Selasa, 20 April 2010 di 17.13 | 0 komentar  
Kartini lahir dari keluarga ningrat Jawa. Ayahnya, R.M.A.A Sosroningrat, pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Peraturan Kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Ajeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
...

Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Beliau adalah keturunan keluarga yang cerdas. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.

Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.

Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, dimana kondisi sosial saat itu perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.

Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.

Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.

Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang. Berkat kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah Wanita oleh Yayasan Kartini di Semarang pada 1912, dan kemudian di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.


Diposting oleh petani berdasi Label:
UNDUR-undur laut atau yang biasa disebut sebagai yutuk atau wrutuk biasanya dipakai sebagai umpan untuk memancing. Namun, hewan laut itu juga bisa diolah menjadi penganan yang lezat. Namun yutuk yang digunakan sebagai bahan dasar makanan ini berbentuk lebih besar dibandingkan dengan yang dipakai untuk umpan memancing. Yutuk biasanya diolah dengan cara digoreng dengan campuran tepung bumbu atau biasa disebut dengan peyek yutuk.

Di sepanjang pesisir selatan Kabupaten Kebumen, terutama di kawasan objek wisata, peyek yutuk cukup digemari oleh wisatawan. Di sejumlah warung di pantai Bocor atau di pantai Suwuk peyek yutuk dapat dengan mudah dijumpai di sejumlah warung makan. Selain bisa langsung dimakan, peyek yutuk cukup enak untuk menemani makan nasi.

...

"Rasanya sangat gurih," ujar Hudiyanto (25) warga Krakal Kecamatan Alian saat menikmati Yutuk di salah satu warung di objek wisata pantai Suwuk, baru-baru ini. Adapun cara pengolahan yutuk menjadi peyek yang siap saji cukup mudah dan praktis. Tidak jauh dengan membuat ayam goreng tepung atau udang goreng tepung. Yutuk diperoleh dari para nelayan seharga Rp 10.000/kg untuk yutuk yang keras dan Rp 20.000 untuk yang empuk.


"Setelah dicuci kemudian direbus hingga masak. Setelah itu ditiriskan yutuk dicampur dengan adonan tepung yang diberi bumbu. Setelah itu digoreng sampai kering," ujar Lehan (50) salah satu penjual peyek Yutuk. Warga Dusun Suwuk Desa Tambakmulyo yang sudah berjualan yutuk selama lima tahun terakhir itu bisa menghabiskan yutuk sebanyak 30 kg dalam sehari.

Maklum peyek yutuk buatannya itu bukan hanya dijual langsung kepada para wisatawan. Melainkan dia juga kepada para pedagang yang berjualan di objek wisata tersebut. Satu biji peyek di warung bu Lehan dijual Rp 750. "Alhamdulillah, selama dua tahun terakhir pengunjung pantai Suwuk terus meningkat, sehingga penghasilan juga sedikit meningkat," katanya seraya menyebutkan peyek yutuk, dipercaya dapat membangkitkan selera makan.

Selain itu yutuk juga dipercaya memiliki khasiat. Berbagai hasil penelitian menunjukkan undur-undur laut mengandung lemak total yang cukup tinggi, berkisar antara 17,22 - 21,56 persen. Kandungan asam lemak omega 3 total (EPA dan DHA) juga cukup tinggi, berkisar antara 7,75 - 14,48 persen dibandingkan dengan beberapa jenis crustacea lain seperti udang, lobster, dan beberapa jenis kepiting. Sedangkan kandungan EPA (6,41 - 8,43 persen) lebih tinggi dibandingkan kandungan DHA (1,34 - 6,57 persen).

Dengan adanya kandungan asam lemak omega 3 yang dimiliki undur-undur laut diyakini dapat menaikkan kadar insulin dalam tubuh sehingga dapat menurunkan kadar gula bagi penderita penyakit diabetes. Walaupun sudah banyak terbukti khasiatnya tetapi undur-undur sebagai obat alternatif bagi penderita diabetes ini masih menjadi polemik didunia kedokteran hingga sekarang. "Kalau paling ramai setelah hari raya Idul Fitri. Tetapi saat hari libur atau hari minggu, pengujung juga meningkat," katanya.***


Diposting oleh petani berdasi
Visit the Site
Bila Anda belum menemukan cinta yang Anda inginkan, jangan buru-buru merasa unlucky in love. Karena kalimat bijak mengatakan, cinta akan datang saat kita tidak mengharapkannya. Bagaimana menurut Anda? -Copyright at Dhe To © 2009, All rights reserved