Selasa, 23 Juni 2009
di
19.42
|
PATI - Sesepuh masyarakat adat Sedulur Sikep Mbah Tarno, Selasa (23/6) pukul14.00, meninggal dunia. Pemakaman secara adat dilakukan hari ini (24/6) pukul 10.00 di makam keluarga, dekat kediamannya Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Pati.
Seorang kerabatnya, Gunritno mengemukakan, Mbah No, begitu sesepuh Sedulur Sikep itu akrab dipanggil, tidak mengidap penyakit tertentu. Hanya dalam dua hari terakhir sebelum meninggal, kondisi kesehatannya memburuk.
’’Esok mau wis apik. Ora duwe penyakit apa-apa, yo amargo wis sepuh ae,’’ kata Gunritno.
Seperti masyarakat muslim kebanyakan, malam hari dilakukan lek-lekan. Sebelum pemakaman juga dilakukan upacara adat sebagai penghormatan terakhir.
’’Sedulur Sikep Blora lan liyane diwenehi ngerti kabeh,’’ ucap Gunritno yang juga mengaku menyampaikan informasi kepada komunitas masyarakat adat di luar Jawa Tengah, seperti Kanekes.
Sejauh ini, Mbah Tarno bukan hanya dikenal oleh kalangannya. Sejumlah pejabat kerap mampir danmenemuinya untuk sekadar bersilaturahmi atau meminta dukungan dalam berbagai hal, termasuk saat masyarakat ramai menolak rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Mbah Tarno dikunjungi Gubernur Bibit Waluyo, Bupati Pati Tasiman, serta jajaran direksi PT Semen Gresik.
Di mata Sedulur Sikep, Mbah Tarno menjadi acuan dalam setiap langkah dan perilaku sehari-hari. Setiap ada persoalan, warga Sedulur Sikep yang bermukim di Pati, Kudus, dan Blora tak lepas meminta wejangan darinya.
Mbah Tarno tutup usia pada usia 100 tahun. Dia meninggalkan tujuh anak dan 27 cucu yang saat ini tinggal tak jauh dari kediamannya. (H49-69)
Seorang kerabatnya, Gunritno mengemukakan, Mbah No, begitu sesepuh Sedulur Sikep itu akrab dipanggil, tidak mengidap penyakit tertentu. Hanya dalam dua hari terakhir sebelum meninggal, kondisi kesehatannya memburuk.
’’Esok mau wis apik. Ora duwe penyakit apa-apa, yo amargo wis sepuh ae,’’ kata Gunritno.
Seperti masyarakat muslim kebanyakan, malam hari dilakukan lek-lekan. Sebelum pemakaman juga dilakukan upacara adat sebagai penghormatan terakhir.
’’Sedulur Sikep Blora lan liyane diwenehi ngerti kabeh,’’ ucap Gunritno yang juga mengaku menyampaikan informasi kepada komunitas masyarakat adat di luar Jawa Tengah, seperti Kanekes.
Sejauh ini, Mbah Tarno bukan hanya dikenal oleh kalangannya. Sejumlah pejabat kerap mampir danmenemuinya untuk sekadar bersilaturahmi atau meminta dukungan dalam berbagai hal, termasuk saat masyarakat ramai menolak rencana pendirian pabrik semen di Sukolilo, Mbah Tarno dikunjungi Gubernur Bibit Waluyo, Bupati Pati Tasiman, serta jajaran direksi PT Semen Gresik.
Di mata Sedulur Sikep, Mbah Tarno menjadi acuan dalam setiap langkah dan perilaku sehari-hari. Setiap ada persoalan, warga Sedulur Sikep yang bermukim di Pati, Kudus, dan Blora tak lepas meminta wejangan darinya.
Mbah Tarno tutup usia pada usia 100 tahun. Dia meninggalkan tujuh anak dan 27 cucu yang saat ini tinggal tak jauh dari kediamannya. (H49-69)
Diposting oleh
petani berdasi
0 komentar:
Posting Komentar