Selasa, 26 Oktober 2010 di 03.00 | 0 komentar  










(1-10-10)...(1-10-10)
Diposting oleh petani berdasi
Selamat Idul Fitri 1431 H
Minal Aidzin Wal Faidzin
Mohon Maaf Lahir dan Bathin

Diposting oleh petani berdasi
(Pernah ga kalian bertanya tanya… terutama si cowo nih yang rada rada sering bingung… “Eh, kalo gw nikah tapi dengan gaji gw yang cuma Rp***** bisa ga ya? Cukup ga ya?”
Menurut Kalian ????
Maka dari pertanyaan itu dibuat survey dan berikut adalah daftar pengeluaran standar bulanan setelah merit.
Sekedar berbagi aja, buat temen2 yang mungkin juga mengalami “Matery after merit phobia syndhrome”..)...(Daftar anggaran bulanan:(asumsi : disusun berdasarkan skala proritas, disusun dengan sangat-sangat relatif, dan berdasarkan basic needs standar menengah ke bawah).

1. MakanDengan asumsi sekali makan adalah Rp. 5.000. Maka makan 3x sehari,kali 2 orang (karena lagu sepiring berdua cuma berlaku pada saat pacaran aja), kali 30 hari adalah : Rp. 900.000.
*Tips :Rajin-rajin ke kondangan, walimahan, atau sunatan, dan bawa pulang nasi kotaknya, pasti lebih ngirit.

2. KontrakanDengan asumsi masih ngontrak di rumah petak, yang punya uda botak, tapi masih galak, dan punya anjing belum jinak. Maka dana untuk kontrakan sekitar Rp. 500.000/bulan.
*Tips :Tinggallah di Pondok Mertua Indah. Niscaya 2 dana diatas gak akan pernah ada. Di pondok mertua indah, anda akan bebas makan apa aja, termasuk “makan ati” (^__^)

3. Listrik dan AirDengan asumsi daya listrik 900 watt dan pake jetpam maka anggaran untuk listrik adalah Rp. 100.000/bulan.
*Tips :Jangan pake AC, cukup AC (Angin Cendela). Jangan suka main Plestesyen (PS), cukup main monopoli, gaple, domino ama istri terasa lebih romantis.

4. TransportasiDengan asumsi naik motor ke kantor, dengan motor yang paling irit rit rit, maka untuk ongkos bensin dan servis adalah Rp. 100.000.
*Tips :Gunakanlah Bensin campur! (Maksudnyah campur dorong, pasti lebih irit). Atau ikutlah “Nebeng Fans Club”, dengan alasan mempererat silaturahmi dengan yang ditebengi maka perjalanan berangkat dan pulang kantor akan terasa lebih menyenangkan.

5. KomunikasiDengan asumsi pake CDMA yang 1000/menit maka untuk sebulan, ongkos komunikasi berdua adalah Rp. 100.000.
*Tips :Pakelah “FREN” yang lebih murah (maksudnya kalo mau nelpon atau sms tinggal bilang “Freeen…minjam HP nya dong freen…”)

6. Keperluan Sehari HariSeperti sabun, odol, syampu, dll dsb. Dengan asumsi tidak pake fesyel,krimbat, manikyur, pedikyur, kukyur maka alokasi dana untuk ini sebesar Rp.50.000.
*Tips :Mandi kalo perlu saja. Kalo dulu 2 kali sehari, jadi 2 hari sekali. Untuk ngirit odol kembalilah memakai tumbukan batu bata

7. KesehatanSeperti minyak kayu putih,vitamin, obat pusing, maka alokasi cadangan untuk kesehatan sebesar Rp. 50.000.
*Tips :Jaga kesehatan. Jangan begadang…kalo tiada artinya…begadang bole saja…asalkan sambil ronda (halah!!)

8. EntertaimentNah ini kalo ada uang lebih aja, bisalaah sekali2 nomat (nonton hemat, bioskop), liat live music, lari pagi di monas, atau makan martabak sekali-sekali.
KesimpulanJadi, dapat kita simpulkan…Dari asumsi basic needs diatas maka pengeluaran untuk tiap bulan adalah sebesar :
Rp. 1.800.000/ bulan..
Mungkin ini bisa jadi bahan pertimbangan temen-teman ketika pengen nikah, untuk kemudian dibandingkan dengan pemasukan yang ada.
Kalopun masih ‘besar pasak daripada tiang’ Anda bisa memperkecil pasak, atau memperbesar tiang…ataauu. ..ga usak pake pasak, tapi dipaku aja!

Tapi ada 1 hal yang ga bisa dijelaskan dengan perhitungan ketika anda memutuskan untuk menikah, yaitu :Berkah Menikah..Selalu, Tuhan akan mencukupi kebutuhan umatnya yang mau berusaha dan berdoa. Selalu bersukur dan percaya bahwa Tuhanlah raja dari segala raja akunting! OK! AMIN….!!!!
*Ini kan masukan aja.. kalau ada yang ga pas dihati, jangan di maki yaaaa*)
Diposting oleh petani berdasi
(Bumi Perkemahan (Buper) Karangsari Park terletak di desa Karangsari kecamatan Sulang kabupaten Rembang. Dengan luas sekitar 20 ha, tempat yang pernah dipergunakan sebagai Upacara HUT Pramuka Tingkat Jawa Tengah (2003) dan Jambore Daerah XII Kwartir Daerah Jawa Tengah Tahun 2007 ini merupakan bumi perkemahan terbesar di Kabupaten Rembang dan sekitarnya.
Jum’at (10/7) kemarin berkesempatan untuk mengadakan perkemahan di Bumi Perkemahan ini. Perkemahan Pelantikan Satriya selama 3 hari inilah yang membuat absen sejenak dari dunia blog yang baru saja saya kenal. Tidak terlalu banyak yang berubah dari bumi perkemahan ini. Meskipun belum maksimal, namun pengelola telah mampu mempertahankan area yang dibuka pertama kali di tahun 2003 ini sebagai tempat berkemah paling favorite di kabupaten Rembang. Bahkan di eks Karisidenan Pati sekalipun, menurutku.)...
(Konon, Bumi Perkemahan yang berada di daerah perbukitan ini merupakan hibah dari seorang dermawan yang memiliki kepedulian terhadap pramuka. Berpuluh hektar tanah yang terletak di desa Karangsari ini diberikan secara cuma-cuma kepada Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Rembang untuk dikelola menjadi bumi perkemahan. Kebenarannya, wallahu a’lam, ketika saya menanyakan hal itu kepada Pak No, sang penjaga Buper, beliau hanya tersenyum tanpa menjawab.
Oleh Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Kabupaten Rembang dan Pemkab Rembang, lahan tersebut akhirnya dibuka menjadi bumi perkemahan yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Hal ini yang menjadikan saya dan berbagai pihak lain merasa nyaman dan puas berkemah di Buper Karangsari Park ini. Pada musim liburan kali ini saja tidak kurang dari 70-an sekolah yang menggelar perkemahan di tempat ini.
Fasilitas bumi perkemahan Karangsari Park ini antara lain:
Area yang luas.
Dengan area seluas 20 ha, bumi perkemahan ini mampu menampung puluhan ribu peserta. Sehingga dua atau lebih sekolah dapat menyelenggarakan perkemahan bersamaan, tanpa merasa terganggu.
Sarana MCK
Sarana MCK (Mandi Cuci Kakus) atau WC dibuat secara permanen dan berjumlah puluhan unit yang tersebar di barbagai titik dengan air yang melimpah.
Sekretariat utama
Sebuah bangunan joglo dengan aula dan beberapa kamar yang dapat dipergunakan sebagai tempat kegiatan, pertemuan bahkan resepsi ataupun posko utama.
Lapangan Upacara
Anjungan gladak
Bangunan joglo dengan lantai dan dinding kayu dilengkapi beberapa kamar tidur dan wc. Biasa disewakan untuk para para pembina dan guru yang mendampingi perkemahan. Bangunan ini berjumlah belasan buah yang tersebar dibeberapa titik.
Aula
Aula terbuka yang dibuat permanen dan berjumlah puluhan buah dan meyebar diberbagai titik. Dapat dipergunakan secara gratis.
Perpustakaan Umum
Fasilitas ini saat ini sementara ditutup karena kurangnya tenaga pengelola.
Ruang pameran (Hanya dibuka ketika berlangsung event-event besar).
Café (Hanya dibuka ketika berlangsung event besar)
Musala
Arena Halang Rintang dan out bound
Meliputi: mengayun, merayap tanah, merayap dan meniti tali, jaring laba-laba, panjat tembok, meniti balok, palang bertingkat.
Jalan beraspal yang menghubungkan berbagai titik. Dilengkapi dengan jalan-jalan setapak yang terbuat dari beton.
Warung sederhana yang dikelola warga sekitar dan dibuka tiap ada kegiatan.
Fasilitas penerangan yang terdapat di setiap sisi jalan dan berbagai titik strategis.
Catering untuk pembina maupun peserta
Tidak jauh dari Bumi Perkemahan Karangsari Park terdapat waduk Banyukuwung yang menjadi pusat suplai air bagi masyarakat sekitar juga menjadi tempat wisata alternatif bagi masyarakat Rembang.
Selain bumi perkemahan, Karangsari Park pada awalnya diproyeksikan juga sebagai desa wisata buku dan taman raya. Namun lantaran keterbatasan dana (mungkin) perpustakaan yang dibangun saat ini jarang dibuka. Koleksi tanaman yang mulanya terdiri atas jati sebanyak 6.930 batang, jambu mete (420 batang), mangga (2.730 batang), nangka (126 batang), melinjo (1.344 batang), akasia, rambutan, mahoni dan beberapa jenis lainnya dua tahun terakhir tidak bertambah.
Bahkan kewajiban untuk membawa pupuk dan bibit tanaman bagi para pengguna buper, tidak pernah lagi diterapkan. Padahal kewajiban ini menurut saya sangat mendidik dan unik.)


Sumber : http://alamendah.wordpress.com/
Diposting oleh petani berdasi
Rembang, yang masyhur dikenal Bumi Dampo Awang, pun tak luput dari daerah yang kaya akan khasanah kuliner Nusantara. Dan salah satu masakan yang kondang seantero ranah pantura timur adalah Lontong Tuyuhan.

Pusat wisata kuliner Lontong Tuyuhan sendiri terletak di pinggir jalan kabupaten yang mengubungkan Kota Kecamatan Lasem dan Kota Kecamatan Sulang via Japerejo, tepat berada di Desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang. Meski lokasi ini bukan di pinggir jalan raya pantura, namun tidak menghalangi niat para penggiat kuliner untuk singgah ke tempat wisata kuliner identitas Kota Rembang, yang berjarak 3 km dari jalur utama penghubung dua ibukota propinsi, yakni Surabaya dan Semarang.

...(Sejarah lontong tuyuhan
Menurut cerita Pak Katemin pula, sejarah lontong tuyuhan tidak bisa dipisahkan oleh sosok Sunan Bonang. Sunan Bonang, yang bernama asli Raden Makdum Ibrahim, kala itu sedang bergiat menyebarkan agama Islam di daerah Rembang. Namun karena satu hal, terpaksa berhadapan dengan Blancak Ngilo, yang terus menerus memusuhi beliau. Dengan jalan diplomasi tidak mempan, akhirnya ditempuh jalan yang sedikit represif, dalam koridor menegakkan syariah dan ajaran Islam. Di mana pun Blancak Ngilo berada, terus diburu oleh Sunan Bonang.

Syahdan, sampai suatu ketika Blancak Ngilo sedang makan opor ayam dengan lontong di tengah sawah, dipergoki oleh Sunan Bonang. Blancak Ngilo pun ambil langkah seribu, terbirit-birit ketakutan, sehingga tanpa disadari (maaf) terkencing-kencing di celana. Melihat adegan ini dan untuk mengenang daerah ini selanjutnya, Sunan Bonang mengeluarkan ‘fatwa’, kelak bila jaman telah ramai, daerah ini akan bernama Tuyuhan, yang artinya tempat Blancak Ngilo lari ketakutan hingga terkencing-kencing. Dan cerita legenda turun temurun ini terpatri di hati masyarakat sekitar, dan sampai sekarang kekal menjadi Desa Tuyuhan.

Dulu, penjual lontong tuyuhan tidak menetap di satu tempat, melainkan berkeliling dengan pikulan, menawarkan dagangan dari kampung ke kampung, melewati hutan jati, sawah dan kebun hingga ke Kota Lasem. Mereka keluar selepas waktu duhur dan kembali menjelang tengah malam. Sebelum dikenal lontong tuyuhan, lebih dulu disebut lontong balap, karena jika waktunya berangkat kerja, para penjual lontong beriringan seolah-olah seperti balapan. Orang-orang biasa menyantap di pinggir jalan, di bawah pohon jati, di tepi sawah dan pasar sambil duduk di dingklik. Jikalau malam tiba, digunakanlan lampu teplok (sentir) yang dibalut pelepah pisang agar tidak padam tertiup angin.

Ada dua alasan mengapa Lontong Tuyuhan ‘menyihir’ insan perkulineran, yakni kolaborasi paket wisata kuliner sekaligus wisata alam. Letak Desa Tuyuhan yang berada di kaki bukit Bugel, di tengah hamparan tanaman padi nan subur dan ladang-ladang tebu yang diusahakan masyarakat, dinaungi pegunungan Lasem dengan puncak Argo di ketinggian 800 m dpal, diterpa udara semilir sejuk segar khas hawa angin gunung, sangatlah membantu menurunkan tensi denyut pikiran, melepas penat dari rutinitas kehidupan. Serasa kita menikmati wisata kuliner di tengah alam pedesaan nan permai, sehingga semakin menggelorakan nafsu makan dan hadirnya sebuah kebahagiaan di tengah acara makan bersama keluarga ataupun teman.

Membedah keistimewaan lontong tuyuhan
Sebenarnya, lontong tuyuhan tidaklah jauh berbeda dengan opor ayam. Kekuatannya berada pada kuah santan yang lebih kental, gurih dan pedas hasil olah tumis cabai merah dan jahe, dengan sedikit tambahan kecap manis, serta perpaduan rasa rempah-rempah kemiri, bawang merah, bawang putih, lengkuas, kemiri, ketumbar, kencur, pala, dan kunyit.

Bila kita jajan menu ini, biasanya penjual menawarkan pilihan potongan ayam. Menurut Pak Katemin,-pemilik kedai di Pusat Jajan Lontong Tuyuhan-, langganan kami sekeluarga, seekor ayam dipotong menjadi 12 bagian, yaitu kepala (endas), leher (rongkong), dada (mentok), dua paha bawah (sempol), dua paha atas (gending), dua sayap kanan kiri (suwiwi), punggung (geger), ekor (brutu), dan ati ampela (jeroan). Sengaja dipilih ayam kampung muda, istilah Jawanya kemanggang, agar didapat tekstur daging ayam nan empuk, tidak terlampau keras, tidak terlalu lunak.

Ada satu kekhasan lagi dari menu yang resepnya ini diwariskan secara turun temurun dari para leluhur Desa Tuyuhan, yaitu bentuk lontongnya, yang dibungkus daun pisang dan berwujud prisma segitiga. Cara membuatnya pun tidak asal-asalan, ada resep khusus, sehingga lontong terasa empuk dan lembut di mulut. Salah satu rahasia dapurnya adalah diimbuhkan dengan sedikit daun pandan, agar aromanya bertemu dengan rasa nasi, sehingga semakin melengkapi kelezatan lontong tuyuhan.

Dan konon, citarasa lontong tuyuhan tidak lepas dari kepercayaan para penjualnya. Mereka meyakini lontong hanya akan terasa enak jika dimasak dengan air Desa Tuyuhan. Hal yang berbau klenik ini seolah menjadi pembenaran bahwa memang lontong tuyuhan tidak bisa disamakan dengan opor ayam dari daerah manapun.

Jangan dibayangkan menu ini dihidangkan oleh restoran/ warung makan kelas atas. Yang ada di Tuyuhan, hanyalah los-los sederhana berukuran 3m X 4m, dengan tempat duduk berupa bangku panjang, meja kayu beralas kain plastik dengan ornamen bunga dan bangunan semi terbuka, sehingga nuansa alam Tuyuhan bisa kita jelajahi. Dan penjualnya pun menggunakan angkringan yang terbuat dari bambu atau rotan, yang cara membawanya dengan dipikul, sebagai tempat meracik lontong dan opor ayam. Sebuah pencitraan sajian menu tempo doeloe, khas pedesaan pesisir pantai utara Jawa.

Sebelum digantikan teh botol atau es kelapa muda, dulu dihidangkangkan air kendi secara gratis sebagai minuman teman bersantap lontong tuyuhan. Tentu saja isi kendi adalah air yang berasal dari sumber pegunungan Lasem, yang segar dan higienis, tanpa terkontaminasi zat-zat polutan. Sayang, sekarang pembeli lebih menyukai modernitas dan gengsi, apa spesialnya jauh-jauh ke Tuyuhan hanya untuk minum air putih? Tidak aneh bila akhirnya peran kendi hampir tersingkirkan.

Ke-kini-an lontong tuyuhan
Seiring dengan bertambahnya pelanggan, penyuka lontong tuyuhan, atas prakarsa Pemerintah Kabupaten Rembang, dibangunlah Pusat Jajan Lontong Tuyuhan, agar pedagang dan pembeli bisa bertemu dalam satu tempat permanen, yang rapi dan tertata, dilengkapi lahan parkir yang luas, ditambahkan fasilitas musholla dan toilet agar pengunjung merasa nyaman jajan lontong tuyuhan.

Sekarang, Pusat Jajan Lontong Tuyuhan selalu ramai tiap hari. Ada puluhan pedagang, yang semuanya laki-laki, berjualan berjejeran di kedai-kedai kecil yang disediakan. Rata-rata para penjual di sini menggelar dagangan sejak pukul 12.00 hingga 20.00, dengan sistem bergantian antar penjual, ada yang membuka lapak siang hari dan ada yang menjelang sore. Tidak ada aroma persaingan bisnis antar penjual lontong tuyuhan meski mereka berjualan bareng dengan menu yang sama. Justru yang terlihat kompetisi sehat untuk menyempurnakan menu makanannya, menjaring sebanyak-banyak pelanggan, mengunci pilihan hati pembeli dengan sedap dan maknyus-nya menu masakannya. Semua yakin akan jatah rejeki masing-masing, tinggal bagaimana para penjual lontong tuyuhan memaintain daya tarik jualannya.

)
Diposting oleh petani berdasi
Selasa, 20 April 2010 di 17.13 | 0 komentar  
Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
...

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.


Diposting oleh petani berdasi Label:
UNDUR-undur laut atau yang biasa disebut sebagai yutuk atau wrutuk biasanya dipakai sebagai umpan untuk memancing. Namun, hewan laut itu juga bisa diolah menjadi penganan yang lezat. Namun yutuk yang digunakan sebagai bahan dasar makanan ini berbentuk lebih besar dibandingkan dengan yang dipakai untuk umpan memancing. Yutuk biasanya diolah dengan cara digoreng dengan campuran tepung bumbu atau biasa disebut dengan peyek yutuk.

Di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Kebumen, terutama di kawasan objek wisata, peyek yutuk cukup digemari oleh wisatawan. Di sejumlah warung di pantai Bocor atau di pantai Suwuk peyek yutuk dapat dengan mudah dijumpai di sejumlah warung makan. Selain bisa langsung dimakan, peyek yutuk cukup enak untuk menemani makan nasi.

...

"Rasanya sangat gurih," ujar Hudiyanto (25) warga Krakal Kecamatan Alian saat menikmati Yutuk di salah satu warung di objek wisata pantai Suwuk, baru-baru ini. Adapun cara pengolahan yutuk menjadi peyek yang siap saji cukup mudah dan praktis. Tidak jauh dengan membuat ayam goreng tepung atau udang goreng tepung. Yutuk diperoleh dari para nelayan seharga Rp 10.000/kg untuk yutuk yang keras dan Rp 20.000 untuk yang empuk.


"Setelah dicuci kemudian direbus hingga masak. Setelah itu ditiriskan yutuk dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu. Setelah itu digoreng sampai kering," ujar Lehan (50) salah satu penjual peyek Yutuk. Warga Dusun Suwuk Desa Tambakmulyo yang sudah berjualan yutuk selama lima tahun terakhir itu bisa menghabiskan yutuk sebanyak 30 kg dalam sehari.

Maklum peyek yutuk buatannya itu bukan hanya dijual langsung kepada para wisatawan. Melainkan dia juga kepada para pedagang yang berjualan di objek wisata tersebut. Satu biji peyek di warung bu Lehan dijual Rp 750. "Alhamdulillah, selama dua tahun terakhir pengunjung pantai Suwuk terus meningkat, sehingga penghasilan juga sedikit meningkat," katanya seraya menyebutkan peyek yutuk, dipercaya dapat membangkitkan selera makan.

Selain itu yutuk juga dipercaya memiliki khasiat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan undur-undur laut mengandung lemak total yang cukup tinggi, berkisar antara 17,22 - 21,56 persen. Kandungan asam lemak omega 3 total (EPA dan DHA) juga cukup tinggi, berkisar antara 7,75 - 14,48 persen dibandingkan dengan beberapa jenis crustacea lain seperti udang, lobster, dan beberapa jenis kepiting. Sedangkan kandungan EPA (6,41 - 8,43 persen) lebih tinggi dibandingkan kandungan DHA (1,34 - 6,57 persen).

Dengan adanya kandungan asam lemak omega 3 yang dimiliki undur-undur laut diyakini dapat menaikkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar gula bagi penderita penyakit diabetes. Walaupun sudah banyak terbukti khasiatnya tetapi undur-undur sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes ini masih menjadi polemik didunia kedokteran hingga sekarang. "Kalau paling ramai setelah hari raya Idul Fitri. Tetapi saat hari libur atau hari minggu, pengujung juga meningkat," katanya.***


Diposting oleh petani berdasi
Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved