STOK SATU TON GAPLEK; Tiwul Yu Tum Sambut Lebaran (timur balai desa wonosari)

MARKASNYA di sebuah dapur berdinding gedhek sederhana. Peralatannyapun juga sederhana. Ada meja panjang 1,5 meter. Tungku api yang selalu menyala, dan aneka perabot dapur lengkap. Di sini Ny Tumirah (73) memroses pembuatan tiwul manis sejak sepuluh tahun lalu. Tetapi dari tempat sederhana ini Tiwul Yu Tum, demikian sebutan populer-nya, sudah merambah ke rumah-rumah mewah. Tak hanya di Yogya, tetapi sudah masuk Jakarta. Bahkan beberapa warga negara asing pernah terpikat mencicipi makanan khas Gunungkidul. ”Waktu pameran di Jakarta banyak warga Singapura dan Malaysia membeli tiwul,” kata Yu Tum yang ditemui di Desa Wonosari, Kecamatan Wonosari, Minggu (15/10).

...
Sejatinya, Yu Tum berdagang sudah puluhan tahun. Tetapi usahanya jatuh bangun. Bahkan dapat disebut banyak jatuhnya dibanding bangunnya. Pada suatu hari, dia mencoba untuk membuat tiwul. Karena dari pantauannya, makanan khas Gunungkidul sudah menjadi makanan langka. Sehingga banyak yang menanyakan jual tiwul atau tidak. Awalnya produksi hanya terbatas untuk dijual ke pasar dan masyarakat sekitar. Tetapi, karena peminatnya semakin banyak, dia terus meningkatkan jumlah pembuatan dan juga kualitas tiwul.

Apalagi, setiap ada tamu dari luar daerah, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul selalu sajikan tiwulnya. Sehingga para tamu yang pernah mencicipi ketagihan. Terutama yang tinggal di Yogya lain hari datang membeli langsung di rumahnya yang terletak di sebelah timur balai Desa Wonosari.

Dari hari ke hari, jumlah pembeli terus meningkat. Bahkan, sekarang ini tiap hari dapat menjual sekitar 100 kardus tiwul dan gatot. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat. Apalagi jika pemudik lebaran sudah datang. Permintaan diperkirakan akan meningkat. ”Sekarang ini sudah stok gaplek sekitar 1 ton,” ujarnya.

Tak hanya bahan baku yang disiapkan. Tenaga kerjanyapun sekarang sudah enam orang. Sekitar lebaran nanti jumlahnya dapat bertambah. Harga tiap paket tiwul belum naik. Paket kecil Rp 10 ribu yang besar Rp 12 ribu. Pembeli bisa minta tiwul saja, tetapi juga bisa satu paket sudah dengan gatot. Harganyapun sama. Tak ada masalah dengan modal.

Semula memang kami kesulitan. Tetapi sejak permintaan terus meningkat, usahanya tidak lagi ada masalah dengan modal kerja. Bahkan, tiap harinya dapat mengantongi untuk bersih sekitar Rp 300 ribu. Sudah setahun lebih ini, penjualannya tak dilayani langsung dari dapur. Tetapi Yu Tum sudah membuat kios penjualan di depan rumahnya. Bahkan, setiap hari tampak sejumlah kendaraan mewah parkir berjajar di depan kiosnya. Keadaan ini akan semakin padat ketika mendekati maupun setelah lebaran. Ibu enam anak ini mengaku usahanya sudah mulai mapan. Bahkan, dia juga sudah membantu peluang kerja beberapa wanita. Yu Tum yang semula bergelut langsung dengan tepung gaplek, gula, nangka, kelapa, kini tinggal memeriksa pekerjaan karyawannya. Di usia senjanya dia berasa bahagia. Tak hanya karena dagangannya laris. Tetapi dapat membantu mengobati kerinduan sementara masyarakat yang ingin menikmati tiwul. (www.kr.co.id).
Diposting oleh petani berdasi

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Memang Thiwul Gunung Kidul nikmatnya tiada duanya, sukses untuk mbah Tum dr warga Selang II....

11 Juni 2012 pukul 17.21  
Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved