Desa Ngebruk diperolehnya dari desa setempat.

Untuk pembangunannya, Yayasan PGRI menyumbang Rp 800.000. Warga sekitar turut menyumbang. Maka, dibangunlah dua ruang kelas serta satu ruang guru merangkap usaha kesehatan sekolah (UKS). Pembangunan yang selesai tahun 1997 ini menghabiskan dana sekitar Rp 7 juta.

Setelah pindah dari rumah Bu Minar, jumlah anak didiknya bertambah, dari 24 menjadi 39 anak, terdiri dari kelas TK dan SD. Sementara untuk tenaga guru, dia sudah merekrut dua orang lulusan SMA untuk membantunya. Untuk menambah murid, dia membangun hubungan baik dengan sejumlah sekolah di berbagai kecamatan.
Dengan berbekal hubungan baik dan publikasi sekolah secara gethok tular atau dari mulut ke mulut itulah murid-murid Agus kini tidak terbatas dari Kecamatan Sumberpucung, tetapi melebar di dua kecamatan terdekat, yaitu Kromengan dan Kalipare. Begitu dipercayanya SLB ini, sehingga salah satu orangtua murid memasukkan putranya, seorang tunagrahita berusia 21 tahun, bersekolah di sana.
Di balik keberhasilannya mengajar dan mendirikan sekolah, Agus mengaku hingga kini belum juga bisa mewujudkan keinginan pribadinya yang terpendam sejak lama, yakni menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

"Sejak saya mendaftarkan diri sebagai guru tidak tetap tahun 1989, sudah sembilan kali saya mengikuti ujian PNS, namun selalu gagal," ujarnya.
Keinginannya ini dipicu oleh harapannya untuk hidup lebih baik. Selama berstatus guru tidak tetap di SLB PGRI B/C Sumberpucung, dia mendapat gaji Rp 50.000 per bulan. Itu masih harus dikurangi biaya operasional kegiatan belajar-mengajar. Sementara untuk uang iuran sekolah para murid, dia tidak berani menetapkan terlalu tinggi karena sebagian besar orangtua murid adalah petani. Mereka dikenai Rp 8.000 hingga Rp 10.000 per bulan.

Dengan penghasilannya itu, Agus berupaya mencari kerja sambilan, di antaranya menjadi pelatih bulu tangkis di klub-klub dan menjadi penyiar radio Citra Swara, sebuah radio swasta di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
Dengan pemasukan seadanya, Agus berupaya sehemat mungkin agar tetap bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Menghindari pengeluaran uang untuk indekos atau mengontrak rumah misalnya, dia memanfaatkan ruang UKS di sekolah.
"Ya di ruang inilah saya tidur, makan, sekaligus bekerja untuk mengoreksi pekerjaan anak-anak," ungkapnya sambil menunjuk UKS yang merangkap sebagai kamar tidur sekaligus kamar kerjanya. (REGINA RUKMORINI)
Sumber :http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0408/19/naper/1208373.htm
Diposting oleh petani berdasi

PEMBACA novel Balada si Roy pasti tidak asing lagi dengan nama Gola Gong. Laki-laki bernama asli Heri Hendrayana Harris (40) tersebut memang pengarang novel yang dicetak lebih dari 100.000 kopi itu. Namun, bagi masyarakat Banten, Gola Gong bukan sekadar penulis yang telah menghasilkan sekitar 35 karya novel.

DUA tahun belakangan, melalui komunitas yang diberi nama Rumah Dunia, ia membangun pusat belajar yang dirancang untuk mencetak generasi baru.

...

"Selama ini Banten lekat dengan stigma jawara, teluh, santet, pelet, dan hal-hal lain yang berkonotasi negatif. Kami ingin mengubah Banten, tetapi rasanya sangatlah tidak mungkin. Melalui rumah ini, kami ingin berbagi cinta dan ilmu kepada masyarakat," tutur Gola Gong. Pusat belajar itu berlokasi di sekitar rumahnya di Kompleks Hegar Alam 40, Ciloang, Kabupaten Serang, Provinsi Banten, tidak jauh dari pintu tol Serang Timur.

Berdiri di atas lahan seluas 1.000 meter persegi, Rumah Dunia mempunyai empat bangunan sederhana untuk perpustakaan anak-anak dan remaja, teater terbuka, dan tempat diskusi. Mulai pertengahan bulan Maret 2004, dibuka toko buku bernama Kedai Buku Jawara.

Di tempat itulah anak-anak berusia lima hingga belasan tahun terlihat membaca, mendongeng, menulis, menggambar hingga latihan teater. Semua kegiatan dikemas dalam bentuk wisata.

Meskipun menyadari buah dari kerja kerasnya mungkin baru akan menunjukkan hasil 20 tahun lagi, dia sangat yakin kunci pembentukan generasi baru adalah membaca. "Kalau budaya membaca ini bisa diterapkan di seluruh rumah, bangsa ini akan cepat mencapai kemajuan. Pemimpin Banten harusnya memanfaatkan momentum (sebagai provinsi baru) untuk membikin gerakan ’Banten membaca’," kata laki-laki kelahiran Purwakarta, 15 Agustus 1963, yang dibesarkan di Serang, Banten, itu.

BENIH gagasan Rumah Dunia mulai bersemi ketika ia dan beberapa rekannya kuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung tahun 1982. "Saya dan kawan-kawan waktu itu bikin janji bahwa kalau ada yang lebih dulu berkemampuan, dialah yang harus mulai membikin perubahan itu," tutur Gola Gong yang tidak menamatkan kuliahnya di Jurusan Sastra Indonesia Unpad dan memilih mengasah keterampilan dalam menulis.

Kendati menolak disebut yang paling punya kemampuan finansial di antara rekan-rekannya, Gola Gong merasa terdorong untuk memulai. Apalagi, ia mempunyai modal berupa perpustakaan milik keluarganya.

Embrio Rumah Dunia memang berawal dari perpustakaan keluarga. Harris Sumantapura, ayahnya yang pensiunan guru sekolah pendidikan guru (SPG), mempunyai banyak koleksi buku, majalah, dan bahan bacaan lainnya.

Ketika Gola Gong mulai membuka perpustakaan keluarga untuk masyarakat pada tahun 1990-an, pada saat bersamaan dia juga merintis penerbitan tabloid bulanan berbasis komunitas, yaitu Banten Pos (1993) dan Meridian (2000).

Dua tabloid itu hanya bertahan enam bulan. "Saya diancam petugas dengan pistol di atas meja jika tidak menghentikan penerbitan tabloid," ujar ayah dari Nabila Nurkhalisah (7), Gabriel Firmansyah (6), dan Jordi Al-Ghifari (2 bulan) itu.

Semua itu tidak menghentikan langkahnya untuk terus menyalakan perubahan melalui gerakan baca-tulis. Pada bulan Maret 2002, perpustakaan yang sudah dibuka untuk umum sejak tahun 1990-an itu diberi nama Pustakaloka Rumah Dunia dengan singkatan PRD.

Dia mengakui mendompleng akronim Partai Rakyat Demokratik (PRD). "Ternyata sangat dahsyat selling point (nilai jual)-nya walaupun gara-gara itu kami juga sempat dicap aktivis PRD betulan," kata Gola Gong.

Bersama istrinya, Asih Purwaningtyas Hasanah atau lebih akrab disapa Tyas Tatanka, dan dibantu beberapa relawan lainnya, ia kelola PRD dengan menawarkan berbagai kegiatan "wisata". Kemasan wisata pada setiap kegiatan PRD dimaksudkan agar kegiatan baca-tulis itu memikat anak-anak dan remaja.

Ada wisata baca dan dongeng, wisata gambar, wisata tulis, dan ada juga wisata lakon. Hal itu dipilih agar kesan serius sebuah perpustakaan berganti dengan kesan ramah dan kuat aroma bermainnya.

Awalnya, perpustakaan itu hanya berupa koleksi buku yang ditumpuk pada satu rak sepatu di sebuah kebun terbuka. Perlahan-lahan, bermula dari dibangunnya pendopo (selesai bulan Juli 2002), berdirilah satu per satu bangunan hingga kini sudah berjumlah empat lokal. Koleksi bukunya pun kini sudah mencapai 3.000-an judul.

Mengingat kegiatannya belakangan ini merambah sastra, teater, rupa, dan jurnalistik, maka pada bulan Desember 2003 berganti nama menjadi Rumah Dunia. Tanggal 14 Februari 2004, Rumah Dunia diresmikan oleh Hj Cucu Munandar, istri Gubernur Banten, Djoko Munandar.

MELALUI Rumah Dunia, Gola Gong juga melakukan semacam gerakan dekonstruksi kultural dengan memberi makna baru pada kosakata lokal yang mengandung makna pejoratif. Salah satu contohnya adalah kata "jawara".

Dengan menggunakan kata tersebut sebagai nama toko buku, Kedai Buku Jawara, ia mencoba agar stigma "jawara" yang sering identik dengan kekerasan dan pemerasan berubah makna menjadi "gudang ilmu".

"Saya ingin suatu ketika jika orang mencari kata ’jawara’ melalui Google (mesin pencari di internet), ia akan menemukan kata itu dengan arti ’gudangnya ilmu’. Kami ingin karakter wong Banten yang keras diperkaya dengan wawasan dan smart," kata Gola Gong. Contoh lain dari proses dekonstruksi kultural itu adalah penamaan kegiatan dengan istilah seperti "gonjlengan wacana", "tawuran seni", dan lain-lain.

Dalam konteks itu, kata "gonjlengan" yang semula hanya berarti kumpul-kumpul sambil makan ayam berubah menjadi diskusi seni, budaya, dan pendidikan yang hangat dibicarakan di media massa. Kata "tawuran" pun berubah makna menjadi pertemuan dua sekolah atau perguruan tinggi yang menampilkan pertunjukan sastra dan teater.

Dari mana dana untuk semua itu? Gola Gong menjawab bahwa dana berasal dari sumbangan para donatur dan kawan-kawannya. Dia menyisihkan 2,5 persen dari penghasilannya sebagai tim kreatif stasiun televisi RCTI dan hasil penjualan hak cipta dua novelnya, yaitu Balada si Roy dan Padamu Aku Bersimpuh, yang dijadikan sinetron.

"Kunci semua ini adalah ikhlas dan semangat berbagi dengan sesama. Langkah itu kami mulai dari lingkungan masyarakat di sekitar rumah, bukan dari menyodorkan proposal minta dana," katanya. (MH SAMSUL HADI)
Sumber: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0404/29/naper/995490.htm
Diposting oleh petani berdasi
Kamis, 29 Januari 2009 di 19.30 | 0 komentar  

DIA nyaris dianggap gila oleh para tetangga dan keluarganya. Siang- malam, sejak tahun 2000, Mbah Hadi Jatmiko (72) selalu menunggui jati-jati kecil yang baru ditanamnya di tanah kosong, sekitar 500 meter dari rumahnya. "Ibaratnya, daunnya tambah satu saja saya tahu," kata kakek bercucu empat itu.

APA yang dilakukan Mbah Hadi membuat Kartinem (67), istrinya, menjadi makin jengkel saja. Apalagi Mbah Hadi tiba- tiba menjual lahan kolam lele seisinya untuk dibelikan bibit jati. "Saya sempat didiamkan mbokne dan tidak dimasakkan nasi. Saya juga dianggap gila oleh mbokne karena menjual kolam lele, dan uangnya habis saya belikan bibit jati," katanya sambil memiringkan jari di keningnya. "Mbokne" adalah kosakata dalam bahasa Jawa yang artinya istri....

Orang-orang desa kala itu ikut menertawakan pensiunan karyawan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sleman (1992), Provinsi DI Yogyakarta, itu. Akan tetapi, Mbah Hadi jalan terus, istilah setempatnya ndableg. Ia malah meminta para tetangganya mengambil gratis rumpun bambu di lahan itu sebelum diambil pembeli lahan.
Sebanyak 4.000 batang bibit jati yang dibelinya dari Ngawi, Jawa Timur, lalu ditanamnya di tanah kosong tak produktif, seluas 4.000 meter persegi. Untuk membeli tanah yang lebih luas itu, Mbah Hadi terpaksa "berjudi" dengan meminjam uang dari bank sebesar Rp 6 juta, dengan jaminan surat keterangan pensiunan pegawai negeri golongan II B.

Tiga tahun setelah itu, ribuan pokok jati yang ditanam memberinya kegembiraan. Tanaman itu tumbuh subur. Tinggal menunggu waktu memetik hasilnya.
CIRI khas orang-orang yang bakal meraih sukses: mereka berani mengambil risiko, termasuk menjual kolam lele dan berutang uang seperti Mbah Hadi tadi. Mbah Hadi adalah warga Dusun Jetis Kaliurang, Desa Sumber Agung, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, kira-kira 20 kilometer sebelah barat Kota Yogyakarta.
Rumah Mbah Hadi di sudut dusun kini sejuk dikelilingi pohon jati yang rimbun. Rumah dari kayu jati itu besar tetapi amat sepi, hanya ditempati Hadi dan Kartinem. Keempat anaknya telah berkeluarga dan meninggalkan mereka.

Di sebelah rumahnya ada lapangan bulu tangkis yang dipakai untuk menjemur jagung dan biji-biji jati. Ini adalah lapangan yang punya arti khusus baginya serta membanggakannya. Tahu, apa sebabnya? Dulu, lapangan itu dipakai anak bungsunya, Finarsih, atlet bulu tangkis nasional, untuk berlatih.
"Kesepian ini yang membuat saya ingin berbuat sesuatu, ya, semacam tetenger (penanda-Red) bagi anak-cucu," kata Mbah Hadi.

Jalan hidup Mbah Hadi menguak perspektif lain ketika pada tahun 1999 ia berkelana ke Ngawi, Jawa Timur, untuk mencari sahabat lamanya. Di sana dia mendapat "pencerahan" tentang berharganya pohon jati dari Lurah Kapitu, Ngawi.
"Saya masih ingat perkataannya ketika itu: jati adalah warisan terbaik untuk anak dan cucu. Rumah sebaik apa pun kalah berharga dibandingkan dengan jati. Rumah akan lapuk di makan usia, tetapi jati semakin tua kian berharga," katanya. Ia lalu merangkai pemahamannya begini: menanam jati berarti belajar mengetahui kesejatian hidup, intisari hidup. "Nanem jati itu harus bisa sepi ing pamrih (jauh dari pamrih) karena hasil dari jati bukan kita yang akan memetiknya," katanya.

Pencerahan itulah yang menggerakkan jiwanya. Dengan telaten ia merawat jati-jati kecil yang ditanamnya sembari selalu menjelaskan kepada semua warga di dusunnya tentang berharganya jati. "Kalau tanah dibiarkan ditumbuhi semak belukar, sampai 20 tahun pun akan tetap menjadi semak belukar. Tetapi, kalau ditanami jati, 20 tahun lagi akan bernilai tinggi."

Sebagian tetangganya pun meminta bantuan Mbah Hadi menanam dan merawat jati, dan Mbah Hadi ingin mengembangkan pembibitan jati, dibantu dua petani jati dari Ngawi. "Kalau bibit jati diberikan begitu saja, mereka pasti akan menyia-nyiakannya. Mereka harus membeli biar tahu bahwa jati itu sudah berharga sejak masih bibit," katanya tentang bisnis bibit jati yang harganya Rp 2.500 per batang.
Warga Dusun Jetis Kaliurang, yang kebanyakan petani padi, akhirnya mulai menanami lahan kosong tak produktif dengan pokok jati, lalu terbentuk pula Kelompok Tani Jati Lestari di dusunnya. Dalam tempo empat tahun, kelompok tani yang beranggota 20 orang ini sudah menanam 49.000 batang jati. Pada saat bersamaan, ia juga diminta oleh beberapa daerah untuk mengajari penduduk di Indonesia cara menanam jati, mulai dari Prambanan (DIY), Wonosobo, Purwokerto, dan Banjarnegara (Jawa Tengah), Malang (Jawa Timur), sampai Tapanuli (Sumatera Utara). Total tanah yang telah "ditaklukkan" kakek tua itu dengan pohon jati tak kurang dari 50 hektar.

JATI-jati tertua yang ditanam Mbah Hadi baru mencapai ketinggian sekitar 12 meter dengan diameter sepuluh sentimeter. Sedikitnya, masih butuh waktu 15 tahun lagi untuk dipanen. "Mungkin saya sudah mati saat jati-jati ini bisa dipanen. Pokoknya, kalau menanam jati itu jangan memikirkan hasilnya sekarang, tetapi kita harus ikhlas," katanya.
Ia bahkan ngelantur berkata, "Cukup, jati itu nanti menjadi kijing (peti mati) saya, saya sudah puas," katanya.

Sebenarnya kakek tua ini sedang menjalani apa yang jarang dilakukan oleh umumnya bangsa ini: mencintai proses, tanpa terpana pada hasil. Pertumbuhan pohon-pohon jati itu-meminjam istilah dia-adalah tetenger atau penanda tentang orang yang setia dengan keyakinannya akan sesuatu yang baik, bermanfaat, meski boleh jadi bukan dia sendiri nanti yang menikmatinya, melainkan anak cucunya. Dalam kultur "jalan pintas" sekarang, adakah yang berpikir semacam itu sekarang, Saudara-saudara?
Mbah Hadi tentu boleh sedikit "ge-er" sekarang karena ia merasa tak akan pernah dilupakan dan dikalahkan oleh waktu. "Kelak cucu-cucu saya pasti akan mengelus nisan saya. Mereka akan teringat dan bangga dengan apa yang saya tinggalkan. Saya juga bisa mati dengan tenteram," katanya. (K10)
Sumber : http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0403/19/naper/919971.htm
Diposting oleh petani berdasi

. SEJARAH SINGKAT
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
...

2. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut: Familia : Leguminosae Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine Species : Glycine max L Kedelai yang tumbuh secara liar di Asia Tenggara meliputi sekitar 40 jenis. Penyebaran geografis dari kedelai mempengaruhi jenis tipenya. Terdapat 4 tipe kedelai yakni: tipe Mansyuria, Jepang, India, dan Cina. Dasar-dasar penentuan varietas kedelai adalah menurut: umur, warna biji dan tipe batang.
Varietas kedelai yang dianjurkan yaitu: Otan, No. 27, No.29, Ringgit 317, Sumbing 452, Merapi 520, Shakti 945, Davros, Economic Garden, Taichung 1290,
TKG 1291, Clark 1293, Orba 1343, Galunggung, Lokon, Guntur, Wilis, Dempo, Kerinci, Raung, Merbabu, Muria dan Tidar.

3. MANFAAT TANAMAN
Kacang kedelai yang diolah menjadi tepung kedelai secara garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok manfaat utama, yaitu: olahan dalam bentuk protein kedelai dan minyak kedelai. Dalam bentuk protein kedelai dapat digunakan sebagai bahan industri makanan yang diolah menjadi: susu, vetsin, kue-kue, permen dan daging nabati serta sebagai bahan industri bukan makanan seperti : kertas, cat cair, tinta cetak dan tekstil. Sedangkan olahan dalam bentuk minyak kedelai digunakan sebagai bahan industri makanan dan non makanan. Industri makanan dari minyak kedelai yang digunakan sebagai bahan industri makanan berbentuk gliserida sebagai bahan untuk pembuatan minyak goreng, margarin dan bahan lemak lainnya. Sedangkan dalam bentuk lecithin dibuat antara lain: margarin, kue, tinta, kosmetika, insectisida dan farmasi.

4. SENTRA PENANAMAN
Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelai yang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia, saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, seperti di pesisir Utara Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara (Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim a) Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab. b) Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan. c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.
d) Saat panen kedelai yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik dari pada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan pengeringan hasil.

5.2. Media Tanam
a) Pada dasarnya kedelai menghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah, tetapi air tetap tersedia. Jagung merupakan tanaman indikator yang baik bagi kedelai. Tanah yang baik ditanami jagung, baik pula ditanami kedelai. b) Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik.
c) Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup.
d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang). Kedelai yang ditanam pada tanah berkapur atau bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal.
e) Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman.
f) Tanah berpasir dapat ditanami kedelai, asal air dan hara tanaman untuk pertumbuhannya cukup. Tanah yang mengandung liat tinggi, sebaiknya diadakan perbaikan drainase dan aerasi sehingga tanaman tidak kekurangan oksigen dan tidak tergenang air waktu hujan besar. Untuk memperbaiki aerasi, bahan organik sangat penting artinya.
g) Toleransi keasaman tanah sebagai syarat tumbuh bagi kedelai adalah pH= 5,8-7,0 tetapi pada pH 4,5 pun kedelai dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau proses pembusukan) akan berjalan kurang baik.
h) Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang topografi tanahnya datar, sehingga tidak perlu dibuat teras-teras dan tanggul.
5.3. Ketinggian Tempat
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 0,5- 300 m dpl. Sedangkan varietasi kedelai berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit. Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ainggit (137), Clark 63, Davros, Economic Garden, Galunggung, Guntur, Lakon, Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani, Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.
2) Penyiapan Benih Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai aktifitas biologinya Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacang-kacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara.

Cara pemberian legin:
(1) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc;
(2) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji terbungkus dengan inokulum;
(3) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah: kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya (terutama bila kadar air dalam biji 13% dan disimpan di ruangan bersuhu 25 derajat C, dengan kelembaban nisbi ruang 80%. 3) Teknik Penyemaian Benih Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 3-4 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan
tipe pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.
4) Pemindahan Bibit Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara yang baik dan benar. Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.

6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di sawah bekas ditanami padi rendheng dan persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2kali pencangkulan. Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2 sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman sekitar 3 minggu.
2) Pembentukan Bedengan Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun dengan bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm. Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan. Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan tanaman kacang-kacangan, karena erat hubungannya dengan perkembangan bintil akar.

6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanaman Jarak tanam pada penanaman dengan membuat tugalan berkisar antara 20-40 cm. Jarak tanam yang biasa dipakai adalah 30 x 20 cm, 25 x 25 cm, atau 20 x 20 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Jarak tanam kedelai tergantung pada tingkat kesuburan tanah dan sifat tanaman yang bersangkutan. Pada tanah yang subur, jarak tanam lebih renggang, dan sebaliknya pada tanah tandus jarak tanam dapat dirapatkan.

2) Pembuatan Lubang Tanam Jika areal luas dan pengolahan tanah dilakukan dengan pembajakan, penanaman benih dilakukan menurut alur bajak sedalam kira-kira 5 cm. Sedangkan jarak jarak antara alur yang satu dengan yang lain dapat dibuat 50-60 cm, dan untuk alur ganda jarak tanam dibuat 20 cm.

3) Cara Penanaman Sistem penanaman yang biasa dilakukan adalah:
a) Sistem tanaman tunggal Dalam sistem ini, seluruh lahan ditanami kedelai dengan tujuan memperoleh produksi kedelai baik mutu maupun jumlahnya. Kedelai yang ditanam dengan sistem ini, membutuhkan lahan kering namun cukup mengandung air, seperti tanah sawah bekas ditanami padi rendeng dan tanah tegalan pada permulaan musim penghujan. Kelebihan lainnya ialah memudahkan pemberantasan hama dan penyakit. Kelemahan sistem ini adalah: penyebaran hama dan penyakit kedelai relatif cepat, sehingga penanaman kedelai dengan sistem ini memerlukan perhatian khusus. Jarak tanam kedelai sebagai tanaman tunggal adalah: 20 x 20 cm; 20 x 35 cm atau 20 x 40 cm.

b) Sistem tanaman campuran Dengan sistem ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Umur tanaman tidak jauh berbeda.
2. Tanaman yang satu tidak mempunyai sifat mengalahkan tanaman yang liar.
3. Jenis hama dan penyakit sama atau salah satu tanaman tahan terhadap hama dan penyakit.
4. Kedua tanaman merupakan tanaman palawija, misalnya kedelai dengan kacang tunggak/ kacang tanah, kedelai dengan jagung, kedelai dengan ketela pohon.

c) Sistem tanaman tumpangsari Sistem ini biasa diterapkan pada tanah yang mendapat pengairan terus menerus sepanjang waktu, misalnya tanah sawah yang memiliki irigasi teknis. Untuk mendapatkan kedelai yang bermutu baik, biasanya kedelai ditanam bersamaan.
4) Waktu Tanam Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung cukup air. Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau.

6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore hari.

2) Penyiangan Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu. Penyiangan ke2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.

3) Pembubunan Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
4) Pemupukan Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha; Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.

5) Pengairan dan Penyiraman Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya. kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan kegagalan panen. Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa.

Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah penguapan air secara berlebihan. Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi. Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh. Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3- 4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama dilakukan pada saat musim hujan.

6) Waktu Penyemprotan Pestisida Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola penyerangannya.
a) Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih, dilakukan sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35 EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur.
c) Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman setelah berumur di atas 20 hari.
d) Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
e) Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC, Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong. 7)

Pemeliharaan Lain Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan tanaman pelindung. Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang -cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.

7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Aphis SPP (Aphis Glycine) Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong. Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat.

Pengendalian:
(1) menanam kedelai pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang- kacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.

c) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm) Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.
Pengendalian:
(1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering);
(2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC c)

Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa) Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun.
Gejala: larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.

d) Cantalan (Epilachana Soyae) Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga.
Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella) Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda.
Gejala: pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian:
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi), sebelum ulat berkembang biak;
(2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.

f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.

g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli) Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian: Saat benih ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air, volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.

h) Kepik hijau (Nezara Viridula) Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit polong berbintik coklat.
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC, Fomodol 50 EC.

i) Ulat grayak (Prodenia Litura) Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.
Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian:
(1) dengan cara sanitasi;
(2) disemprotkan pada sore/malam hari (saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan Basudin 50 EC. 7.2

. Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum) Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan: belum ada.
b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii) Penyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala: daun sedikit demi sedikit layu, menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.

Pengendalian:
(1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu;
(2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus) Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam terlalu dekat.
Gejala: bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
d) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori) Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah kena penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab.
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) perhatikan pola pergiliran tanam yang tepat;
(2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.

e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi) Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala: daun tampak bercak dan bintik coklat.
Pengendalian:
(1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
(2) menyemprotkan Dithane M 45.

f)Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli) Penyakit ini menyerang daun.
Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.

g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp) Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Gejala: batang menguning kecokllat-coklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati. Pengendalian:
(1) memperbaiki drainase lahan;
(2) menyemprotkan Dithane M 45. h) Virus mosaik (virus) Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala: perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian:
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus;
(2) menyemprotkan Tokuthion 500 EC.

8.PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya. Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul- betul sempurna dan merata.

8.2. Cara Panen Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.
a) Pemungutan dengan cara mencabut Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.

b) Pemungutan dengan cara memotong Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil- bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.

8.3. Periode Panen Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.

8.4. Prakiraan Produksi Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.

9.PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan dan Pengeringan Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya.

Sedangkan biji-biji masih terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering. Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan kadar air 10-15 %. Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang

9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.

9.3. Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.

10.ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya Perkiraan analisis budidaya
Kedelai di lahan pasang surut
untuk luas lahan 1 hektar per musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 adalah sebagai berikut:
a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 400.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur - Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 35.000,- - SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 125.000,- - KCl: 50 kg @ Rp. 1.650,- Rp. 100.000,- - Kapur: 1.000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-
4. Pestisida - Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,- - Legin Rp. 180.000,-
5. Tenaga kerja - Pengolahan tanah 30 OH Rp. 300.000,-

- Penanaman 60 OH Rp. 600.000,- - Pemeliharaan 30 OH Rp. 300.000,-
6. Panen dan pasca panen Rp. 1.000.000,-
a)Jumlah biaya produksi Rp. 3.780.000,-
b) Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3000,- Rp. 5.400.000,-
c) Keuntungan Rp. 1.620.000,-
d) Parameter kelayakan usaha 1. B/C Ratio = 1,429

Sedangkan perkiraan analisis budidaya kedelai di lahan kering beriklim basah per hektar dalam 1 musim tanam (4 bulan) di daerah Jawa Barat pada tahun 1999 sebagai berikut: a) Biaya produksi
1. Sewa lahan 1 ha, 1 musim tanam Rp. 500.000,-
2. Bibit: benih 40 kg @ Rp. 6.000,- Rp. 240.000,-
3. Pupuk dan kapur - Urea: 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp. 75.000,- - SP-36: 125 @ Rp. 1.900,- Rp. 237.500,- - Kapur: 1000 kg @ Rp. 300,- Rp. 300.000,-
4. Pestisida - Pestisida 2 liter @ Rp. 100.00,- Rp. 200.000,- - Legin Rp. 180.000,-
5. Tenaga kerja - Pengolahan tanah 60 OH Rp. 600.000,- - Penanaman 60 OH Rp. 600.000,- - Pemeliharaan 50 OH Rp. 500.000,-
6. Panen dan pasca panen Rp. 450.000,- Jumlah biaya produksi Rp. 3.882.500,- b)

Pendapatan 1.800 kg @ Rp. 3.000,- Rp. 5.400.000,- c) Keuntungan Rp. 1.517.500,- d) Parameter kelayakan usaha 1. B/C Ratio = 1.391

10.2. Gambaran Peluang Agribisnis
Bila dibandingkan dengan produksi kedelai Amerika yang mencapai 1800 kg/ha, produksi kedelai yang dihasilkan para petani Indonesia masih tergolong rendah yaitu rata-rata 600-700 kg/ha. Hal ini dapat dipecahkan dengan cara menanam varietas unggul secara intensif, yang dapat mencapai 20 kuintal/ha. Maka diharapkan produksi kedelai di Indonesia dapat ditingkatkan lagi, agar impor kacang kedelai dapat dihentikan. Di pasaran umum harga kedelai disesuaikan dengan warna dan besar kecilnya biji.

Harga kedelai putih lebih mahal sebab mudah dan baik sekali digunakan sebagai bahan pembuat tempe dan tahu yang sudah memasyarakat di Indonesia, serta bahan pembuat susu sari kedelai. Sebagai gambaran: pada saat harga kedelai putih biji besar Rp 500,-/kg; kedelai putih biji sedang dan kecil Rp 400,-/kg; kedelai hitam biji besar Rp 450,-/kg dan kedelai hitam biji sedang atau kecil Rp 375,- (tahun 1992). Patokan harga kedelai ini bisa bertahan dalam jangka waktu relatif lama, jadi dapat dikatakan harga kedelai agak stabil, jarang mengalami perubahan. Di Indonesia, hasil panen kedelai dalam partai besar pada umumnya dijual melalui KUD, meskipun sementara petani masih menjual produksinya kepada tengkulak yang kemudian meneruskannya kepada pedagang besar (pengumpul) dan akhirnya disalurkan ke pabrik-pabrik.

Sedangkan partai kecil pada umumnya dijual sendiri di pasar oleh para petani yang bersangkutan atau disalurkan ke industri rumah tangga yang mengusahakan tahu dan tempe. Jadi pada hakekatnya pemasaran kedelai tidak sulit, bahkan permintaan dari konsumen semakin meningkat. Walaupun produktifitas tanaman kedelai cenderung mengalami peningkatan selama periode 1993-1997, Meningkatnya produksi kedelai pada periode tersebut merupakan hasil upaya intensifikasi dan ekstensifikasi yang telah dilaksanakan dengan didorong oleh adanya Program Upaya Khusus Peningkatan Produksi Kedelai di berbagai wilayah.

11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup Standar produksi ini meliputi: klasifikasi, syarat mutu, cara pengambilan contoh,cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2. Diskripsi Standar mutu kedelai di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3922-1995
11.3. Klasifikasi dan Standar Mutu a) Syarat umum
1. Bebas hama dan penyakit.
2. Bebas bau busuk, asam, atau bau asing lainnya.
3. Bebas dari bahan kimia, seperti: insektisida dan fungisida.
4. Memiliki suhu normal.

b) Syarat khusus
1. Kadar air maksimum (%): mutu I=13; mutu II=14; mutu III=14 dan mutu IV=16. 2. Butir belah maksimum (%): mutu I=1; mutu II=2; mutu III=3 dan mutu IV=5. 3. Butir rusak maksimum (%): mutu I=1; mutu II= 4; mutu III=3 dan mutu IV=5. 4. Butir warna lain maksimum (%): mutu I=1; mutu II=3; mutu III=5 dan mutu IV=10. 5. Kotoran maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=2 dan mutu IV =3 6. Butir keriput maksimum (%): mutu I=0; mutu II=1; mutu III=3 dan mutu IV=5.

Untuk mendapatkan hasil produksi kedelai yang sesuai dengan yang telah disyaratkan maka perlu dilakukan beberapa pengujian yang diantaranya:
a) Penentuan adanya hama dan penyakit, baru dilakukan dengan cara organoleptik kecuali adanya bahan kimia dengan menggunakan indera pengelihatan dan penciuman serta dibantu dengan peralatan dan cara yang diperbolehkan.
b) Penentuan adanya rusak, butir warna lain, kotoran dan butir pecah dilakukan dengan cara manual dengan pinset dengan contoh uji 100 gram/sampel. Persentase butir-butir warna lain, butir rusak, butir pecah, kotoran ditetapkan berdasarkan berat masing-masing komponen dibandingkan dengan berat contoh analisa x 100 %.
c) Penentuan kadar air biji ditentukan dengan moisturetester electronic yang telah dikalibrasiatau dengan Toluen AOAC 9254 dan Penentuan suhu dengan termometer. 11.4. Pengambilan Contoh Contoh diambil secara acak sebanyak akar pangkat dua dari jumlah karung maksimum 30 karung dari tiap partai barang, kemudian dari tiap-tiap karung diambil contoh maksimum 500gram.

Contoh-contoh tersebut diaduk/dicampur sehingga merata, kemudian dibagi empat dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai mencapai contoh seberat 500 gram. Contoh ini disegel dan diberi label untuk dianalisa, berat contoh analisa 100 gram. 11.7. Pengemasan Pengemasan dengan karung harus mempunyai persyaratan bersih dan dijahit mulutnya, berat netto maksimum 75 kg dan tahan mengalami “handling” baik waktu pemuatan maupun pembongkaran. Di bagian luar karung (kecuali dalam bentuk curah) ditulis dengan bahan yang aman yang tidak luntur dan jelas terbaca antara lain:
a) Produksi Indonesia.
b) Daerah asal produksi.
c) Nama dan mutu barang.
d) Nama perusahaan /pengekspor.
e) Berat bruto.
f) Berat netto.
g) Nomor karung. h) Tujuan.

12. DAFTAR PUSTAKA
a) AAK. (1989). Kedelai. Yogyakarta. Kanisius.
b) Balai Informasi Pertanian (1983/84). Kedele. Departemen Pertanian Banjarbaru
c) Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri dan Pemasaran JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.
d) Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur Selama Penundaan Saat Panen dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). Akata Agrosia, 1 (1):10-14.
e) Pasaribu, Askip. (1995). Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) terhadap Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium japonicum. Jurnal Penelitian Pertanian, 14 (3): 128-136
f) Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah Kedelai. Buletin Agronomi, 10 (1): 27-37


Diposting oleh petani berdasi

Buat para petani, harga obat pembasmi hama sekarang mahalnya enggak ketulungan. Pastinya sangat memberatkan, apalagi saat harga gabah dan hasil pertanian lainnya enggak juga mengalami kenaikan. Lantas gimana cara menyiasati persoalan seperti itu?
...

Ada tiga anak muda dari SMA Negeri Trenggalek, Jawa Timur yang cukup peduli dengan keluhan yang dialami petani. Mereka adalah Citrina Rakhmaningrum (Kelas II IPA-1), Maretta Laksmi Mahanani (Kelas II IPA-2) dan Dita Setiati (Kelas II IPA-1).

Ketiganya berhasil ngembangin obat pembasmi hama dengan bahan dasar daun srikaya. Emang, selain mahal obat pembasmi serangga atau hama juga kurang baik buat kesehatan. Jadi obat yang dikembangin ketiga anak muda tersebut lebih ramah lingkungan.

”Penelitian kami bertiga ini berawal dari maraknya obat-obatan pembasmi serangga yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Sampe-sampe pemerintah ngelarang peredaran obat pembasmi serangga tersebut,” ujar Citrina seperti dikutip Antara. Selama ini kita enggak sadar kalo disekeliling kita banyak sekali tumbuhan yang berfungsi sebagai obat.

Daun srikaya contohnya. Orang lebih sering manfaatin buahnya ketimbang daun srikaya. Citrina rupanya tertarik melakukan penelitian kegunaan daun srikaya yang tumbuh subur di rumahnya. Asal tau aja, pada daun srikaya terdapat kandungan bahan aktif berupa alkaloid tipe asporfin (annonain), acetogenin dan resin yang bisa bekerja sebagai racun perut dan racun kontak terhadap serangga.

Selain itu, kata Citrina, daun srikaya juga punya sifat insektisida, repellent dan antifeedan senyawa kinia ’annonain’ dan resin bisa membunuh hama dan serangga jenis tertentu. Biar khasiatnya bisa bekerja maksimal, maka perlu dicampur dengan daun serai, tembakau rajangan dan deterjen.

”Daun serai itu mengandung 49 persen silika yang bisa bikin desikasi pada tubuh serangga. Sehingga kalo pas kena serangga yang terluka maka akan terus kehilangan cairan tubuhnya,” tambah Citrina. Sedangkan lima persen dari berat tembakau adalah nikotin yang merupakan racun syaraf manjur (potent nerve poison).

Lalu kenapa mesti pake deterjen? Enggak taunya bahan pencuci pakaian ini punya fungsi ngelunturin lilin yang dipunyai serangga. Dengan begitu bisa memudahkan proses pelarutan racun ke dalam tubuh serangga. Hasil penelitian mereka ternyata masuk nominasi dalam lomba karya tulis ilmiah tingkat SMA de-Jawa dan Bali yang diselenggarakan Universitas Negeri Surabaya. Oga-moga aja muncul banyak anak muda kreatif seperti ini....


Diposting oleh petani berdasi

Malang benar nasib new varietas setinggi 6 m di kebun Prakoso Heryono. Sejangkung itu ia cuma menggendong 3 buah. Pohon lain berumur sama-4 tahun-sosoknya lebih pendek, hanya 2 m. Namun, 40 buah menyembul di ujung tajuk. Penampilan kontras itu gara-gara urusan pangkas-memangkas.

...
Menurut Prakoso, penangkar buah-buahan di Demak, Jawa Tengah. Pemangkasan rutin membuat srikaya lebih banyak cabang. Jika cabang lebih banyak, bunga pun muncul berlipat. Maklum, 'Dominasi apikal srikaya tinggi,' ujar Eddy Soesanto, pemilik nurseri Tebuwulung di Kelapadua, Depok. Tanpa pemangkasan, Annona squamosa terus tumbuh memanjang tanpa percabangan. Kalaupun bercabang, sedikit. Akibatnya bunga yang mestinya muncul di ujung cabang juga minim. Pada saat dipangkas, dominasi apikal dihambat sehingga cabang-cabang terbentuk dan tunas bunga terangsang muncul.

Pemangkasan sebaiknya dilakukan awal musim hujan. 'Peluang berbunga lebat lebih besar dibandingkan pemangkasan di musim kemarau,' kata Sobir PhD. Pada kemarau tanaman tidak mengalami pertumbuhan. Hasil fotosintesis disimpan sehingga cadangan makanan lebih banyak. Ini dipakai untuk pertumbuhan pada musim hujan. Prinsip itu yang dimanfaatkan ketika memangkas srikaya. 'Saat srikaya dipangkas pada awal musim hujan, tanaman punya cukup energi untuk memproduksi bunga,' tambah kepala Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT), IPB di Bogor, itu.

Dengan begitu peluang buah yang dihasilkan pun lebih banyak. Pengalaman Eddy tanaman umur 1,5 tahun mampu menghasilkan 10 buah/pohon jika dipangkas memasuki musim hujan. Sebaliknya pemangkasan pada musim kemarau menghasilkan 5-6 buah. Memasuki kemarau tanaman kehabisan cadangan makanan yang terpakai selama pertumbuhan di musim hujan.
Umur tepat

Pemangkasan sebaiknya dilakukan pada tanaman minimal umur 1,5 tahun dari bibit asal susuan. Jika kurang dari itu, pasokan makanan untuk memproduksi dan membesarkan buah belum memadai. Akibatnya buah yang dihasilkan sedikit dan ukurannya kecil. Paling hanya 1-2 buah per pohon.

Untuk mendapatkan hasil maksimal, pemangkasan mesti tepat. Untuk memacu munculnya tunas bunga, Eddy memotong 2-3 daun di ujung ranting dengan menyisakan sekitar 2-4 mm tangkai daun. Selang 3 hari tangkai daun yang tersisa menguning dan rontok. Nah, dari bekas tangkai daun itulah keluar tunas baru yang disusul bakal bunga. Setelah dipangkas, tanaman diberi pupuk NPK seimbang sebanyak 1 sendok makan. Fungsinya untuk merangsang tunas cepat muncul.

Selain pemangkasan, faktor yang mempengaruhi produksi buah per pohon adalah waktu kematangan putik dan benangsari. 'Pada srikaya, putik matang lebih dulu dibandingkan benangsari,' kata Sobir. Makanya agar jumlah buah yang dihasilkan maksimal penyerbukan perlu dibantu. Cara yang lazim dilakukan dengan mengoleskan serbuksari dari satu bunga ke kepala putik di bunga lain menggunakan kuas. Supaya putik mudah diolesi, seludang bunga pembungkus putik dibuka lebih dulu.

Sayang, cara itu kurang efisien bila new varietas dikebunkan massal. Eddy mengatasi dengan cara memotong bunga kuncup menggunakan gunting. Pemotongan dilakukan setengah dari panjang bunga agar tidak merusak putik dan benangsari.

Menurut Sobir potong bunga membuat waktu putik dibuahi lebih panjang. 'Sebenarnya putik sudah matang ketika bunga masih kuncup, tapi belum bisa dibuahi karena benangsari belum matang,' ujarnya. Misalkan masa subur bunga betina 4 hari setelah matang. Cirinya kepala putik berlendir. Tanpa perlakuan apa pun, 3 hari pascaputik matang bunga masih tertutup karena menunggu benangsari matang.

Akibatnya waktu 'kawin' terbatas. Waktu tersisa untuk benangsari menyerbuki putik tinggal sehari. Jika bunga dipotong sebelum mekar, waktu putik dibuahi bisa 4 hari penuh. Pembuahan dengan bantuan angin dan serangga yang membawa benangsari bunga lain yang sudah matang.
Seleksi

Sebulan pasca pemotongan bunga muncul bakal buah. Agar hara tercukupi Eddy memberikan 1 sendok teh pupuk NPK seimbang 2 minggu sekali. Selain itu, new varietas butuh air banyak saat berbunga dan berbuah. Jika kurang air, bunga rontok dan pentil buah berwarna hitam kemudian gugur. Oleh karena itu Eddy menyiram anggota famili Annonaceae itu setiap hari hingga air keluar dari pot untuk tabulampot. 'Itu tandanya penyiraman sudah merata,' tambah pria kelahiran Jepara itu.

Sementara new varietas yang ditanam di kebun dibuatkan gundukan mengelilingi batang dengan panjang jari-jari 0,5 m. Lalu di akhir gundukkan itu dibuat cekungan sedalam 5 cm. Nah, penyiraman dilakukan 3 hari sekali ke gundukan hingga air memenuhi cekungan.

Buah yang muncul kemudian diseleksi. Hanya buah yang terlihat simetris dan bulat yang dipertahankan. 'Bila dalam satu cabang terdapat 2 buah berjarak kurang dari 20 cm, buang satu,' ujar pria 43 tahun itu. Tujuannya agar ukuran buah maksimal dengan pasokan makanan cukup.

Agar penampilannya mulus dan terhindar hama, buah dibungkus sejak berukuran panjang 6 cm. Pembungkus sebaiknya transparan atau yang bisa meneruskan sinar sehingga buah masih mendapat cahaya matahari. Itu agar penampilan mulus, kuning, dan menarik.

Cabang yang 'menggendong' buah disangga agar tak patah. Maklum, bobot buah rata-rata 600 g. Dengan pemangkasan cabang dan pemotongan bunga, new varietas berbuah lebat seperti pohon setinggi 2 m di tempat Prakoso. (Rosy Nur Ariyanti/Peliput: Nesia Artdiyasa)

Diposting oleh petani berdasi
Kompas Sabtu, 12 Maret 2005

MASJID Al Khalifah Ibrahim
berdiri megah di Kecamatan Matang Kuli. Di bangunan itu biasanya Faizullah bersembahyang, seperti juga warga sekitar yang rata-rata petani. Di tempat itu pula terkadang berlangsung berbagai acara terutama terkait keagamaan.

Akan tetapi, hampir sebulan ini Faizullah punya kesibukan lain di rumah Tuhan itu. Di ruang berukuran 3 x 4 meter di pojok lantai dua masjid tersebut sekarang terdapat sepuluh unit komputer yang dapat mengakses internet. Lengkap dengan server, scanner, faksimile, dan handycam. Ruangan lain di sebelahnya-berukuran 5 x 4 m-terdapat televisi, DVD player, juga ratusan buku.

...

Faizullah, sang remaja masjid, kini bertanggung jawab mengelola segala fasilitas itu setelah diserahi jabatan sebagai ketua community learning centre (CLC) yang dinamai Pusat Pengembangan Intelektual Umat itu.

Sarana itu merupakan bantuan dari sejumlah perusahaan, seperti PT Microsoft Indonesia dan ExxonMobil Oil Indonesia, difasilitatori oleh Yayasan Pakta (Pengembangan Aktivitas Kemitraan Terpadu). Menteri Komunikasi dan Informatika Sofyan Djalil meresmikannya Selasa (8/3).

Dia mengatakan, segala bantuan ditempatkan di masjid karena di sanalah salah satu pusat kegiatan masyarakat Matang Kuli. Tidak hanya di Matang Kuli, tiga pusat belajar berbasis teknologi informasi lain yang diresmikan juga bertempat di masjid, Masjid An Nur di Kecamatan Tanah Luas, Masjid Murthada di Kecamatan Syamtalira Aron, dan Masjid Baitur Rohim di Kecamatan Lhok Sukon.

Suryadi-Ketua Pusat Pembelajaran Intelektual Masyarakat di Masjid Murthada di Kecamatan Syamtalira Aron-mengatakan, masjid merupakan tempat semua orang berkumpul dan datang tanpa harus ada keperluan khusus. Pintunya terbuka 24 jam.

Hakikat CLC sendiri ialah ruang publik tempat orang dapat mendapatkan informasi dan berinteraksi. Untuk Aceh, masjidlah yang sesuai.

Yang ingin diberdayakan memang potensi masyarakat. Untuk sumber daya manusia, misalnya, para remaja masjid dilatih merakit komputer secara fisik dan menginstal sendiri. Bukan hal yang mudah karena bagi sebagian mereka, komputer masih benda asing.

Faizullah, misalnya, semula tidak tahu-menahu soal komputer sampai kemudian mendapat pelatihan dan belajar mengelola pusat belajar itu.

Di sanalah diharapkan akan terbuka ruang komunikasi dan interaksi masyarakat sehingga terjadi perubahan sosial dan wawasan.

Salah satu sasarannya adalah membangun pertanian. Di empat kecamatan tersebut, bertani dan berkebun menjadi mata pencaharian sebagian besar masyarakatnya. Fasilitas teknologi informasi seperti internet diharapkan memperluas pengetahuan dan wawasan para petani untuk meningkatkan kemampuannya.

Namun, karena tidak mudah menjangkau para petani, maka dimulailah dari para remaja masjid. Mereka yang kemudian akan membantu mengenalkan dan mengajari masyarakat sekitar menggunakan teknologi.

Untuk itu, pusat pembelajaran di Masjid Al Khalifah Ibrahim Matang Kuli akan membangun situs Pustaka Tani yang memuat berbagai informasi pertanian, mulai dari cuaca, penelitian ilmiah pertanian, harga, kesuksesan petani di daerah lain, teknologi tepat guna. Setiap hari pusat belajar masyarakat itu membuka pelayanan online gratis selama 2 jam. Ada pula layanan informasi offline terkait pertanian dan peternakan dalam 100 keping cakram.

Mulkan (30) adalah salah satu yang sering mengakses informasi tersebut. Guru kontrak itu ingin sekali suatu saat dapat beternak sapi sehingga sering buka informasi soal cara beternak sapi.

Warga juga dapat mengikuti berbagai kursus komputer dengan biaya sangat murah dan yang tidak mampu akan dibebaskan dari biaya. “Iuran sekadarnya itu untuk pemeliharaan dan agar warga merasa ikut memiliki fasilitas ini,” ujarnya.

Di samping itu, terdapat fasilitas audiovisual untuk menonton berbagai keping cakram. Sebagian remaja masjid di sana juga diajari menggunakan handycam, mengedit gambar, dan membuat VCD.

Mereka berencana menerima pesanan merekam berbagai acara dan dana yang diperoleh akan digunakan untuk pemeliharaan fasilitas. Soalnya, pihak donor hanya memberikan dana operasional dan perawatan satu tahun.

Khusus untuk anak-anak terdapat area membaca dengan matras berwarna-warni ceria. Mereka juga dapat menonton berbagai program dengan televisi dan DVD player.

Dari sebuah sudut di rumah Tuhan itulah diharapkan tercipta perubahan sosial dan kesenjangan teknologi informasi dipersempit.

Syahril Amir, Direktur Program CLC dari Yayasan Pakta, mengatakan, warga dapat beribadah sekaligus belajar.

Para remaja masjid di Lhok Sukon tentu saja sangat senang, mengingat selama ini tidak ada fasilitas internet di kecamatan itu.

“Kalau mau berinternet, saya harus menempuh perjalanan lebih dari setengah jam ke pusat kota Lhok Seumawe,” kata Yus Riza, pelajar.

Berdasarkan pengalamannya membangun pusat belajar berbasis teknologi informasi di Gunung Kidul, misalnya, budaya baca yang kurang dapat ditingkatkan dengan mengalihkan bacaan ke bentuk menarik secara visual.

Bagi yang memanfaatkannya memang terjadi perubahan. Toni Kuswaji (25), misalnya, beberapa tahun lalu hanya seorang nelayan di Rembang Jawa-Tengah. Saat pertama kali berkenalan dengan teknologi informasi seperti internet, dia mengaku canggung. Kini dia tidak hanya piawai berselancar di dunia maya mencari berbagai informasi, tetapi juga bisa membangun jaringan internal dan menginstal sendiri.

Kini Toni turut andil membangun fasilitas internet dan jaringan internal pusat belajar masyarakat di Kec.Matang Kuli,Kec.Lhoksukon,Kec.Syamtalira Aron,Kec.Tanah Luas-Kab.Aceh Utara. Siapa tahu remaja Aceh menyusul. (Indira Permanasari)


Diposting oleh petani berdasi
Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved