Selasa, 17 November 2009
di
06.52
|
Selama musim hujan, ketersediaan berbagai jenis tanaman hijauan memang melimpah. Ternak tidak akan kekurangan pakannya. Namun selama kemarau, pakan tradisional ternak seperti rumput dan tanaman hijau lainnya menjadi sulit didapat, akibatnya ternak pun menjadi kurus kering. Sapi atau kambing perah, berhenti menghasilkan susu, domba pedaging pun terhambat perkembangannya.
DI MUSIM kemarau, para peternak ruminansia dituntuk bijak untuk menyediakan pakan ternak secukupnya, apakah itu dengan memberikan pakan konsentrat atau dalam bentuk silase.
Memang tanaman hijauan, seperti rumput dan daun jagung, tidak dapat digantikan sebagai pakan utama ternak ruminansia, namun dengan tersedianya konsentrat paling tidak kita masih bisa mempertahankan kelangsungan hewan memamah biak itu. Apalagi konsentrat bisa dibuat sendiri tanpa harus membeli dari toko pakan ternak. Dengan membuat konsentrat sendiri biaya penggemukan domba akan menjadi lebih murah.
Daripada membeli konsentrat yang harganya mahal, seorang peternal asal Cianjur mencoba meramunya sendiri. Dan hasilnya cukup memuaskan, berkat konsentrat buatannya itu, bobot domba meningkat 9-12 kg dalam waktu tiga bulan. Peternak itu mencoba memberikan resep sederhana dari bahan-bahan yang terdiri dari komposisi; dedak halus 70%, ongok 20%, jagung giling 8,1%, garam dapur 1,4% dan kalsium 0,5%.
Konsentrat itu diberikan sebagai makanan penguat domba di samping makanan pokok berupa rumput. Untuk domba berusia 5 bulan ia memberi 2 ons konsentrat per harinya. Sedangkan yang lebih tua jatahnya ditingkatkan menjadi 0,25 - 0,3 kg/hari. Pemberian konsentrat ini dilakukan sekali setiap hari pada pagi sebelum diberi rumput. Dengan cara ini bobot domba bisa mencapai rata-rata 100 gram/ekor/hari.
Namun resep di atas disadari masih kurang lengkap, untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan yang baik, dalam komposisi konsentrat tersebut harus terkandung unsur protein. Untuk itu dikembangkan resep kedua yang komposisinya terdiri dari dedak halus 75%, jagung giling 8%, bungkil kedelai 3%, bungkil kelapa 10%, kalsium 2% dan garam dapur 2%. Resep ini, menurutnya, mampu meningkatkan bobot ternak sebesar duakali penggemukan resep pertama.
Seperti ia diuraikan, semua bahan itu harus dalam kondisi lembut agar mudah bercampur satu sama lain. Bahan itu kemudian dicampur dalam suatu wadah dan diaduk sampai merata. Bahan-bahan yang sudah bercampur merata inilah yang disebut konsentrat dan siap diberikan pada ternak. Konsentrat yang akan diberikan takarannya harus pas sehingga bisa habis dekali makan. Sebelum diberikan konsentrat tsb diberi air sedikit-sedikit sambil diaduk hingga diperoleh adonan yang pekat.
Selain pakan konsentrat, beberapa peternak lain mencoba membuat silase. Pembuatan silase melibatkan proses fermentasi bakteri anaerob. Sementara bahan bakunya adalah daun jagung yang dicampur dengan kulit nenas, ongok, dan kacang-kacangan.
Kendala bahan baku
Membuat konsentrat sekilas seperti mudah dilakukan. Namun menurut pengalaman beberapa peternak, membuat pakan ternak (yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari residu pertanian) itu ternyata tidaklah mudah. Banyak kendala yang mereka temui terutama bagi peternak pemula. Di antaranya kontinuitas dan ketersediaan bahan baku. Seperti diketahui bahan utama dari pakan ternak ini, adalah dedak/bekatul, persentasenya bisa lebih dari 50%. Kendala bagi peternak pemula dengan modal dengkul adalah mendapatkan dedak dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sebagian besar huler (rice hull; dimana dedak merupakan limbah dari proses dekortikasi beras padi) ternyata telah terikat kontrak dengan bandar atu supplier besar, sehingga untuk mendapatkan dedak halus bersaing dengan pemodal besar.
Selain itu, ketersediaan. Jumlah dedak yang tersedia sangat tergantung pada musim panen padi. Sehingga di luar musim panen, dedak bisa menjadi barang langka, otomatis harganya naik.
Yang lebih krusial, tidak ada one-stop-shopping dalam bahan baku. Jadi mungkin saja dedak harus dibeli dari Subang, sementara ongok (ampas singkong) kering harus didatangkan dari Tasik, molase dari Cirebon dan sebagainya. (dari berbagai sumber)***
DI MUSIM kemarau, para peternak ruminansia dituntuk bijak untuk menyediakan pakan ternak secukupnya, apakah itu dengan memberikan pakan konsentrat atau dalam bentuk silase.
Memang tanaman hijauan, seperti rumput dan daun jagung, tidak dapat digantikan sebagai pakan utama ternak ruminansia, namun dengan tersedianya konsentrat paling tidak kita masih bisa mempertahankan kelangsungan hewan memamah biak itu. Apalagi konsentrat bisa dibuat sendiri tanpa harus membeli dari toko pakan ternak. Dengan membuat konsentrat sendiri biaya penggemukan domba akan menjadi lebih murah.
Daripada membeli konsentrat yang harganya mahal, seorang peternal asal Cianjur mencoba meramunya sendiri. Dan hasilnya cukup memuaskan, berkat konsentrat buatannya itu, bobot domba meningkat 9-12 kg dalam waktu tiga bulan. Peternak itu mencoba memberikan resep sederhana dari bahan-bahan yang terdiri dari komposisi; dedak halus 70%, ongok 20%, jagung giling 8,1%, garam dapur 1,4% dan kalsium 0,5%.
Konsentrat itu diberikan sebagai makanan penguat domba di samping makanan pokok berupa rumput. Untuk domba berusia 5 bulan ia memberi 2 ons konsentrat per harinya. Sedangkan yang lebih tua jatahnya ditingkatkan menjadi 0,25 - 0,3 kg/hari. Pemberian konsentrat ini dilakukan sekali setiap hari pada pagi sebelum diberi rumput. Dengan cara ini bobot domba bisa mencapai rata-rata 100 gram/ekor/hari.
Namun resep di atas disadari masih kurang lengkap, untuk mendapatkan pertumbuhan berat badan yang baik, dalam komposisi konsentrat tersebut harus terkandung unsur protein. Untuk itu dikembangkan resep kedua yang komposisinya terdiri dari dedak halus 75%, jagung giling 8%, bungkil kedelai 3%, bungkil kelapa 10%, kalsium 2% dan garam dapur 2%. Resep ini, menurutnya, mampu meningkatkan bobot ternak sebesar duakali penggemukan resep pertama.
Seperti ia diuraikan, semua bahan itu harus dalam kondisi lembut agar mudah bercampur satu sama lain. Bahan itu kemudian dicampur dalam suatu wadah dan diaduk sampai merata. Bahan-bahan yang sudah bercampur merata inilah yang disebut konsentrat dan siap diberikan pada ternak. Konsentrat yang akan diberikan takarannya harus pas sehingga bisa habis dekali makan. Sebelum diberikan konsentrat tsb diberi air sedikit-sedikit sambil diaduk hingga diperoleh adonan yang pekat.
Selain pakan konsentrat, beberapa peternak lain mencoba membuat silase. Pembuatan silase melibatkan proses fermentasi bakteri anaerob. Sementara bahan bakunya adalah daun jagung yang dicampur dengan kulit nenas, ongok, dan kacang-kacangan.
Kendala bahan baku
Membuat konsentrat sekilas seperti mudah dilakukan. Namun menurut pengalaman beberapa peternak, membuat pakan ternak (yang sebagian besar bahan bakunya berasal dari residu pertanian) itu ternyata tidaklah mudah. Banyak kendala yang mereka temui terutama bagi peternak pemula. Di antaranya kontinuitas dan ketersediaan bahan baku. Seperti diketahui bahan utama dari pakan ternak ini, adalah dedak/bekatul, persentasenya bisa lebih dari 50%. Kendala bagi peternak pemula dengan modal dengkul adalah mendapatkan dedak dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sebagian besar huler (rice hull; dimana dedak merupakan limbah dari proses dekortikasi beras padi) ternyata telah terikat kontrak dengan bandar atu supplier besar, sehingga untuk mendapatkan dedak halus bersaing dengan pemodal besar.
Selain itu, ketersediaan. Jumlah dedak yang tersedia sangat tergantung pada musim panen padi. Sehingga di luar musim panen, dedak bisa menjadi barang langka, otomatis harganya naik.
Yang lebih krusial, tidak ada one-stop-shopping dalam bahan baku. Jadi mungkin saja dedak harus dibeli dari Subang, sementara ongok (ampas singkong) kering harus didatangkan dari Tasik, molase dari Cirebon dan sebagainya. (dari berbagai sumber)***
Diposting oleh
petani berdasi
0 komentar:
Posting Komentar