Minggu, 20 Desember 2009 di 03.14 | 0 komentar  
Rembang – Perayaan malam 1 Syuro diperingati dengan sederhana dan penuh khidmat di kawasan Punden Sepetik dusun Kedungdoro Jl Pemuda Rembang. Dua tahun lalu di tempat yang sama berlangsung perayaan meriah dengan pagelaran wayang kulit, tetapi untuk malam Syuro tahun ini lebih dijadikan sebagai ajang menyepi, sekaligus instropeksi diri.
...
Mujianto, salah satu warga dusun Kedungdoro Rembang mengatakan dari hasil meditasi, sudah ada petunjuk bahwa kondisi bangsa Indonesia saat ini masih semrawut, sehingga tidak sepantasnya merayakan malam 1 Syuro dengan hura hura. Justru masyarakat harus turut prihatin terhadap kondisi semacam ini, sehingga Indonesia nantinya mampu bangkit dari keterpurukan.

Warga Sepetik lainnya Massetyaaji mengakui bulan Syuro memang menjadi bulan yang dikeramatkan dan sangat dihormati bagi orang Jawa. Pergantian tahun Jawa sekaligus tahun baru Islam 1 Muharram 1431 Hijriyah ini setidaknya bisa mengingatkan kembali, apa saja kesalahan yang harus dibenahi pada tahun tahun mendatang. Malam 1 Syuro juga dimanfaatkan untuk berdoa bersama supaya pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Rembang tanggal 26 April 2010 nanti bisa berjalan dengan lancar dan aman.

Rangkaian kegiatan ritual malam 1 Syuro di Punden Sepetik pada Kamis petang diawali dengan reb suryo, wilujengan, upacara tengah ratri dan ditutup dengan wungon atau menyepi tak boleh tidur sampai pagi. Acara tersebut diikuti lebih dari 100 orang. Pada Jumat malam, kegiatan ritual akan dilanjutkan sebagai bagian untuk menghormati datangnya bulan Syuro.

Geliat perayaan menyambut 1 Syuro juga ditandai dengan penjamasan pusaka, seperti keris dan tombak yang merupakan barang peninggalan leluhur. Sebuah tradisi yang masih tetap lestari, terutama di daerah pelosok pedesaan dan bagi warga yang masih memegang teguh ilmu kejawen.
Sumber : Radio R2B Rembang
Diposting oleh petani berdasi
Sumber/Rembang – Ditengah tengah pesatnya kemajuan perangkat sound system, ternyata masih ada sewa speaker yang mempunyai pangsa pasar tersendiri, ketika ada warga punya kerja. Nah..kami angkat kisah Sukandar, pria yang biasa disebut tukang speaker dalam sebuah laporan berikut ini.
...
Pagi itu Sukandar (56 tahun) warga dusun Kedungsapen desa Jatihadi kecamatan Sumber mengemasi barang barang yang selama ini menjadi salah satu gantungan hidupnya. Speaker butut dan tape hasil rangkaian sendiri, tak lupa sejumlah kaset ia masukkan ke dalam tas. Kebetulan speaker Sukandar mendapatkan order atau istilahnya “ditanggap” oleh warga yang punya hajat pernikahan.
Setelah semua persiapan dipastikan sudah lengkap, Sukandar memacu sepeda motornya ke tempat tujuan. Sesampainya di lokasi pesta mantenan, Sukandar segera mendirikan speaker dibantu oleh seorang warga. Tak sampai setengah jam, diputarlah gendhing seni tayub. Selama prosesi pernikahan ala orang desa, Sukandar biasanya hanya memutar gending ladrang pengantin untuk mengiringi pertemuan kedua mempelai dan gendhing puspowarno pada saat acara kacar kucur. Setelah itu tugasnya selesai dan saatnya terima bayaran.

Kepada Reporter R2B Sukandar bercerita bekerja sebagai tukang speaker sudah ia geluti sejak tahun 1975 lalu. Dirinya tak pernah mematok tarif penyewaan speaker. Terkadang orang yang punya kerja memberinya Rp 50 ribu, tapi kerap pula dia dibayar Rp 100 ribu sekali main. Para pelanggannya kebanyakan berasal dari kecamatan Sumber dan Kaliori.
Sukandar mengatakan penyewaan speaker miliknya masih tetap jalan karena banyak orang punya kerja memanggilnya lebih dipicu oleh nadzar atau unen sebagai bagian kepercayaan. Meskipun belakangan ini banyak sekali pemilik sound system dengan suara menggelegar dan perangkat yang lebih canggih, tentu saja tak membuat Sukandar khawatir. Speakernya yang dibeli seharga Rp 200 ribu, jelas kalah jauh dengan perangkat sound system yang nilainya puluhan juta atau bahkan ratusan juta rupiah.

Sukandar sang tukang speaker mengatakan “order tanggapan” hampir setiap hari selalu ada. Bahkan terkadang dia harus berpindah pindah sampai 5 kali, bergantian dari satu lokasi ke lokasi yang lain.
Ia mengaku belum tahu siapa yang akan menjadi penerusnya kelak, apabila tenaganya sudah tak mampu lagi keliling menjadi tukang speaker. Bagi Sukandar yang terpenting ia menikmati pekerjaannya ini sebaik mungkin, sebuah aktivitas yang kental dengan nuansa budaya Jawa, terlebih lagi dari situlah ia bisa menyambung kebutuhan hidup sehari hari.
Sumber : Radio R2B Rembang
Diposting oleh petani berdasi
Pernahkah sobat mengalami sesuatu seperti pernah saya alami? waktu intu aku lupa pasword di komputerku. karena pada waktu itu aku belum tau caranya langsung saja aku instal ulang komputer, alhamdulillah beres. tapi cara ini sangat tidak efektif karena dengan mnginstal komputer tentu memerlukan waktu yang sangat lama. Nah pada postingan ini akan membahas cara menjebol pasword komputer terutama yang menggunakan microsoft xp.
...
1. Restart computer dan segera tekan f8 saat loading, maka akan masuk ke Save mode
2. Setelah masuk ke safe mode, masuk lah sebagai administrator
3. Kemudian klik start-setting-control panel-user accounts.
4. Pilih user account yang diporteksi oleh password
5. Klik remove password
6. Restar kemblai computer untuk masuk ke windows
7. Sekarang anda sudah bisa login tanpa dihalangi oleh password lagi

cobalah trik ini saat sobat lupa dengan passwor komputer sobat..
Banyak trik lain yang bisa sobat pelajari. (itrembang.tk)

Diposting oleh petani berdasi
Selama musim hujan, ketersediaan berbagai jenis tanaman hijauan memang melimpah. Ternak tidak akan kekurangan pakannya. Namun selama kemarau, pakan tradisional ternak seperti rumput dan tanaman hijau lainnya menjadi sulit didapat, akibatnya ternak pun menjadi kurus kering. Sapi atau kambing perah, berhenti menghasilkan susu, domba pedaging pun terhambat perkembangannya.
...
DI MUSIM kemarau, para peternak ruminansia dituntuk bijak untuk menyediakan pakan ternak secukupnya, apakah itu dengan memberikan pakan konsentrat atau dalam bentuk silase.

Memang tanaman hijauan, seperti rumput dan daun jagung, tidak dapat digantikan sebagai pakan utama ternak ruminansia, namun dengan tersedianya konsentrat paling tidak kita masih bisa mempertahankan kelangsungan hewan memamah biak itu. Apalagi konsentrat bisa dibuat sendiri tanpa harus membeli dari toko pakan ternak. Dengan membuat konsentrat sendiri biaya penggemukan domba akan menjadi lebih murah.

Daripada membeli konsentrat yang harganya mahal, seorang peternal asal Cianjur mencoba meramunya sendiri. Dan hasilnya cukup memuaskan, berkat konsentrat buatannya itu, bobot domba meningkat 9-12 kg dalam waktu tiga bulan. Peternak itu mencoba memberikan resep sederhana dari bahan-bahan yang terdiri dari komposisi; dedak halus 70%, ongok 20%, jagung giling 8,1%, garam dapur 1,4% dan kalsium 0,5%.

Konsentrat itu diberikan sebagai makanan penguat domba di samping makanan pokok berupa rumput. Untuk domba berusia 5 bulan ia memberi 2 ons konsentrat per harinya. Sedangkan yang lebih tua jatahnya ditingkatkan menjadi 0,25 - 0,3 kg/hari. Pemberian konsentrat ini dilakukan sekali setiap hari pada pagi sebelum diberi rumput. Dengan cara ini bobot domba bisa mencapai rata-rata 100 gram/ekor/hari.

Namun resep di atas disadari masih kurang lengkap, untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan yang baik, dalam komposisi konsentrat tersebut harus terkandung unsur protein. Untuk itu dikembangkan resep kedua yang komposisinya terdiri dari dedak halus 75%, jagung giling 8%, bungkil kedelai 3%, bungkil kelapa 10%, kalsium 2% dan garam dapur 2%. Resep ini, menurutnya, mampu meningkatkan bobot ternak sebesar duakali penggemukan resep pertama.

Seperti ia diuraikan, semua bahan itu harus dalam kondisi lembut agar mudah bercampur satu sama lain. Bahan itu kemudian dicampur dalam suatu wadah dan diaduk sampai merata. Bahan-bahan yang sudah bercampur merata inilah yang disebut konsentrat dan siap diberikan pada ternak. Konsentrat yang akan diberikan takarannya harus pas sehingga bisa habis dekali makan. Sebelum diberikan konsentrat tsb diberi air sedikit-sedikit sambil diaduk hingga diperoleh adonan yang pekat.

Selain pakan konsentrat, beberapa peternak lain mencoba membuat silase. Pembuatan silase melibatkan proses fermentasi bakteri anaerob. Sementara bahan bakunya adalah daun jagung yang dicampur dengan kulit nenas, ongok, dan kacang-kacangan.

Kendala bahan baku
Membuat konsentrat sekilas seperti mudah dilakukan. Namun menurut pengalaman beberapa peternak, membuat pakan ternak (yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari residu pertanian) itu ternyata tidaklah mudah. Banyak kendala yang mereka temui terutama bagi peternak pemula. Di antaranya kontinuitas dan ketersediaan bahan baku. Seperti diketahui bahan utama dari pakan ternak ini, adalah dedak/bekatul, persentasenya bisa lebih dari 50%. Kendala bagi peternak pemula dengan modal dengkul adalah mendapatkan dedak dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sebagian besar huler (rice hull; dimana dedak merupakan limbah dari proses dekortikasi beras padi) ternyata telah terikat kontrak dengan bandar atu supplier besar, sehingga untuk mendapatkan dedak halus bersaing dengan pemodal besar.

Selain itu, ketersediaan. Jumlah dedak yang tersedia sangat tergantung pada musim panen padi. Sehingga di luar musim panen, dedak bisa menjadi barang langka, otomatis harganya naik.

Yang lebih krusial, tidak ada one-stop-shopping dalam bahan baku. Jadi mungkin saja dedak harus dibeli dari Subang, sementara ongok (ampas singkong) kering harus didatangkan dari Tasik, molase dari Cirebon dan sebagainya. (dari berbagai sumber)***
Diposting oleh petani berdasi
BAGI para pebisnis dan kaum profesional di kota-kota besar, teknologi Wi-Fi telah menjadi sarana yang ampuh dalam menunjang aktivitasnya, terutama di saat-saat mobile. Beberapa ruang publik, seperti kafe, restoran, hotel, mal atau di ruang tunggu bandara, kini tidak aneh lagi dengan pemandangan orang-orang yang sedang asyik memelototi layar monitor laptop atau PDA untuk akses ke jaringan internet nirkabel. Tapi mungkin tak pernah terpikirkan oleh anda, bahwa teknologi informasi yang lagi ngetren ini, di negara-negara maju, sudah merambah ke ladang-ladang pertanian untuk dimanfaatkan, mulai dari mengolah lahan hingga memanen hasilnya.
...

Wi-Fi atau wireless fidelity merupakan teknologi untuk akses internet nirkabel berbasis IEEE 802.11b, yang memungkinkan para pengguna komputer (laptop/notebook), PDA atau smartphone, bisa berkomunikasi lewat jaringan LAN (local area network) atau mengakses internet dengan kecepatan tinggi, 11 hingga 54 Mbps (megabit per detik). Bandingkan dengan akses internet sistem dial up via kabel telepon yang kecepatan transfernya hanya sebesar 56 Kbps.


Stuart Pocknee, dari laboratorium pertanian Universitas Georgia, Amerika Serikat percaya, bahwa beberapa aspek dari Wi-Fi memiliki peluang untuk dimanfaatkan pada bidang pertanian dalam lima tahun ke depan. Misalnya, bisa membantu para petani dalam mengendalikan hama serangga, menggembalakan ternak, mengemudikan traktor, memonitor kelembaban tanah dan mengendalikan pompa-pompa irigasi. Stuart Pocknee, adalah orang pertama yang berhasil menghubungkan jaringan web miliknya ke sebuah ladang kapas, sekitar setengah mil dari laboratoriumnya.

"Teknologi yang diterapkan pada pertanian ini sejenis dengan yang digunakan di kafe Starbucks. Di mana seorang petani dapat memperoleh secangkir kopi, duduk di dalam truk pick-upnya dan tinggal log on ke internet," ujar Pocknee.

Bahkan beberapa petani dari Georgia sudah menggunakan teknologi tinggi ini. Untuk sementara dimanfaatkan dalam mengawasi pengepakan sayuran lewat video nirkabel dan yang lainnya untuk memonitor sistem-sistem pengairan yang bertumpu pada jaringan nirkabel.

Dengan mengadopsi teknologi gelombang radio ini, Pocknee cukup duduk-duduk di kantornya dan melihat posisi dari sebuah sistem irigasi melalui layar komputernya. Sebab, teknologi ini juga dilengkapi dengan sistem Global Positioning System (GPS) dan kamera video untuk memberitahukan dan mengawasi suatu lokasi.

James McKinion, seorang teknisi elektronik di Lembaga Penelitian Agrikultur Universitas Georgia di Starkville, Mississippi, membuktikan bahwa teknologi wireless network ini sukses digunakan pada lahan pertanian seluas 743 ha di dekat Macon, Mississippi dan pada sebuah lahan pertanian seluas 5.575 ha di Mississippi Delta.

Untuk lahan pertanian yang tergolong kecil, teknologi ini bisa diaplikasikan menggunakan frekuensi standar Wi-Fi sebesar 1,4 Ghz. Namun dengan kombinasi dari frekuensi 2,4 Ghz dan 900 Mhz, kemampuan teknologi wireless-nya mampu meng-cover area yang cukup luas.

Lain lagi yang dilakukan Qin Zhang, seorang pakar sistem pertanian berbasis komputer dari Universitas Illinois, ia memanfaatkan jaringan nirkabel ini untuk mengendalikan traktor-traktor robot yang dipandu oleh sinyal-sinyal GPS. Peneliti ini mengklaim bahwa kendaraan ini siap dijalankan di lapangan dengan hasil yang lebih akurat, dibanding traktor yang dikemudikan manusia yang berpengalaman sekalipun.

Dengan Wi-Fi, seorang petani tidak perlu lagi repot belepotan tanah, berkeliling mengawasi ladangnya, menggembalakan ternak atau mengatur irigasi. Hanya melalui sebuah layar monitor laptop, para petani bisa memonitor dan mengendalikan semua aktivitas tersebut, bahkan mereka dapat memberi makan ternaknya melalui remote control. (dari berbagai sumber)***
Diposting oleh petani berdasi Label:
Selasa, 20 Oktober 2009 di 19.07 | 0 komentar  



(hasilnya)
...



Diposting oleh petani berdasi
Senin, 12 Oktober 2009 di 03.02 | 0 komentar  
SYARAT TUMBUH.,Rossela dapat tumbuh dengan sangat baik pada dataran rendah dengan penyinaran matahari secara Langsung. Secara umum, tanaman rossela dapat ditanam pada semua jenis tanah, terutama tanah yang kaya akan humus, gembur dan mempunyai drainase baik, dengan PH berkisar antara 6,5-7,5.TEKNIK BUDIDAYAPenjelasan di bawah ini terutama untuk orientasi produksi komersial, jika untuk hobby pribadi maka bisa menyesuaikan sesuai dengan seLera dan kondisi yang ada.
a. Persemaian
SebeLum disemaikan, biji direndam seLama satu hari satu malam LaLu dipilih yang tenggeLam dengan bentuk butiran - butiran yang baik. Biji dapat Langsung disemaikan pada Lahan persemaian yang sudah dioLah dan diairi. SeteLah tumbuh maka bisa Langsung dipindah ke ke poLybag ataupun menunggu cukup besar untuk Langsung dipindah ke Lahan produksi..
b. Persiapan Lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan pembajakan tanah secara membujur dan meLintang. Tanah dicampur pupuk dasar berupa pupuk kandang, Lahan diLarik dengan jarak antar Larik 1,5 m.
...
c. Penanaman
Untuk Lahan yang Langsung dari biji makan penanaman diLakukan dengan ditugaL tiap Lubang tanam diisi 2-3 biji. Sedangkan untuk penanaman bibit yang telah disemaikan di polybag maka setiap Lubang tanam diisi dengan 1-2 bibit.
d. Pemupukan
Pemupukan pada Lahan sebelum tanam dengan pupuk kandang, sedangkan pada umur 3 dan 7-8 minggu seteLah tanam dipupuk Urea sebanyak 30-40 gram tiap tanaman.
e. Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang paling banyak menyerang roseLLe adaLah hama kutu daun dan penyakit Phytopthora. Penanganannya adaLah dengan penyemprotan obat anti kutu ataupun berbagai jenis pestisida yang dijuaL bebas di toko-toko pertanian.
f. Pemeliharaan
SeLama pertumbuhan tanaman perLu diwaspadi keberadaan guLma yang akan berdampak negatif, oLeh karena itu diLakukan penyiangan dengan frekuensi sesuai kondisi Lahan.
g. Panen
Tanaman roseLLe mulai menghasiLkan bunga pada umur 120 hari dan dapat dipanen secara terus-menerus daLam jangka waktu 3 buLan sebeLum akhirnya diganti dengan bibit baru. Per batang tanaman roseLLe dapat menghasilkan 1,5 kg bunga basah. Pemanenan menggunakan gunting untuk memotong tangkai bunga, kemudian diLakukan pemisahan biji. Untuk rendemennya daLam bentuk kering 10% sesudah dijemur di bawah terik matahari seLama 3-5 hari, yang akhrinya siap digunakan konsumsi pribadi ataupun dikemas untuk tujuan komersiaL.
h. Produksi
Produksi tanaman roseLLe daLam keadaan normaL setiap hektar mampu menghasiLkan 2-3 ton keLopak bunga segar tanpa biji atau setara dengan 200-375 kg keLopak bunga kering.
Kandungan gizi keLopak bunga segar tiap 100 gram adaLah sebagai berikut:
- Protein 1,145 gr
- Lemak 2,61 gr
- Serat 12 gr
- KaLsium 1,263 gr
- Fosfor 273.2 mg
- Zat besi 8,98 mg
- MaLic Acid 3,31 %
- Fruktosa 0,82 %
- Sukrosa 0,24 %
- Karotin 0,029 %
- Tiamin 0,117 mg
- Niasin 3,765 mg
- Vitamin C 244,4 mg
Diposting oleh petani berdasi

Sabtu 3 Oktober..kemarin kita ber-5 berburu kerang dan mancing dilaut,menit pertama air laut rupanya lagi pasang..dengan terpaksa dilanjutkan dengan mancing karena permukaan air laut saat itu belum memungkinkan untuk mencari kerang. Kapten dengan sigap mengarahkan perahu ke muara.,lumayan dari beberapa kali strigh/tarikan ( embuh opolah artine opo sing salah tulisanku hehe...)dapat ikan satu kiloan. dengan point 2:5:6 mas nug,mas hiz,mas bak.
...
Menit berikutnya ketika permukaan air laut sudah surut waktu yg ditunggu2 yaitu berburu kerang hehe....,tiba dilokasi pencarian sudah bersandar pula beberapa perahu nelayan pencari kerang. Tempat lmpr dalam tak jadi soal,beberapa kali pecahan kerang mati menggores di pergelangan kaki,namun perih tidak dirasakan,karena inilah hiburan yang menggembirakan. Ada pengalaman yg lucu ketika salah satu diantara kami memegang ular laut,secara refleks malah dilempar ke dalam perahu,maka terjadilah kehebohan,dan dengan hati2 dikeluarkan dari perahu. Hari yg semakin sore waktunya pulang kandang.,jerih payah seharian ditukar denangan hasil kerang satu karung. Puas sudah dihati kita ber-5.
Diposting oleh petani berdasi
Rabu, 30 September 2009 di 02.23 | 1 komentar  
suasana lomba thong-thong klek yang di semarakkan oleh grup waria - pesona waria rembang


suasana malam takbir keliling yg meriah
asyiknya makan lontong tuyuhan






larung sesaji dalam acara sedekah laut di desa tasik agung rembang




jenazah temanku hadi suprayitno ketika diangkat menuju rs ,karena kecelakan lalu lintas
...

Diposting oleh petani berdasi

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1430H mohom maaf lahir dan bathin...

Setelah sebulan lamanya,kita jalani puasa,hadapi ujian lapar dahaga dan menahan hawa nafsu,,kini saatnya kita sambut hari raya idul fitri menjadi manusia yang kembali ke fitrohnya...minal aidzin walfa idzin...

Diposting oleh petani berdasi
di bawah suasana ladang jagung

disamping suasana pantai rekreasi taman kartini
bebek qu baru netes

sigid dolanan karo bebek









bebek asyik notholi/nyosori pakan


Diposting oleh petani berdasi


Tiada terasa kita akan memasuki bulan yang penuh berkah,penuh ampunan...

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1430 H / 2009 M
Ttd
Staff Caffe Desa Blogspot.com
Diposting oleh petani berdasi

Oleh HENDRIYO WIDI

Sehari-hari Kusaeri Yusuf Sudarno adalah guru di Sekolah Dasar Dresi Wetan, Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Namun, di luar tugasnya itu dia prihatin dengan semakin habisnya generasi pendongeng di Rembang.
Kusaeri cemas dongeng-dongeng rakyat Rembang akan musnah. Pasalnya, banyak pendongeng di Rembang yang meninggal dunia atau telah berusia di atas 65 tahun.

”Kemungkinan besar mereka akan bertahan satu dasawarsa lagi. Selama waktu itu pula usia mereka terus menua hingga tak mampu lagi mendongeng,” kata Kusaeri.
Untuk itulah, Kusaeri berinisiatif mengumpulkan dongeng-dongeng dari 294 desa yang termasuk dalam 14 kecamatan di wilayah Kabupaten Rembang. Dongeng-dongeng itu lalu dia tulis dan dikumpulkan dalam dua jilid buku berjudul Dongeng Rakyat Kabupaten Rembang.
...
Buku jilid pertama hasil karyanya tersebut setebal 182 halaman berisi 25 dongeng. Adapun buku jilid kedua setebal 193 halaman dengan 23 dongeng.
Penulisan buku dongeng itu tak mudah baginya. Meski Kusaeri sudah mulai menulis buku tentang berbagai bidang, terutama yang berkaitan dengan bahasa Jawa sejak tahun 1974.

”Kesulitan itu dimulai dari menemukan generasi tutur yang masih fasih bercerita tentang dongeng-dongeng di desa masing-masing,” katanya. Namun, berkat bantuan dari sejarawan di Rembang, seperti Slamet Wijaya dan Sigit Wicaksono, dongeng-dongeng rakyat itu bisa terkumpul.
”Saya juga mendapat banyak informasi tentang dongeng rakyat dari para tokoh masyarakat di 14 kecamatan itu. Mereka masih bisa mengingat dongeng yang sering dikisahkan para orangtua dulu,” katanya.

Dongeng rakyat tersebut umumnya berkisah tentang asal-usul suatu daerah atau desa dengan beragam adat dan budayanya. Terkadang dongeng juga masuk dalam ranah sejarah. Di Rembang, dongeng yang berkembang umumnya berkaitan dengan Kerajaan Majapahit, Mataram masa Islam, dan Demak.
”Semula terkumpul 108 cerita rakyat. Namun, setelah diteliti lagi, ada kisah-kisah yang mirip. Jadi, saya gabungkan saja kisah-kisah (yang mirip) itu,” tutur Kusaeri, yang untuk menuliskan kembali dongeng rakyat Rembang itu memerlukan waktu sekitar enam bulan.
Makna cerita

Setiap cerita dalam buku Dongeng Rakyat Kabupaten Rembang yang beredar mulai Juni 2009 mengandung makna untuk kehidupan kita. ”Ternyata dongeng itu bisa menjadi ’kaca benggala’, teladan yang berguna selama kita hidup di dunia,” tutur Kusaeri.
Dia lalu mencontohkan dongeng Si Kancil, yang para tokohnya menggambarkan berbagai sifat baik dan buruk dari manusia. ”Sifat baik dan buruk itu digambarkan lewat karakter berbagai binatang. Ini tentunya lebih menarik untuk anak-anak.”
Kusaeri lalu bercerita tentang berbagai dongeng rakyat Rembang, seperti Legenda Mbah Sarah, Bende Becak Sunan Bonang, dan Putri Cempa.

”Dongeng itu membuat imajinasi anak-anak berkembang. Dengan mendengarkan atau membaca dongeng, anak bisa menghadirkan tokoh-tokoh dan jalinan alur cerita itu dalam imajinasi masing-masing,” kata Kusaeri.
Pengalaman Kusaeri sebagai guru sejak tahun 1972 membuat dia menyadari bahwa pembelajaran lebih efektif apabila disampaikan dengan cara yang menarik. Dia memilih mendongeng ketika melihat para siswa merasa ”berat” menerima pelajaran.
”Untuk mengusir kebosanan siswa di kelas, saya suka mendongeng. Cara ini ternyata berhasil membuat siswa kembali memerhatikan pelajaran,” katanya.

Terbiasa dengan dongeng
Kusaeri lahir di Desa Jambangan, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang. Ayahnya adalah seorang petani, sedangkan sang bunda menjadi ibu rumah tangga. Namun, sejak kecil dia sudah akrab dengan dunia dongeng.
”Sebelum tidur biasanya bapak, atau ibu, kadang juga kakek atau nenek kami, suka mendongeng. Mereka menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan ini secara tidak langsung, lewat dongeng,” kata Kusaeri mengenang.

Tanpa sadar, dongeng-dongeng masa kecil itu tetap diingatnya sampai dewasa. Kusaeri tak lagi akrab dengan dongeng ketika duduk di sekolah menengah pertama hingga menjadi siswa sekolah pendidikan guru atau SPG di Rembang. Selulus dari SPG pada tahun 1972 dia menjadi guru Bahasa Jawa. Selain mengajar, ia juga menambah pengetahuan dengan belajar di berbagai perguruan tinggi swasta.

Dua tahun setelah mengajar, tahun 1974, Kusaeri mulai menulis artikel dan cerita pendek. Dia menulis berbagai bidang yang diminatinya, mulai dari masalah kebudayaan, agama, sampai yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru Bahasa Jawa.
Kusaeri kemudian mengirimkan tulisan-tulisan analisisnya tentang berbagi bidang itu ke media massa. Jadi selama beberapa tahun dia juga menjadi penulis dan pengisi kolom untuk majalah Srikandi di Kabupaten Rembang dan majalah Swadesi yang beredar di wilayah Jateng.
Bahasa Jawa

Seiring berjalannya waktu, dunia tulis-menulis semakin lekat dengan Kusaeri. Dia kemudian juga menulis buku-buku, terutama yang menyangkut bahasa Jawa, mulai dari aksaranya sampai soal tata krama. Kusaeri menggarisbawahi tata krama sebagian generasi masa kini.
Menurut dia, belakangan ini tata krama yang lekat dengan kebudayaan Jawa semakin ditinggalkan. Kusaeri memberi contoh tentang kebiasaan untuk permisi saat orang muda hendak berjalan melewati orang tua atau kebiasaan berbahasa Jawa kromo (halus) kepada mereka yang berusia lebih tua.

”Dulu, kalau kita berjalan melewati orang yang lebih tua, pasti permisi, nyuwun sewu.... Kalau orang muda berbicara dengan mereka yang lebih tua usianya, yang digunakan adalah bahasa Jawa kromo bukan ngoko,” tuturnya.
”Semua itu sudah ditinggalkan sejak 1980-an. Unggah-ungguh atau tata krama anak-anak kita terus terkikis. Mereka tidak lagi dapat membedakan dan memperlakukan mana yang teman dan mana orang tua,” lanjut Kusaeri.

Kembali tentang buku dongengnya, Kusaeri yakin lewat dongeng, selain tuntunan hidup itu bisa diwariskan kepada generasi penerus, kaum muda juga bisa belajar sejarah.
”Lewat dongeng tentang kejayaan kerajaan-kerajaan masa lalu, misalnya, bisa membuat kaum muda makin kuat nasionalismenya. Ini bisa melengkapi sisa-sisa kejayaan itu yang bisa dilihat secara fisik lewat punden, patung, candi, dan sebagainya,” kata Kusaeri.

BIODATA
• Nama: Kusaeri Yusuf Sudarno
• Lahir: Rembang, Jawa Tengah, 6 April 1954

• Istri: Sasti Jamilah

• Anak: Mulyono Agung Pambudi (15)

• Pendidikan: - SD Negeri Sarang, Rembang - SMP Negeri Rembang - SPG Rembang - IKIP PGRI Tuban - Universitas Islam Malang - IKIP PGRI Veteran Semarang

• Pekerjaan: Guru SD Dresi Wetan, Kecamatan Kaliori, Rembang

• Penghargaan: - Juara I Lomba Menulis tentang Sumber Daya Laut tingkat Guru SD se-Jawa Tengah, 2000 - Juara I Lomba Mata Pelajaran Mengarang Guru tingkat Nasional 1995/1996 - Penghargaan Widya Bhakti Upa Pradana, 1996

• Karya antara lain:
- Dongeng Rakyat Kabupaten Rembang
- Mengenal Riwayat Hidup Rasulullah Muhammad SAW
- Gulat Pathol dari Sarang
Sumber: Kompas, Sabtu, 18 Juli 2009
Diposting oleh petani berdasi
BILA ingin merasakan salah satu masakan ”kelangenan” di dekat perbatasan Kudus-Purwodadi, warung burung sawah goreng milik Muntirah (50), dapat menjadi salah satu ”jujugan”. Pembeli akan merasakan sensasi aneka burung liar ditambah sambal dan nasi kebul-kebul.

Usaha yang dirintis orang tuanya pada 1965 itu memang menawarkan sesuatu yang lain. Menurut sang empunya warung, setiap hari setidaknya 100 ekor burung laris terjual. ”Kalau sedang ramai, dapat menggoreng hingga 200 ekor burung,” tandasnya.
...
Jenis burung yang disediakan cukup beraneka ragam. Selain teluk, blekek, ada pula yang memesan burung belibis. Persoalannya, bahan baku masakan ”mak nyos” itu terkadang sulit dicari.”Terutama saat musim kemarau. Maklum, burung tersebut bukan diternakkan, melainkan hidup liar di alam bebas.


Biasanya, mereka memilih tinggal di lokasi yang ada airnya,” ungkapnya.Soal harga, tidak perlu menguras kocek terlalu dalam. Bila menginginkan teruk, seekor yang sudah siap santap harganya Rp 10.000, blekek Rp 5.000, dan belibis Rp 20.000.”Bila ada pejabat yang sedang meninjau Undaan, sering mampir ke warung saya,” katanya bangga.Getok Tular Rupanya, promosi getok tular itu cukup ampuh.

Buktinya, selain kedatangan pelanggan dari kalangan umum hingga ”ndara agung”, dia juga mengaku sering menerima pesanan. ”Mereka biasa menelepon dan pesan burung goreng jenis tertentu,” paparnya.Setiap hari, warung tersebut selalu dijejali pembeli. Karena itu, jika tidak ingin kehabisan lebih baik pesan tempat dulu. Maklumlah, meski tak pernah memasang iklan di media, namun warung Bu Mun tidak pernah sepi dari pelanggan.

“Awalnya saya hanya membantu ibu saya, dan akhirnya saya mempelajari resepnya meneruskan usaha ini hingga sampai sekarang,” kata Tumisih (39), penerus dan pengelola warung makan tersebut. Disinggung soal isu flu burung yang sempat merebak beberapa waktu lalu, dia menyatakan tidak ada pengaruhnya. Pasalnya, jumlah pembeli tidak banyak berubah meski ada pemberitaan mengenai penyakit tersebut.

”Sepertinya tidak ada masalah, tidak ada pengaruhnya,” ungkapnya.Yang jadi persoalan justru ketika pasokan burung menurun. Jika sedang sepi, dia terpaksa banting setir menggantinya dengan ayam. Hal tersebut biasanya terjadi pada bulan Agustus saat burung liar sulit didapat. ”Burung dipasok pelanggan dari beberapa daerah di Grobogan dan Demak,” paparnya.

Salah seorang pembeli, Atok, mengaku secara periodik mengunjungi warung tersebut. Meski saat ini sudah banyak variasi kuliner, sensasi burung liar goreng itu tidak pernah dilewatkannya. ”Iwak manuk, tetep mathuk...” akunya. (71)
Sumber : Suara Merdeka Muria

Diposting oleh petani berdasi
PATI - Sesepuh masyarakat adat Sedulur Sikep Mbah Tarno, Selasa (23/6) pukul14.00, meninggal dunia. Pemakaman secara adat dilakukan hari ini (24/6) pukul 10.00 di makam keluarga, dekat kediamannya Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati.
Seorang kerabatnya, Gunritno mengemukakan, Mbah No, begitu sesepuh Sedulur Sikep itu akrab dipanggil, tidak mengidap penyakit tertentu. Hanya dalam dua hari terakhir sebelum meninggal, kondisi kesehatannya memburuk.

’’Esok mau wis apik. Ora duwe penyakit apa-apa, yo amargo wis sepuh ae,’’ kata Gunritno.
Seperti masyarakat muslim kebanyakan, malam hari dilakukan lek-lekan. Sebelum pemakaman juga dilakukan upacara adat sebagai penghormatan terakhir.

...
’’Sedulur Sikep Blora lan liyane diwenehi ngerti kabeh,’’ ucap Gunritno yang juga mengaku menyampaikan informasi kepada komunitas masyarakat adat di luar Jawa Tengah, seperti Kanekes.

Sejauh ini, Mbah Tarno bukan hanya dikenal oleh kalangannya. Sejumlah pejabat kerap mampir danmenemuinya untuk sekadar bersilaturahmi atau meminta dukungan dalam berbagai hal, termasuk saat masyarakat ramai menolak rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Mbah Tarno dikunjungi Gubernur Bibit Waluyo, Bupati Pati Tasiman, serta jajaran direksi PT Semen Gresik.

Di mata Sedulur Sikep, Mbah Tarno menjadi acuan dalam setiap langkah dan perilaku sehari-hari. Setiap ada persoalan, warga Sedulur Sikep yang bermukim di Pati, Kudus, dan Blora tak lepas meminta wejangan darinya.
Mbah Tarno tutup usia pada usia 100 tahun. Dia meninggalkan tujuh anak dan 27 cucu yang saat ini tinggal tak jauh dari kediamannya. (H49-69)
Diposting oleh petani berdasi
Kelinci, selain lucu sebagai binatang piaraan, ternyata juga sangat lezat untuk dikonsumsi sekaligus menyehatkan serta bahan obat untuk penyakit asma.
BERBURU makanan enak di Surabaya memang tak akan pernah ada habisnya. Bahkan semakin hari, terus bertambah saja tempat-tempat makan di penjuru kota yang menawarkan berbagai menu khas. Salah satunya yang masih tergolong baru dan tidak banyak bisa dijumpai di tempat makan lain (resto, depot, warung, lesehahan) adalah sate kelinci.
Selama ini, sate kelinci oleh sebagian penikmatnya baru bisa didapat di daerah-daerah berudara dingin atau pegunungan, seperti Malang maupun Pandaan. Namun seiring mewabahnya informasi kuliner di masyarakat, kini jauh dari pucuk gunung pun, seperti di Surabaya, sate kelinci dapat dinikmati dengan cita rasa istimewanya.

Seperti pengalaman VENUS ketika berakhir pekan dengan jalan-jalan di seputaran Surabaya untuk menyantap kelezatan daging kelinci yang diolah menjadi sate maupun gulai. Namun sayang, di tengah cuaca sore yang mendung itu kami kurang beruntung sehingga hanya dapat menyantap satenya saja tanpa ditemani suguhan gulai kelinci yang kabarnya top-top markotop itu.Bertempat di sebuah warung kecil di kawasan Jetis Kulon Surabaya, kami mencoba menambatkan hati untuk menikmati hidangan ala kelinci di Warung Bedjo. Tempatnya cukup mungil namun bersih. Pelayanannya pun cukup tepat waktu.
...

Mencarinya pun tak sulit, karena di depannya terpampang tegas plakatnya “Sate Kelinci”.Gurih dan kelezatan sate kelinci dengan bumbunya sepintas memang tidak ada bedanya dengan sate lainnya (sate ayam maupun sate kambing). Hanya saja teste dan tekstur kelinci bisa jadi merupakan pembedanya. Rasa daging kelinci unsur gurihnya tidak begitu tajam sebagaimana ayam, namun teksturnya cukup lembut dan tidak sekeras daging kambing.Menurut si pembakar sate kelinci Bedjo, kehadirannya di Surabaya dengan menu pilihan utama sate dan gulai kelinci, adalah sebuah terobosan jemput bola yang diperuntukkan bagi mereka yang hobi makan sate kelinci tanpa harus jauh-jauh ke luar kota.

Di samping itu, juga karena di kota Pahlawan sendiri belum banyak orang yang membuka bisnis tempat makanan serupa. Apalagi, di pasaran daging kelinci tidak dijual bebas, melainkan harus memotong sendiri. Di Warung Bedjo sendiri, kelinci-kelinci siap potong selalu datang setiap dua minggu sekali berkat pasokan peternak kelinci asal Madiun yang merupakan kerabanya sendiri. Selain itu ada juga pemasok dari daerah Malang dan sekitarnya, sehingga stoknya selalu tak pernah kehabisan.Dagingnya Empuk dan ManisDAGING sate kelinci biasanya diambil dari kelinci siap potong yang berusia antara 4-6 bulan. Dipilihnya kelinci usia itu, karena rasa dagingnya empuk dan manis.

Biasanya dari satu kelinci yang gemuk dapat diperoleh 60-90 tusuk sate. Sementara sisanya yang berupa potongan daging dan tulang-tulangnya biasanya dijadikan bahan gulai.Dalam penyajiannya, sate kelinci tak ubahnya sate lainnya. Bumbunya pun sama yaitu terdiri atas bumbu kacang bercampur irisan bawang dan kecap manis, plus jeruk nipis. Di Warung Bedjo satu porsi sate kelinci yang terdiri dari 10 tusuk dihargai Rp. 9.000 sudah termasuk nasi atau lontong siap santap.Sebagai teman bersantap sate maupun gulai kelinci tersedia minuman khas yang menyehatkan, yaitu es temu lawak atau es jeruk nan menyegarkan. Masing-masing dihargai 2.000 perak per gelas.

Jadi cukup murah daripada harus jauh-jauh berburu sate kelinci ke Malang atau ke Teretes Prigen yang memerlukan waktu tidak sedikit. So, bagi yang membawa teman makan namun kurang selera dengan sate kelinci, di Warung Bedjo tersedia juga menu lain yaitu ikan gurame bakar.Selain warung sate kelinci Bedjo, di Surabaya sate dan menu berbahan khusus daging kelinci ini juga bisa di peroleh di kawasan Panjang Jiwo juga Nginden. Dapat Sembuhkan AsmaSELAIN dagingnya yang cukup banyak digemari orang sebagai bahan sate atau gulai, ternyata daging kelinci juga cukup mujarab sebagai obat asma.

Khasiat ini sudah dibuktikan secara ilmiah oleh mahasiswa Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang yang terdiri dari Dian Kesuma. Bahkan berkat keberhasilannya menemukan obat asma itu, mereka dinobatkan sebagai juara nasional dalam lomba karya ilmiah tingkat nasional bidang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) yang digelar di Solo beberapa waktu lalu.Menurut Dian Kesuma, hasil penelitian tersebut bermula dari pengalaman pribadinya, yang sejak SD mengidap penyakit asma. Karena asma yang diidapnya itu, setiap kena debu atau asap dia langsung bersin dan batuk-batuk, dan disertai napas sesak.

Kala itu, dia disarankan banyak-banyak makan daging kelinci. Setelah rajin mengonsumsi daging kelinci selama hampir satu tahun, penyakit yang dideritanya pun sembuh hingga sekarang. Selain sebagai obat asma, mengonsumsi daging kelinci juga dapat menyembuhkan radang tenggorokan (esopagus). Untuk yang satu ini merupakan hasil penelitian MJ. Naya dalam jurnal terbitan Spanyol. Rahasia kesembuhan lewat daging kelinci ini, menurut asumsi Dian Kesuma dkk adalah, karena daging kelinci mengandung senyawa kitotefin dan zat-zat lain seperti asam lemak omega tiga dan omega sembilan yang bisa menyembuhkan penyakit asma. Secara teknis menurut Dian, daging kelinci itu mampu menstabilkan membran sel mastosit. Asma, itu terjadi karena alergi. Daging kelinci itu bisa merangsang terbentuknya antibodi pada tubuh. Antibodi itu kalau melekat pada sel mastorit, memberannya bisa pecah. Kalau sudah pecah, yang bisa membentuk otot-otot polos saluran napas berkontraksi.

Akibatnya, saluran napas menyempit sehingga terjadi asma. Asam lemak omega tiga dan sembilan cara kerjanya sama. Makanya, daging kelinci itu bisa menyembuhkan dan mencegah penyakit asma kalau dimakan secara rutin. Hanya saja, dalam pengolahan daging kelinci sebagai obat itu perlu mendapatkan perhatian. Kalau tidak, kadar kitotefinnya bisa hilang. Oleh sebab itu, dianjurkan jangan terlalu panas dalam memasak daging kelinci agar kitotefin itu tetap baik, memasaknya jangan sampai melebihi 150 derajat celcius. Jadi, penasaran kan untuk mencobanya…? (arohman/bbs)



Diposting oleh petani berdasi

Secara formal, Sarjiyo hanya tamat SMP. Namun, dengan percaya diri dia mengenakan gelar MM. Bila berbicara tentang siklus energi dengan dia, tampak ketepatan gelar MM itu. Sarjiyo murah memberi kata-kata untuk menjelaskan rantai makanan dan perputaran energi di kosmos. Maka, gelar MM mempunyai akronim gurauan buatannya, Sarjiyo men mingkem (biar diam).
Dengan satu tarikan napas, Sarjiyo men-jembreng-kan teori rantai makanan yang mudah diterima akal. Bila lawan bicaranya berasal dari Jawa, kosakata berbahasa Jawa bertebaran di sana-sini. Baginya, kesadaran tentang rantai makanan dan siklus energi inilah yang menjadi pemacu utama masyarakat membuat biogas....

Pria asal Kulon Progo, Yogyakarta, ini dikenal sebagai pembuat instalasi biogas. Sejak tahun 2004 dia berkenalan dengan teori instalasi biogas dan bereksperimen membuat bangunan serta sistem yang bisa mengolah aneka limbah organik menjadi dua produk sekaligus, biogas dan kompos. Instalasi biogas pertama sekaligus laboratorium uji coba buat biogas ada di pekarangan rumahnya di Kulon Progo.

Butuh setahun bagi Sarjiyo untuk mendapatkan desain dan ukuran instalasi biogas yang pas. Dia juga menghitung jumlah kotoran ternak atau theletong. Dari catatannya, seekor sapi menghasilkan minimal 10-15 kilogram kotoran basah per hari.
Theletong itu lantas dimasukkan ke dalam ruang fermentasi biogas. Untuk kebutuhan satu-dua keluarga, ruang kedap udara yang dibutuhkan berukuran sekitar 30 meter kubik. Instalasi itu cukup untuk mengolah kotoran yang dihasilkan dua ekor sapi. Hasil fermentasi kotoran dua ekor sapi setara dengan 0,5 liter minyak tanah dan bisa mencukupi kebutuhan bahan bakar memasak satu keluarga.

Demi penghematan lahan, Sarjiyo membangun instalasi biogas di bawah tanah yang ditutup beton. Di atas beton penutup dimanfaatkan sebagai kandang sapi. Hasilnya, sejumlah warga di Kota Yogyakarta bisa memelihara dua ekor sapi di kandang yang terbatas, bersih, sekaligus memproduksi biogas untuk memasak.
”Konstruksi instalasi saya buat dengan beton karena lebih awet dibandingkan fiber dan plastik. Kalau plastik hanya tahan beberapa tahun, beton bisa puluhan tahun. Selain itu, di atas instalasi plastik tak bisa digunakan untuk kandang dan perawatannya juga sulit,” katanya.

Sementara itu, dengan beton, tambah Sarjiyo, theletong tinggal dimasukkan ke dalam lubang menuju tabung instalasi, lalu biarkan bakteri anaerob yang akan membantu fermentasi.
Gas yang dihasilkan dari fermentasi kotoran sapi ini lantas disalurkan ke dapur untuk dijadikan bahan bakar di kompor. Sarjiyo juga mendesain sendiri kompor berbahan bakar biogas. Kompor ini merupakan modifikasi dari kompor gas biasa.

Ada pula tabel angka yang menunjukkan simpanan gas saat itu. Bila penunjuk menyentuh angka 5, simpanan gas maksimal. Kalau penunjuk sudah merosot sampai ke angka 1, pemakai harus menunggu beberapa saat sebelum memakai kompor lagi.
Kalau tak ada sapi, biogas masih bisa dihasilkan dari aneka jenis kotoran ternak, ampas produksi tahu, kulit kacang, atau limbah organik lain. Semua itu bisa dicemplungkan ke tabung fermentasi sebagai produsen gas metana.
Butuh satu tahun bagi Sarjiyo untuk mendapatkan konstruksi bangunan biogas yang sempurna. Biaya uji coba membuat satu instalasi biogas untuk mengolah kotoran dari dua ekor sapi itu sekitar Rp 4,7 juta.

Setiap kali ada kelemahan, konstruksi biogas langsung diperbaiki. Sekarang, harga pembuatan instalasi itu Rp 9 juta-Rp 10 juta karena kenaikan harga material.
Berawal dari pertanian
Kisah biogas Sarjiyo berawal dari pertanian. Ketika itu, dia mengikuti pelatihan pertanian organik dan biogas yang diadakan salah satu LSM di Yogyakarta. Ada beberapa kawannya yang juga ikut pelatihan itu. Kata Sarjiyo, apa yang dia lakukan hanyalah melanjutkan teori ke praktik langsung.

Persoalan biogas dipahami Sarjiyo sebagai bagian dari pertanian organik. Biogas dihasilkan dari kotoran ternak atau limbah pertanian. Setelah proses fermentasi, tak hanya biogas yang diperoleh, tetapi juga kompos padat dan cair. Kompos yang tak berbau ini bisa digunakan di sawah untuk menyuburkan pertanian.
Setelah hasil pertanian dipanen manusia, limbahnya digunakan untuk pakan ternak. Ternak membantu kerja petani di sawah. Dari ternak itu juga, theletong diproduksi.
”Theletong itu bisa menjadi biogas lagi,” ucap Sarjiyo menjelaskan kesatuan rantai makan-dimakan serta alur energi terbarukan sekaligus sebuah pertanian terpadu.
”Pelaku biogas itu orangnya sendiri, jadi tergantung mau rajin atau tidak. Kalau rajin, ya kompos dibawa ke sawah, sawah pun subur.

Kandang juga bersih karena kotoran disapu ke lubang instalasi biogas. Ini menjadi aspek sosialnya,” ucapnya.
Oleh karena itu, Sarjiyo rajin berkeliling untuk menyebarkan pengetahuan tentang keseimbangan rantai makan-dimakan, pertanian terpadu, hingga biogas dan nol sampah. Petani juga bisa menghemat pengeluaran karena tak perlu lagi membeli bahan bakar untuk memasak.

Inilah yang disebut Sarjiyo dengan fakta, sesuatu yang bisa dilihat manfaatnya secara kasatmata. Fakta juga yang membuat dia tak peduli dengan ejekan sejumlah kawan ketika Sarjiyo baru mulai membangun instalasi. Ejekan itu dilontarkan karena perhitungan instalasi biogas ala Sarjiyo tak sesuai dengan teori di buku. Teori dalam buku itu belum menjadi fakta. Ia percaya dengan hitungannya sendiri.
Buktinya, setelah instalasi biogas terbangun, kerja instalasi ini jauh lebih maksimal dan awet dibandingkan instalasi bikinan orang lain. Di beberapa tempat, Sarjiyo bahkan membangun satu instalasi baru bersisian dengan instalasi biogas buatan salah satu perguruan tinggi.

Setelah berhasil, Sarjiyo semakin gencar membawa biogas ke pelbagai kalangan. Tak hanya petani, tetapi juga berbagai kelompok masyarakat yang tertarik membangun instalasi biogas ala Sarjiyo.
Di Kulon Progo, Sarjiyo dibantu 80-an orang berusia 18-40 tahun yang tergabung dalam Sanggar Solidaritas Petani Lestari. Mereka juga yang membantu Sarjiyo mengerjakan instalasi biogas di berbagai tempat.
Sejak tahun 2004, ada 400 instalasi biogas yang dibuat Sarjiyo. Itu pun baru di wilayah Provinsi DI Yogyakarta. Kalau ditambahkan instalasi dari berbagai daerah di Indonesia, jumlahnya bisa ribuan.

”Karena biogas, saya bisa jalan-jalan ke berbagai tempat, dari Sabang sampai Merauke. Tentunya sembari membahas biogas,” ucapnya.
Jadilah Sarjiyo berkeliling Nusantara ”memasarkan” biogas, instalasi buatannya, dan pertanian terpadu. Begitulah asal mula dia secara bergurau memberi gelar MM bagi dirinya sendiri.
”Sarjiyo MM alias men mingkem, biar diam. Ini karena saya terlalu sering jualan kata-kata (tentang biogas dan pertanian terpadu) ha-ha-ha,” ujar pria penyuka humor ini.

Data Diri
• Nama: Sarjiyo
• Lahir: Kulon Progo, DI Yogyakarta, 3 Desember 1966
• Pendidikan:
- SD Karangwuni, Wates
- SMP Trimurti, Temon, Kulon Progo
- Jurusan Peternakan Sekolah Pertanian Pembangunan (SPP) Veteran, Wates (tak lulus)
• Istri: Ida
Sumber : Kompas
Reporter : Agnes Rita Sulistyawaty
Diposting oleh petani berdasi
Rabu, 10 Juni 2009 di 17.12 | 0 komentar  
WANITA MEMANG SUSAH DIBUAT "BAHAGIA"
Jika dikatakan cantik dikira menggoda ,jika dibilang jelek di sangka menghina..Bila dibilang lemah dia protes,bila dibilang perkasa dia nangis . Maunya emansipasi, tapi disuruh benerin genteng, nolak (sambil ngomel masa disamakan dengan cowok)Maunya emansipasi, tapi disuruh berdiri di bis malah cemberut (sambil ngomel,Egois amat sih cowok ini tidak punya perasaan)
...

Jika di tanyakan siapa yang paling di banggakan, kebanyakan bilang Ibunya ,tapi kenapa ya ..... lebih bangga jadi wanita karir, padahal ibunya adalah ibu rumah tangga
Bila kesalahannya diingatkankan,mukanya merah..bila di ajari mukanya merah,bila di sanjung mukanya merahjika marah mukanya merah,kok samasemua ? bingung !!

Di tanya ya atau tidak, jawabnya diam;ditanya tidak atau ya, jawabnya diam;ditanya ya atau ya, jawabnya :diam,ditanya tidak atau tidak, jawabnya ; diam,ketika didiamkan malah marah(repot kita disuruh jadi dukun yang bisa nebak jawabannya).
Di bilang ceriwis marah,dibilang berisik ngambek,dibilang banyak mulut tersinggung,
tapi kalau dibilang S u p e lwadow seneng banget...padahal sama saja maksudnya.

Dibilang gemuk engga senangpadahal maksud kita sehat gitu lho
dibilang kurus malah senang
padahal maksud kita "kenapa elho jadi begini !!!"
Itulah WANITA makin kita bingung makin senang DIA !


PRIA ITU MEMANG SUSAH...

Jika kamu memperlakukannya dengan baik, dia pikir kamu jatuh cintapadanya.......... Jika tidak, kamu akan dibilang sombong.

Jika kamu berpakaian bagus, dia pikir kamu sedang mencoba untukmenggodanya. Jika tidak, dia bilang kamu kampungan.
Jika kamu berdebat dengannya, dia bilang kamu keras kepala.Jika kamu tetap diam, dia bilang kamu nggak punya otak.
Jika kamu lebih pintar dari pada dia, dia akan kehilangan muka..Jika dia yang lebih pintar, dia bilang dia paling hebat.

Jika kamu tidak cinta padanya, dia akan mencoba mendapatkanmu.Jika kamu mencintainya, dia akan mencoba untuk meninggalkanmu.
Jika kamu beritahu dia masalah mu, dia bilang kamu menyusahkan.Jika tidak, dia bilang kamu tidak mempercayai mereka.
Jika kamu cerewet pada dia, kamu dibilang seperti seorang pengasuhbaginya. Tapi jika dia yang cerewet ke kamu, itu karena dia perhatian.

Jika kamu langgar janji kamu, kamu tidak bisa dipercaya.Jika dia yang ingkari janjinya, dia melakukannya karena terpaksa.
Jika kamu merokok, kamu adalah cewek liar !Tapi kalo dia yang merokok, dia adalah seorang gentleman, wuiihh..!

Jika kamu menyakitinya, kamu dibilang perempuan kejam..Tapi jika dia yang menyakitimu, itu karena kamu terlalu sensitif danterlalu sulit untuk dibuat bahagia !!!!!
Jika kamu mengirimkan ini pada cowok-cowok, mereka pasti bersumpah kalauini tidak benar. Tapi jika kamu tidak mengirimkan ini pada mereka, mereka akan bilang kamu egois.
Jadi..... kirimkan ini pada semua teman lelakimu diluar sana dan juga pada semua teman cewekmu untuk berbagi tawa bersama.. ;)


hwahwahwa... Well.... it's true..!!!!


Diposting oleh petani berdasi
Rabu, 27 Mei 2009 di 18.43 | 0 komentar  


...


Diposting oleh petani berdasi
Kelengkeng Pingpong berasal dari dataran Sungai Mekong, Vietnam. Kelengkeng jenis ini memang belum sepopuler kelengkeng lokal. Namun, mulai banyak yang membudidayakannya. Maklum, keuntungannya lumayan.

Kelengkeng pingpong memang agak beda dari kelengkeng biasa. Besar buahnya empat kali lipat kelengkeng lokal. Bijinya juga tentu lebih besar, tapi dagmg buahnya tebal dan beraroma wangi. Buah ini juga masih jarang mejeng di pasar kita. Sebab, memang belum banyak petani kita yang membudidayakan Kelengkeng Pingpong ini.

Kelengkeng Pingpong merupakan tanaman tropic yang tumbuh subur di tanah berketinggian 500 meter di atas permukaan laut (dpl).
...
Umumnya, di Indonesia, Kelengkeng Pingpong menjadi buruan para hobiis. Salah seorang pembudidaya Kelengkeng Pingpong adalah Isto Suwarno. Awalnya, pada 1998, Isto mendapat sejumlah biji Kelengkeng Pingpong dari adiknya. la lantas menyebar biji-biji itu. Ternyata, tak susah membudidayakan kelengkeng jenis ini. Dari sini, budidaya kelengkeng milik Isto berkembang.

Isto lantas mencoba menawarkannya ke sejumlah kolega dan para pehobi tanaman. Tak dinyana, sambutannya antusias. Pada 2005, ia resmi menjual bibit kelengkeng di bawah bendera Telaga Nursery Prambanan. Isto mengaku,langsung kebanjiran order. Padahal, ia hanya menjadikan buah kelengkeng sebagai sampel bagi yang ingin membeli bibit.

Setiap bulan, Isto bisa menjual 7.500 bibit kelengkeng, baik dari biji ataupun okulasi. la menjual bibit biji ukuran 15 centimeter (cm) sampai 20 cm dengan harga Rp 20.000 per batang. Adapun bibit okulasi ukuran 60 cm dia lepas dengan harga Rp 40.000. "Saya juga melayani pembelian tanaman dalam pot mulai harga Rp 1,5 juta per pot sampai Rp 2,5 juta," ujarnya.

Dalam sebulan, Isto bisa meraup penghasilan Rp 30 juta. Bisa lebih, jika ada pesanan bibit jumlah besar.

Permintaan bibit kelengkeng cukup tinggi lantaran tanaman ini mudah dibudidayakan, baik di lahan sempit atau di pot sekalipun, asal terkena sinar matahari. "Perawatannya mudah dan hamanya sedikit," kata Isto. Tanaman ini bisa dibudidayakan dari biji, bibit, dan bibit okulasi.

Untuk menanam kelengkeng Pingpong, pertama-tama masukkan bibit ke pot atau lubang di tanah. Ukurannya harus sesuai besaran tanaman. Sebagai media tanam, campurkan tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1:1. Dalam setahun, sebaiknya beri tiga kali pupuk. Saat kemarau, setidaknya disiram air dua hari sekali. Dalam 1,5 tahun, pohon ini sudah berbuah. (Kontan/Aprillia Ika)
Sumber : Kompas
Diposting oleh petani berdasi Label:
Siang, ketika jam kunjungan sudah habis, seorang kerabat napi terpaksa ditolak masuk.. Petugas portir pun menwarkan agar roti yang dibawa dititipkan pada mereka untuk disampaikan kepada tahanan yang dimaksud.

“Namanya siapa? Tinggal di kamar berapa?” tanya petugas dengan sopan.

“Sebentar, namanya Harya, tapi saya lupa tinggal di kamar berapa,” kata si pengunjung sambil mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. “Ternyata dia tinggal di kamar F 30,” lanjutnya.

Bungkusan yang diserahkan lalu diperiksa di depan si pengunjung untuk memastikan tidak ada barang terlarang yang disebunyikan di dalamnya. Beres, si pengunjung tadi mengucapkan terima kasih dan segera pergi. Tidak berapa lama kemudian, Harya si penghuni F 30 muncul di depan petugas untuk mengambil kirimannya.
...
Sebelum bungkusan diberikan, salah seorang staf Kesatuan Pengamanan Rutan (KPR) langsung bertanya, ”Ponselnya mana?”

Mendapat pertanyaan mendadak soal HP, Harya agak kaget. “Kok tahu kalau saya punya ponsel?” mungkin begitu tanyanya.

“O ada Pak, saya simpan di kamar. Sebentar saya ambil,” Harya kembali ke kamar mengambil HP untuk ditukar dengan bungkusan makanan tadi. Sial, deh.

Nasib lebih sial dialami Ali Mashuda, mantan pemain Persebaya tahun 2004. Pria yang sempat menjadi kapten kesebelasan kebanggaan arek-arek Suroboyo itu masuk Medaeng karena sabu-sabu. Bukan hanya kehilangan ponsel, dia juga terpaksa menginap dua malam di kamar sel yang sempit dan kotor.

Sore, menjelang penutupan blok, tiba-tiba Kepala KPR, Affandi, muncul di Blok F dan masuk ke mamar yang dihuni Ali. Tertangkap basah sedang memegangponsel, Ali tak bisa mengelak kecuali memberikan ponsel itu.

Belum sempat diserahkan, Affandi bergegas ke kamar lain. Entah apa yang ada di dalam pikiran Ali, tiba-tiba dia menghilang dari kamar. Affandi kembali dan menanyakan tentang ponsel tadi. Teman-temannya sibuk mencari Ali, ada yang berteriak-teriak memanggil, ada yang bergegas mencari ke masjid, karena Ali memang sering salat berjamaah di masjid rutan.

Ternyata Ali ngumpet di blok anak-anak. Masih bercelana pendek tanpa baju, dia diminta ke kantor KPR untuk menyerahkan ponsel. Tidak lama kemudian, dia kembali ke kamarnya dan minta HP yang warna putih.Ternyata, ponsel yang dilihat oleh Affandi tadi berwarna putih, sementara Ali datang menyerahkan HP berwarna hitam. Jadi, ada dua HP yang harus diserahkan. Selesai menyerahkan HP yang kedua, Ali tidak kembali ke kamar tapi langsung menginap di dalam sel isolasi.

Kalau saja Ali menyerahkan ponsel tanpa harus ngumpet segala, dia tidak perlu menginap di sel isolasi berukuran 2 x 2 meter yang saat Ali masuk sudah ada tiga orang di dalamnya.

“Ampun-ampun, selama dua hari saya tidur sambil duduk dan tidak mandi,” kenang Ali.

Lewat wartel (di Rutan Medaeng tersedia wartel dan telepon koin) saya menelepon seorang teman yang baru sehari bebas. Saya belum sempat bicara satu kata, teman saya tadi langsung tertawa lepas setengah berteriak. Ada apa?

Begini ceritanya: selama di Medaeng, dia terbiasa menyimpan HP di balik celana, pas di bawah pusar. Tujuannya apalagi kalau bukan supaya aman dari kemungkinan digeledah petugas. Nah, saat sudah di luar rutan pun kebiasaan itu ternyata masih terbawa juga.

“Masih mendingan di balik resleting celana, bagaimana jadinya kalau saya simpan di pantat?” katanya sambil terus tertawa.

Memang itulah kebiasaan para penghuni Medaeng. Kalau keluar dari kamar, ingin jalan-jalan, maka HP selalu disimpan di balik celana. Ada juga yang disimpan di tempat paling rahasia, yaitu di pantat. Tapi saat ada operasi, dua tempat yang saya sebut tadi tidak aman. Karena petugas akan memeriksanya pula.

Lalu di mana tempat yang aman?

Masing-masing orang dan di setiap kamar punya tempat rahasia. Ada yang bikin bunker di lantai, ada yang bikin lubang rahasia di langit-langit kamar, di lubang WC, atau di saluran air kamar mandi. Botol shampo, asbak rokok, kaki meja, di dalam bantal, di sarung, di sandal atau sepatu dan banyak lagi tempat rahasia.

Sudah aman? Belum tentu. Sebab petugas punya banyak jurus dalam menjalani operasi. Yang paling ditakuti oleh penghuni adalah “serangan fajar”. Dini hari, petugas masuk ke kamar saat penghuni sedang lelap. Banyak HP yang dibiarkan tergeletak tidak sempat disimpan di tempat rahasia.

Jumlah HP yang disita dalam setahun (Oktober 2007-Oktober 2008) ada 896 buah. Jika diuangkan dengan harga rata-rata Rp 200 ribu saja per-HP-nya, maka total uang mencapai Rp 179.200.000.

Lantas, bagaimana nasib ponsel salah tuan itu? Dipakai petugas? Rternyata tidak. Sebanyak 405 ponsel hasil operasi tiga bulan (Januari-Maret 2009) ini sudah dibakar bertepatan dengan upacara Hari Pemasyarakatan 27 April lalu di Lapas Porong. (*)
Sumber : Surabaya Post
Diposting oleh petani berdasi
Rembang – Pemerintah Kabupaten Rembang semakin menggencarkan penggunaan pupuk organik, karena keterbatasan jatah pupuk kimia. Tahun ini petani di Kabupaten Rembang hanya memperoleh 21 ribu ton pupuk urea, padahal kebutuhannya mencapai angka 28 ribu ton. Apalagi selama ini pupuk kimia dianggap kurang ramah lingkungan. Untuk itu, pengembangan pupuk organik yang berbahan baku kotoran ternak mendesak untuk segera diterapkan. Jumat pagi, Dinas Pertanian Dan Kehutanan mengundang 40 ketua kelompok tani dari Kecamatan Rembang, Gunem, Sulang dan Kecamatan Bulu untuk membicarakan metode pengolahan pupuk organik ini.
...
Kepala Dinas Pertanian Dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Sutomo berharap penggunaan pupuk kimia bisa terus dikurangi dan petani lebih mengandalkan pupuk kandang. Petani bisa memanfaatkan kotoran ternak yang diolah dengan bahan EM 3, jenis bahan untuk mempercepat pelapukan kotoran ternak dan dilapisi dengan batu gamping. Setelah melalui waktu sekitar 10 hari, cara ini bisa menghasilkan pupuk organik siap pakai.

Lalu bagaimana tanggapan kelompok tani ? Suntono, Ketua Kelompok Tani dari Desa Jukung Kecamatan Bulu yang hadir dalam kegiatan tersebut mengakui selama ini petani lebih suka menggunakan pupuk kimia, karena ingin mempercepat pertumbuhan tanaman. Anggapan itu yang harus dikikis mulai sekarang. Meski penggunaan pupuk organik dari kotoran ternak, khasiatnya agak lama dirasakan, tetapi jangka panjangnya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah. Intinya, petani memang harus lebih sabar.

Sebelumnya, Pemkab Rembang sudah memberikan bantuan mesin pengolah pupk organik pada kelompok tani di Kecamatan Sale. Diharapkan program ini akan berkelanjutan dan mendapatkan dukungan dari petani. Kalau selamanya hanya mengandalkan pupuk kimia, sejenis urea, TS, KCL dan yang lain, tentunya akan merugikan petani sendiri.
Sumber : Radio R2B Rembang
Diposting oleh petani berdasi
Siapa bilang tahanan itu menyebalkan? Di Rumah Tahanan (Rutan) Medaeng, hiburan justru cukup berlimpah. Seminggu sekali, tiap Sabtu siang, ada pentas dangdut. Ini biasa disebut “orkesan” atau “goyang cadong”. Nama terakhir ini diadopsi dari nama jatah makanan untuk para tahanan dan napi, yaitu “nasi cadong” .

Orkesan atau goyang cadong itu dimeriahkan oleh bintang tamu dan penyanyi home grown alias para penghuni rutan sendiri. Acara selalu dimulai sekitar pukul 13.10 dan berakhir menjelang maghrib. Begitu selama bertahun-tahun. Layaknya bintang papan atas, para artis lokal ini tidak segan-segan turun dari panggung dan mendatangi penonton yang asyik berjoged di lapangan.
...
Tentu orkesan bukan satu-satunya hiburan yang ada. Rutan Medaeng juga menyelenggarakan pemutaran film, pentas band, juga elekton seminggu sekali. Bagi yang hobi olahraga, pilihannya juga banyak. Ada senam aerobik, voli, tenis meja, bulutangkis, juga futsal. Mereka yang lebih suka keterampilan, bisa gabung di kursus salon kecantikan, pertukangan kayu, bengkel las, sablon, dan sejumlah bentuk lainnya.

Meski banyak aktivitas yang bisa diikuti, tetap saja orkesan yang paling ditunggu. Bukan cuma untuk mendapat hiburan, tetapi juga sebagai patokan kapan si warga binaan akan menghirup udara bebas, lepas dari belenggu dan kembali ke keluarganya.

“Jika ada temannya bertanya kapan seorang napi atau tahanan bebas, dia bisa menjawab, ‘kurang tiga orkesan tok’. Itu artinya tinggal tiga minggu ke depan,” kata Kepala Rutan Medaeng, Slamet Prihantara.

Nah, soal orkesan ini, saya punya cerita konyol. Ini dialami seorang teman dari Blok B. Saya tidak tahu nama aslinya, tetapi dia populer dengan sebutan “kojek”. Pria yang terjerat kasus perampokan itu paling demen orkesan. Dia tidak pernah absen naik ke pentas. Bukan untuk menyanyi, tetapi berjoged ria mendampingi sang artis.

Sudah menjadi tradisi, siapa pun yang naik ke pentas untuk menyanyi atau berjoget, maka harus merogoh kantong, mengeluarakan beberapa lembar uang untuk disawerkan kepada si artis. Kojek juga royal untuk urusan sawer menyawer tadi. Setiap orkesan, bisa 100 atau 200 ribu rupiah dia keluarkan.

Pada acara orkesan yang kesekian, Kojek cengar-cengir didampingi dua artis berpakaian seksi. Suasana bertambah meriah ketika tiba-tiba Jhon Kei (preman asal Ambon yang paling disegani itu) ikut naik ke pentas bersama Azis Boros (juga preman beken asal Surabaya).

Apa yang terjadi kemudian?

Seorang wartawan surat kabar harian yang kebetulan ada di Medaeng mengambil gambar acara orkesan itu. Keesokan harinya, muncul berita disertai foto. Di sana, sosok Kojek terlihat jelas berjoget ria.

“Mampus aku, anakku marah-marah melihat foto di koran. Kenapa tidak kasih tahu kalau ada wartawan?” Kojek gusar dengan nada protes pada saya.

“Anakku bilang, kelakuan papa kok pancet ae (tetap saja). Di luar dan di dalam penjara tidak ada bedanya. Saya kira papa di dalam penjara menderita, hidupnya susah, ternyata di sana bersenang-senang. Masak tidak kasihan pada mama yang setiap hari susah mengurus kami, tiap hari mencari uang untuk papa, eh ternyata uangnya untuk hura-hura,” Kojek meniru protes anaknya.

Karena peristiwa itu, Kojek sempat tidak dikunjungi dua minggu.

“Memang di penjara harus selalu menderita? Tidak boleh senang walau sedikit?” protes Kojek entah kepada siapa.

Hal berbeda dialami kawan saya yang wanita. Dia justru ngebet banget minta difoto. Saat menyanyi di atas pentas, saat main voli, juga saat menjalani pelayanan di gereja. Untuk apa?

“Saya akan kirim ke keluarga saya,” tegasnya. “Dulu mereka sedih dan khawatir akan kondisi saya di dalam penjara. Setelah saya kasih foto, mereka menjadi tenang, tidak terlalu sedih dan khawatir karena ternyata di dalam penjara masih ada hiburan dan banyak kegiatan seperti di luar tembok penjara,“ urainya.

Apa yang ingin saya sampaikan dari cerita di atas?

Bahwa citra buram penjara sebagai tempat penyiksaan, sangkar bagi pesakitan masih saja melekat dalam pemahaman masyarakat umum. Padahal, sejak 27 April 1964, penjara sudah tidak ada dan diganti lembaga pemasyarakatan. Narapidana bukan lagi pesakitan melainkan warga binaan.

Dulu sangkar, kini menjadi sanggar dimana para terpidana selama menjalani kukuman tetap diperlakukan sebagai manusia seutuhnya. Mendapat pembinaan, menjalani pendidikan dan bimbingan untuk bekal kembali ke masyarakat. Semoga.
Sumber : Surabaya Post
Diposting oleh petani berdasi
Semua orang pasti tahu binatang yang bernama kucing. Banyak orang yang suka memeliharanya karena ia lincah dan lucu. Saya jadi ingat pada seorang teman wanita yang dulu pernah satu kantor dengan saya. Dia gemar sekali memelihara kucing. Tak kurang 9 ekor kucing tinggal bersamanya di rumahnya. Ya, yang ini bukan kumpuil kebo, tapi kumpul kucing.

Jika salah satu kucingnya sakit, teman saya ini mengudar kesedihan dan kecemasannya seolah yang sakit itu adalah saudara kandungnya. Bila salah satu kucingnya –yang memiliki nama-nama cantik itu—hilang, dia juga berbagi cerita dengan saya.
...
“Tahu nggak, wanita yang tidak memberi makan pada kucing, suka memukul atau menendang kucing, dia tidak akan bisa masuk surga,” ungkapnya suatu hari. Entah dari mana dia mengutip kalimat itu. Dan, saya juga yakin bukan karena iming-iming surga sehingga dia begitu menyayangi kucing.

Kucing-kucing yang hidup di lingkungan kantor pun mendapat jatah kasih sayang dari dia. Setiap hari, ketika mobilnya memasuki pintu gerbang kantor, beberapa ekor kucing langsung berlari mengejar. Teman saya itu pun memperlambat mobilnya. Begitu berhenti, kucing-kucing tadi naik ke atas kap mobil. Ketika wanita berusia kepala empat itu turun dari mobil, kucing-kucing itu berlari mendekati. Seolah sudah menjadi ritual, steman saya itu segera membuka bungkusan dan diletakkannya di lantai. Ya, itulah jatah makan pagi untuk kucing-kucing di kantor kami.

Tapi, bercerita tentang kucing di rutan Medaeng, tentu lain lagi. Di sana, populasinya cukup banyak. Kucing-kucing itu terdiri dari 12 kelompok. Ada kelompok kucing pasar yang berkeliaran di “pasar” tempat orang berjualan nasi bungkus. Kemudian ada 11 kelompok lagi yang hidup di dalam blok. Asal tahu saja, di Rutan Medaeng ada 11 blok hunian.

Dari sekian banyak kucing di Blok F, satu di antaranya tergolong sangat istimewa. Keistimewaan kucing jantan yang diberi nama “Gendut” itu, bukan karena memiliki bulu indah dan berbadan gemuk. Tapi, karena perannya yang sangat istimewa bagi beberapa bandar dan pecandu narkoba di Blok F. Si Gendut inilah kurir narkoba yang setia memasok barang haram itu pada para pecandunya.

Tolong, jangan anggap ini mustahil.

Sungguh, Gendut bisa mengantar narkoba dari satu kamar ke kamar lain. Tugas itu dijalaninya pada malam hari ketika semua penghuni sudah terkunci dalam kamar. Saat itu, hanya Gendut yang bisa mengantar narkoba dari kamar si bandar ke kamar pasien (pecandu). Namanya juga kucing, masa dikerangkeng pula?

Tidak ada petugas Rutan Medaeng yang curiga. Saya pun baru tahu ketika sudah dua bulan menjadi penghuni. Saya sering melihat si Gendut dilepas lewat sela jeruji lalu berlari menuju kamar yang memesan narkoba. Dengan hanya memanggil satu dua kali: “Gendut…Gendut,” kucing itu segera mendekat. Barang pesanan yang dikalungkan di leher Gendut pun sampai kepada pemesan. Sederhana sekali tetapi sangat cerdas untuk mengelabui petugas.

Selain Gendut, ada seekor kucing lagi yang juga istimewa di Blok F. Dia ini piaraan seorang Bandar, sebut saja Rudi atau Rudi Jepang. Predikat Jepang di belakang namanya itu didapat lantaran raut wajahnya mirip dengan pria Jepang. Dia sudah divonis oleh Pengadilan Negeri Surabaya dengan pidana 10 tahun penjara atas kepemilikan 100 butir pil ekstasi.

Saya tidak bisa menyebut dia ini penyayang kucing walau dia suka membawa anak kucing ke mana pun dia pergi (tentu saja di seputar penjara). Anak kucing itu dia beri pakaian yang dibuat dari kaos kaki. Bukannya merasa modis, si anak kucing itu terlihat sangat tersiksa.

“Bagaimana bisa sehat kalau kucingnya tidak suka makan? Minum susu pun tidak,” kata teman sekamar Rudi. Ternyata, si kucing itu kalau malam dimasukkan ke dalam toples plastik. Kemudian diberi lubang-lubang kecil. Nah, lewat lubang itu, Rudi memasukkan asap sabu-sabu.

“Kalau saya lagi narik (memakai SS) asapnya disebulkan ke dalam toples. Anak kucing itu ikut nyabu,” ujarnya. Anak kucing tadi hanya bertahan tiga minggu bersama Rudi. Dia meninggal lantaran terkontaminasi asap SS tadi.

Entah kebetulan atau tidak, sehari setelah anak kucing itu meninggal, Rudi mendapat masalah. Dia ditangkap petugas Rutan Medaeng dengan barang bukti dua gram sabu-sabu. Kasusnya diproses di Polsek Waru Sidoarjo.

Selang dua minggu setelah anak kucingnya mati, Rudi kembali memungut anak kucing yang lain. Juga diperlakukan sama. Di pakaikan baju dari kaos kaki dan dimasukkan ke dalam toples plastik sekaligus ditiupi asap sabu. Apa yang terjadi? Nasib si anak kucing kedua itu sama saja. Mati hanya dalam dua minggu setelah “diadopsi” Rudi.

Lalu, selang dua hari, Rudi Jepang kembali kepek dengan barang bukti sabu-sabu lima poket siap edar. Dia diproses lagi di Polsek Waru Sidoarjo. Kini Rudi sudah dilayar (dipindah) ke LP Sidoarjo untuk menunggu proses sidang di Pengadilan Negeri Sidoarjo.

Kebiasaan aneh memungut anak kucing menyisakan satu pertanyaan, “untuk apa sih?”

Pertanyaan ini akhirnya terjawab setelah Rudi dilayar ke LP Sidoarjo. Ternyata, baju si anak kucing yang terbuat dari kaos kaki itu menjadi tempat rahasia untuk menyimpan SS. Yang belum terjawab adalah, mengapa kucingnya harus ikut nyabu juga? (bersambung)

Sumber : Surabaya Post
Diposting oleh petani berdasi
“Sudah lengkap? Satu, dua, tiga,… sembilan, sepuluh.” Saya tidak perlu melihat ke arah pintu untuk mengetahui bahwa itu suara Sinyo. Dia tamping (tahanan pendamping) Blok F yang setiap hari, tepat pukul 18.30, menutup pintu semua kamar di dalam blok. Tugas yang harus dilakukan tepat waktu, tidak boleh kurang atau lebih.

Lengan Sinyo yang penuh tato dengan cekatan menarik daun pintu besi, disusul suara gemerincing kunci dan gesekan gembok yang dikaitkan dengan engsel besi. Saya menghela nafas panjang dan duduk di tepi busa alas tidur. Kembali, perasaan teriris itu menyanyat hati saya.
...
Saya yakin, perasaan setiap penghuni penjara pasti sama. Termasuk sekitar 1.800 penghuni Rutan Medaeng ini. Tiap malam datang, selalu ada perih yang menyelinap. Ingat keluarga, orangtua, istri, anak, dan orang-orang yang dicintai.

Bagi saya, 788 kali sudah perih itu menelusup. Artinya, lebih dari dua tahun sudah saya menjadi penghuni Medaeng. Masuk kerangkeng pukul 18.30, baru dibuka lagi keesokan harinya pukul 06.30.

Saya yang menjadi penghuni lama, hafal betul tingkah para penghuni yang julukan resminya adalah warga binaan pemasyarakatan alias WBP. Ada yang langsung merebahkan badan, ada yang duduk ngobrol dengan teman, sementara bagi yang punya HP langsung online, menelepon entah siapa. Bagi WBP baru, biasanya lebih suka merenung sedih.

Walau harus menjalani hidup susah, ada saja yang menghibur diri dengan mengatakan bahwa “hidup di dalam penjara itu enak”. Paling tidak, makan dan minum dijatah, tidur juga dijaga. Orang yang ingin bertemu juga harus minta izin dan ada jam khusus untuk bisa bertemu. Mirip para pejabat sangat tinggi.

Di antara 9 orang teman sekamar, ada 3 orang yang sudah berulang kali masuk Medaeng. Selebihnya baru sekali, termasuk saya. Ketiga teman saya tadi, yang berulang kali masuk ke Medaeng, terjerat kasus yang sama: narkoba. Dulu, mereka juga mantan penghuni kamar yang sekarang saya huni (kamar F-30).

Keluar masuk penjara bagi mereka sudah biasa. Ketika keluar dulu, mereka bilang jera, kapok, ogah bersentuhan dengan narkoba. Tapi nyatanya? Masuk lagi.

Selain orang-orang yang “ulang alik“ ke Medaeng, ada lagi cerita menarik. Judulnya “Toni“.

Karena di Medaeng banyak yang bernama Toni, maka di belakang namanya ditambah dengan “Pabrik.” Ya, Toni Pabrik. Inilah nama yang kemudian menjadi beken di kumunitas narkoba Surabaya. Dia dipidana kali keempat pada Maret 2007 lalu, dijerat pasal percobaan produksi alias pabrik. Dia ditangkap bersama teman wanitanya. Tapi karena faktor X, Toni dan wanita cantik kekasihnya itu hanya divonis masing-masing 10 bulan.

Ketika bebas, saya bilang padanya, “Ton, kasur dan bantalmu akan saya simpan. Tidak akan saya berikan pada orang lain karena kamu pasti akan kembali lagi dan kamar F-30 terbuka buat kamu.”

Tidak sampai dua bulan menghirup udara bebas, Toni kepek (tertangkap) lagi. Maka pada bulan Mei tahun lalu kembali lagi. “Gara-gara sampean sih, dulu bilang saya pasti kembali, ya beginilah jadinya,” kata Toni.

Untuk kali kelima, Toni hanya divonis kurang dari setahun dengan barang bukti 2 gram sabu-sabu. Dia kemudian bebas Desember tahun 2008 lalu. Ketika pamit, saya bilang, “Ton, selamat ya? Jangan ketemu saya di dalam, kelak kita ketemu di alam bebas saja.” Toni memeluk saya dan melangkah pergi.

Dua bulan berlalu tanpa kabar tentang Toni. Apakah dia masih menjalankan bisnis narkoba atau benar-benar berhenti seperti janjinya pada saya? Suatu saat ia pernah bilang akan kembali ke profesi lamanya di bidang periklanan. Kliennya tergolong kakap, termasuk bank.

Masuk bulan keempat (akhir Januari 2009) beredar kabar Toni masuk daftar pencarian orang (DPO) Polresta Surabaya Timur. Dia berhasil meloloskan diri ketika disergap saat akan bertransaksi dengan Keong yang juga mantan penghuni Medaeng. Keong sendiri baru bebas dua minggu melalui program cuti bersyarat (CB).

Ton, kalau kamu membaca tulisan ini, jangan salah persepsi. Bukannya saya bermaksud membeberkan aib seorang teman. Saya juga bukannya mau sok suci dengan berkata “narkoba itu jahat, berhenti adalah jalan terbaik”.

Kita, para terpidana adalah cerminan dari adanya keretakan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan dengan masyarakat. Tiga aspek tersebut menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hukum. Aspek hidup, yaitu hubungan antara kita (manusia) dengan pencipta-Nya, aspek kehidupan hubungan antar manusia, sementara aspek penghidupan hubungan manusia dengan alam yang dimanifestasikan sebagai hubungan manusia dengan pekerjaan.

Karena itu, saya yang kini masih menjalani proses re-integrasi hidup, kehidupan dan penghidupan, ingin mengutip ungkapan manis dari buku “Negara Tanpa Penjara” (Adi Sujitno, halaman 16) bahwa “Sesungguhnya kita bukanlah penjahat, hanya tersesat, belum terlambat untuk bertobat” (bersambung)
Sumber : Suarabaya Post
Diposting oleh petani berdasi
Senin, 11 Mei 2009 di 00.39 | 0 komentar  

Terimakasih tak terkira untuk Teman2 semua,
Atas terpilihnya blog saya/caffedesa.blogspot.com sebagai blog dengan nilai tertinggi,
Terimakasih untuk teman2 yg ikut menyumbang ide,saran dan semangat,juga Mas Hisbul yg turut serta dalam penularan ilmu IT nya kepada Saya.
Kuncinya dalam blog ini adalah,selain belajar dari tiap pelatihan IT ,bisa juga dari search di mesin pencari : google
Silahkan teman2 yg mau belajar,dengan senang hati saya bantu,tentunya dengan tanpa melebihkan keterbatasan kemampuan saya, Sekali lagi saya ucapkan banyak2 Terimakasih
Salam

Toni Kn...




Diposting oleh petani berdasi
40 Hari Nonsetop, Sehari 3 Panggung
HARI-HARI seperti ini cobalah datang ke perbatasan Kabupaten Pati dan Rembang. Bertanyalah pada tukang ojek atau sopir angkutan, pasti tak sulit untuk mendapatkan informasi tentang tempat pertunjukan ketoprak. Pada musim orang punya hajat dan kabumi (sedekah bumi) seperti sekarang, seni pertunjukan itu hampir setiap hari bisa ditonton lewat tanggapan di kawasan tersebut.
Minggu (5/6) lalu, misalnya, paling tidak ada lima grup ketoprak pentas siang-malam. Ketoprak Cahyo Mudho manggung di Desa Gunungngsari, Batangan Pati; Langen Marsudi Rini di Desa Nggrawan, Sumber, Rembang; Siswo Budoyo di Dungbacin, Nggrawal, Sumber, Rembang; Ronggo Budoyo di Mantingan, Jaken, Pati; dan Wahyu Budoyo di Samben, Kaliori Rembang. Cahyo Mudho dan Langen Marsudi Rini ditanggap untuk bersih desa, sedangkan tiga grup yang lain untuk sunatan dan pesta pernikahan.

...
"Tapi karena sekarang panen tidak begitu berhasil, tanggapan juga sepi. Untuk Madilakir (Jumadilakir-Red) nanti, baru ada 17 tanggapan, sebagian besar sehari-semalam. Tahun-tahun lalu, jika panen bagus, sebulan bisa manggung 25 hari 25 malam dalam sebulan," kata Kabul Sutrisno (65), Ketua Ketoprak Cahyo Mudha, yang beralamat di Desa Bakaran Kulon, Kecamatan Juwana, Pati.

Soal jumlah tanggapan yang berkurang, Pemimpin Langen Marsudi Rini, Rinny Riana (40), pun mengakui. "Sekarang apa-apa kan lagi sepi, tanggapan pun tak seramai tahun-tahun lalu. Tahun 1996 grup kami bisa tanggapan 40 hari nonsetop, tapi sekarang jauh berkurang, apalagi harus bersaing ketat dengan campursari dan dangdut," kata rol perempuan yang juga pemilik grup ketoprak itu.

A Yudi Siswoyo (56), Manajer Siswo Budoyo, malahan mengungkapkan "prestasi" tanggapan terkini yang tak kalah dari Cahyo Mudho. "Juni ini tanggapan kami hanya 21 kali, umumnya siang-malam. Tapi kalau disambung bulan berikutnya, 40 hari kami nonsetop. Biasanya malah full sebulan tidak ada lowongnya, tapi sekarang memang lagi berkurang," kata lelaki yang tinggal di Sukoharjo, Margorejo, Pati, itu. Diketuai oleh suami-istri Anom Sudarsono dan Kristin, Sekretariat Siswo Budoyo berada di Desa Growonglor, Juwana, Pati.

Memang di antara ketoprak "papan atas" di Pati, Siswo Budoyo boleh dibilang yang paling laris. Malahan beberapa kali kelompok ini tampil di layar kaca, termasuk di Indosiar beberapa pekan lalu.

Namun dalam soal stabilitas dan konsistensi, Cahyo Mudho-lah yang patut mendapat catatan khusus. Ketoprak yang awalnya bernama Budi Sampurno itu telah berdiri sejak 1955, dan sampai sekarang tetap eksis. Padahal, selama rentang waktu itu, berpuluh-puluh grup ketoprak telah tumbuh, sekarat, dan akhirnya mati karena aneka hal. Namun Cahyo Mudha, yang lebih dikenal dengan sebutan Ketoprak Bakaran itu tetap identik dengan legenda kejayaan ketoprak Pati. Jika ada orang haul, kata Kabul, ketopraknyalah yang selalu dipilih. Malahan sejumlah desa hampir bisa dipastikan, setiap tahun ketika digelar sedekah bumi, selalu nanggap Cahyo Mudho. "Di Desa Majolampir dan Nduni, Kecamatan Jaken, juga Klumpit, Karangbale, Dukuhmulyo, dan Glonggong di Kecamatan Jakenan, di samping Bakaran, setiap tahun kami selalu manggung untuk kabumi. Warga di desa itu percaya, kalau tidak nanggap Ketoprak Bakaran, panennya bisa gagal," ungkap Kabul, yang di desanya menjadi kaur umum itu.

Dari orang punya hajat, baik mantu, sunatan, maupun haul, grup kesenian itu memperoleh tanggapan. Di luar itu, acara sedekah bumi (bagi desa yang sebagian besar penduduknya menjadi petani) dan sedekah laut (bagi desa yang penduduknya sebagai petambak atau nelayan) merupakan pasaran tetap setiap tahun. Yang hingga kini terus berjalan, di kawasan Rembang-Pati, setiap dukuh -sebuah desa bisa terdiri atas beberapa dukuh- menyelenggarakan sedekah bumi atau sedekah laut dengan nanggap seni pertunjukan. Dan, di antara sekian banyak ragam kesenian, ketoprak dari grup papan ataslah yang dianggap paling bergengsi.

Lantas, berapa tarif untuk nanggap ketoprak-ketoprak itu? "Jika tak jauh-jauh tempatnya, sehari semalam tanggapan Wahyu Budoyo Rp 4 juta, sudah termasuk lampu, panggung, kostum, kelir, gamelan, dan sound system, " ungkap Yudi Siswoyo.
Kabul pun menyebutkan, dengan fasilitas yang sama, tarif pentas ketopraknya sehari-semalam Rp 4 juta. "Jika hanya semalam, terpautnya hanya Rp 200.000 dari pentas sehari semalam," katanya.

Rinny mengungkapkan, besaran tarif grupnya yang kurang lebih sama dengan grup "papan atas" lain. "Jaraklah yang sangat kami perhitungkan. Untuk pentas di Demak, misalnya, tarif kami bisa mencapai Rp 8 juta atau bahkan lebih," kata dia.
Jangan buru-buru mengira tanggapan sebesar itu akan habis untuk sewa kostum, gamelan, panggung, lampu, kelir, sound system, dan transportasi. Hal-hal yang bagi grup pemula sering menjadi beban terbesar karena harus diatasi dengan cara menyewa itu, justru tak menjadi soal bagi grup semacam Siswo Budoyo, Cahyo Mudho, dan Langen Marsudi Rini.
Semua fasilitas itu mulai dari gamelan, panggung, perangkat tata suara dan tata lampu, kelir, kostum, sampai angkutan telah mereka miliki. Siswo Budoyo, misalnya, untuk mengangkut semua alat dan properti pentas, telah memiliki tiga truk dan sebuah bus, di samping segala peralatan pendukung pentas yang lain.

Cahyo Mudho dan Langen Marsudi Rini pun memiliki fasilitas yang tak jauh berbeda. "Kalau semua harus nyewa, pemain dapat apa," kata Kabul Sutrisno.
Kejayaan dan larisnya tanggapan itu tentu saja turut memercikkan kemakmuran bagi para pemainnya. Dengan 65 personel, di tubuh Cahyo Mudha penghonoran didasarkan atas kelas pemain, yang terdiri atas A, B, dan C. Mulai yang terendah Rp 50.000 sampai Rp 200.000 untuk pemain wos (inti). "Pemain jumputan honornya bisa lebih tinggi lagi. Pemain yang sudah tua, yang terpaksa kita pensiunkan juga dapat honor, paling sedikit Rp 5.000 setiap kali ada tanggapan," ungkap Kabul.

Kabul pun menyebutkan, grupnya yang tergolong paguyuban itu juga selalu menyisihkan dana setiap mendapat tanggapan. "Selain untuk manganan (syukuran) di makam sesepuh, dana yang terkumpul untuk membantu anggota kami yang sedang sakit, meninggal, membangun rumah, ataupun punya hajat."

Meski diberlakukan tiga kelas, standar penghonoran personel Siswo Budoyo agak berbeda. "Ketoprak kami bukan ketoprak organisasi, melainkan ketoprak bos, ketoprak majikan. Mungkin honornya lebih rendah dari ketoprak organisasi, karena semua sisanya masuk bos, tapi segala hal yang berkaitan dengan operasional pentas ditanggung oleh pemilik. Pemilik juga yang memberikan semacam asuransi bila terjadi kecelakaan saat pentas dan santunan kepada personel yang sakit," kata Yudi Siswoyo. Dia juga menyebutkan, di grupnya honor tertinggi Rp 80.000 sekali pentas, sedangkan terendah Rp 35.000.

Meski mengaku menerapkan kelas personel dalam penghonoran, Rinny mengelak untuk menyebutkan besar honor yang dia berikan kepada para pemainnya. "Grup kami memang ketoprak majikan, kami sebagai pemiliklah yang menentukan besar honor pemain dan niyaga. Itu berbeda dari ketoprak organisasi atau paguyuban, yang segala sesuatunya harus dimusyawarahkan, termasuk untuk mengambil pemain lain. Yang pasti, kami menghonori teman-teman secara profesional. Pelawak, misalnya, bisa kami honori Rp 200.000. Jarak tempat pentas dari rumah tentu saja sangat kami perhitungkan," kata putri seniman ketoprak Sri Kencono yang pernah melambung lewat peran Ondho Rante, almarhum Suparjo, itu.
Memang para pemain wos akhirnya memiliki tarif sendiri-sendiri. Pelawak, emban, dan pemeran utama bertarif tinggi. Seorang pelawak bisa dibayar Rp 200.000 hingga lebih dari Rp 1 juta. Tak mengherankan jika Kancil, sekalipun sudah ikut bergabung dengan Ketoprak Humor di Jakarta, tetap aktif manggung di kawasan ini.

Sebagai pemain yang berkarakter, terutama dengan peran Sunan Kalijaga, pemain senior semacam Budiyono setiap kali dibon bayarannya tak kurang dari Rp 300.000. Padahal, sehari-semalam dia bisa hadir di tiga pementasan di tempat yang berbeda dan dalam waktu yang hampir bersamaan. "Bahkan, kalau saya tak bisa manggung, bayaran untuk grup kami bisa disunat Rp 250.000 oleh yang punya kerja," kata sesepuh dan pemain Bangun Budoyo, grup ketoprak dari Desa Karang, Kecamatan Juwana, Pati ini.
Sebagai pemain bon-bonan, honor yang pernah diterima Rinny Riana pun boleh dibilang "luar biasa". Ketika pentas di Desa Bakaran, Juwana, dengan grup lain, sekali manggung dia mendapat bayaran Rp 1,5 juta.(Sucipto Hadi Purnomo-bersambung-7t)
Sumber : Suara Merdeka Muria

Diposting oleh petani berdasi
Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved