Dipicu Keprihatinan terhadap Kelangkaan Pupuk

Berawal dari keprihatinannya terhadap kelangkaan pupuk yang terus meresahkan petani, Imam Ghozali, warga Desa Banjarejo, Kecamatan Kedungpring, terpilih sebagai pemuda pelopor terbaik tingkat Jawa Timur tahun ini di bidang teknologi tepat guna (TTG).

----------------------------------

Sukses yang diraih Imam Ghozali berawal dari keseriusannya memperkenalkan teknologi pembuatan pupuk organik yang mudah dan murah, kepada petani. Teknologi ini berupa penggunaan rumen (bagian dalam lambung) kambing untuk pembiakan bakteri pengurai limbah pertanian yang bisa dipakai sebagai pupuk organik. Agar semakin produktif, bahan tersebut ditambah batang pohon pisang dengan media pembiakan berupa air gula, terasi, air kelapa, dan sekam (kulit padi).
...

Bahan itu mudah dan murah serta bisa diciptakan sendiri oleh petani untuk membuat pupuk organik. ''Saat itu saya hanya ingin para petani tidak menganggap membuat pupuk itu sulit dan dengan biaya tinggi. Sebab, pupuk organik bisa dibuat sendiri dengan mudah dan murah,'' kata Imam saat bertemu wartawan koran ini Senin (6/10) lalu.

Menurut bapak dua anak itu, kegetolannya mengampanyekan pemakaian dan pembuatan sendiri pupuk organik dipicu kasus kelangkaan pupuk yang selalu terjadi setiap tahun dan meresahkan petani. Kelangkaan pupuk itu akibat ketergantungan petani terhadap pupuk kimia sangat tinggi. Bahkan, pemakaiannya sampai berlebihan. Dalam satu hektare lahan yang seharusnya cukup 250 kg pupuk, petani menggunakan 750 kg sampai 1 ton pupuk.

''Kondisi seperti itu kalau dibiarkan akan sangat merugikan petani karena biaya tanamnya akan semakin tinggi. Dampaknya, petani menjadi objek permainan pedagang pupuk,'' katanya.

Selain itu, menurut dia pemakaian pupuk kimia secara terus menerus justru membuat tanah tidak subur. ''Karena (tanah) semakin padat,'' lanjutnya.

Melihat kondisi memprihatinkan seperti itu Imam mengaku teringat bapaknya yang juga seorang petani pada era 1980-an. Saat itu, lanjut dia, bapaknya sama sekali tidak butuh pupuk kimia. Cukup memakai pupuk dari kotoran sapi ditambah jerami padi sisa panen atau bisa disebut pupuk organik.

''Ternyata, saat itu tidak pernah mengeluh soal kelangkaan pupuk dan hasil panennya juga cukup bagus,'' ungkapnya.

Hal itu kontras dengan kondisi petani saat ini yang lebih suka membuang jerami padi dan kotoran ternaknya. Mereka kemudian memilih memakai pupuk kimia yang secara instan memang bisa meningkatkan hasil secara cepat, tetapi dalam waktu lama justru terbukti semakin merugikan mereka sendiri.

Berangkat dari pengalaman bapaknya tersebut, sejak 2004 Imam bersemangat mengampanyekan pemakaian pupuk organik. ''Karena saat ini zamannya sudah maju, penggunaan pupuk organik dilakukan dengan membuat media bakteri pengurai agar lebih mudah terbentuknya pupuk organik, tidak seperti dulu yang hanya disebarkan di tanah sawah,'' ungkapnya.

Imam menambahkan, bakteri dari rumen kambing juga bisa untuk pembuatan pakan ternak dari jerami. Pupuk buatannya itu juga telah diujicobakan di wilayah Kecamatan Sekaran dan hasilnya memuaskan. Bahkan, tanaman padinya lebih tahan terhadap serangan wereng.

''Jerami padi yang diberi bakteri tersebut akan lebih mudah lapuk, sehingga bisa untuk pakan ternak yang baik,'' terang pria yang telah diangkat menjadi petugas penyuluh pertanian (PPL) Kecamatan Kedungpring setahun lalu itu.

Terkait keberhasilannya terpilih sebagai pemuda pelopor terbaik Jatim 2008, jebolan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya itu mengaku sangat bersyukur. Dia juga minta doa restu warga Lamongan agar bisa berprestasi lagi di tingkat nasional. ''Yang terpilih menjadi pemuda pelopor terbaik nasional akan mendapat kesempatan studi banding ke China selama tiga bulan,'' katanya.

Menurut Plh Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Lamongan Moch. Kamil, proses terpilihnya Imam Ghozali menjadi pemuda pelopor terbaik Jatim 2008 itu dimulai Juni lalu. Yakni, dimulai dengan seleksi pemuda pelopor tingkat Kabupaten Lamongan 2008. ''Saat itu pesertanya ada 12 orang dari sembilan kecamatan,'' ungkapnya.

Dari seleksi itu terpilih tiga pemuda pelopor terbaik tingkat Kabupaten Kota Soto tersebut. Selanjutnya, pada Juli 2008 dua di antara tiga pemuda itu, termasuk Imam, mewakili Lamongan ke tingkat Jatim.

''Di tingkat Jatim ternyata saudara Imam Ghozali berhasil meraih juara bidang TTG dan berhak mewakili Jatim ke tingkat nasional,'' terangnya. (*)
B. FEBRIANTO, Lamongan
Sumber : Jawa Pos
Diposting oleh petani berdasi

0 komentar:

Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved